sudah beberapa bulan keladi menahan sakit rindu, usai di tinggal pergi "nema" kekasihnya ... pergi kepulau jawa, nampaknya rindu itu tidak ada obatanya selain bertatap mata. sudah dikirim surat yang di tulisnya di akhir pekan, menanyakan kabar kekasih tersayang, kekasih yang membawa asa dan cinta kembang muda dari desa fora. hujan akan berakhir pekan ini, selang dua hari embun akan pulang kerumah bapak ibunya, pasti keladi akan lebih sepi. malam yang kian surut, masih setia jemari lembut itu menggores aksara, merangkai pertanyaan, kapan kakanda pulang, kapan adinda dijemput dan dipinang"

sebulan lewat embun dan hujan sudah berpamitan, keladi tinggal seorang diri. masih setia setiap pagi duduk di tangga depan rumah, meski hari petang pun pintu masih terbuka, berharap surat itu datang, berharap ada kabar bak pengharapan. kesucian itu masih tersimpan rapat di sanubari, kian hari kian memakan badannya yang dulu padat berisi, yang tersisa hanya setengahnya.

bak sampan bertemu tepian, di kejauhan terdengar detak kaki, kian dekat, kian jelas. embun dan hujan mengiringi, payung merah terangkat tangan. tak salah lagi ,..... yang di tunggu keladi hampir sewindu, sudah menjadi nyata. dua pasang mata berkaca kaca, dua bibir bercerita, semua pipih merah merona, semua tertawa seadanya merayakan keladi dipinang nema.