Halo semuanya, kebetulan aku masih newbie di sini.
Aku mau sedikit bercerita mengenai pengalamanku. Ini real pengalaman pribadiku. Semoga menjadi pelajaran untuk pembaca semua.
•••
Quote:
Jatuh cinta? Apa yang terbesit dibenakmu saat tahu bahwa kamu sedang jatuh cinta kepada seseorang?
Awalnya semua terlihat baik-baik saja. Dia adalah seorang laki-laki yang kukenal dari salah satu platform daring.
Waktu itu, platformnya cukup hits dan terkenal. Dimana 'katanya' anak muda yang terkenal dan keren ada di sana. Penggunaan platformnya juga mudah, kita hanya perlu melempar pertanyaan dan orang-orang di sekitar akan menjawab.
Kebetulan aku baru putus, jadi kupikir tidak ada salahnya mencari teman di dunia itu untuk sekedar berbicara atau berbagi cerita.
Mungkin niat awalnya memang begitu, sampai akhirnya aku bertemu dengan seorang laki-laki yang sebut saja namanya adalah Aditiya. Nama yang cukup umum untuk dijadikan pemeran utama di dalam cerita romansa, bukan?
Sayangnya ... aku tidak tahu kalau pertemuanku dengan laki-laki bernama Aditiya itu justru akan menjerumuskanku ke dalam lubang hitam yang bernama kesesatan.
Perkenalanku dengan Aditiya ... adalah awal mula aku mengetahui apa itu pelet dan santet.
Pertemuan pertama kami berjalan seperti kencan buta pada umumnya. Setelah sering melempar pertanyan acak di platform merah jambu ini, Aditiya memberanikan diri untuk menanyakan nomor ponselku secara personal. Tentu saja aku tahu tujuannya untuk apa. Namanya juga laki-laki, mana mungkin tidak ada maksud lain saat dekat dengan wanita. Iya, 'kan?
Kebetulan, aku juga tertarik dengan pembicaraan kami selama online. Dia tipe laki-laki menyenangkan yang mudah diajak bercanda. Bisa dibilang Aditiya sangat supel dan tidak kaku. Sangat cocok dengan kepribadianku yang juga apa adanya.
"Kalau nggak sibuk, malem minggu nongkrong di coffee shop yang baru buka, mau?"
Kira-kira begitulah isi chatnya kepadaku hari itu.
Dan aku menanggapinya dengan santai. "Boleh. Ditraktir, 'kan?"
Tidak lupa kusematkan emot-emot lucu dalam pesan teksku agar Aditiya tahu kalau aku cuma berusaha melucu. Walaupun sebenarnya, aku nggak akan nolak, sih, kalau dia mau membayar semua pesananku.
Setelah melewati hari-hari dengan saling berkirim pesan, tibalah kami di hari pertemuan. Kami memutuskan untuk langsung bertemu di lokasi. Alasannya sederhana, aku nggak mau dia menjemputku sebelum kami resmi jadian.
Kok bisa aku seyakin itu kalau kami bakal jadian? Anggap saja ini cuma feelingku.
"Udah lama?" kata dia saat kami akhirnya bertemu di pintu depan coffee shop.
Kebetulan di kotaku, ada sebuah coffee shop yang baru saja buka. Kenapa memilih tempat ini? Ya biar kekinian aja, sih.
"Enggak. Santai aja," timpalku dengan gaya sok asik.
Kami kemudian masuk dan memesan masing-masing minuman dingin. Obrolan ringan ditemani segelas macchiato dan vanilla latte terasa melengkapi sabtu malamku yang biasanya kelabu.
Sampai tiba-tiba,
"Eh, aku ke toilet dulu."
Dan aku mengangguk mengiyakan.
Aditiya meninggalkanku ke kamar kecil dengan ponselnya di atas meja.
Awalnya aku sibuk memainkan ponselku sendiri, tapi lama-lama rasa penasaran itu muncul. Ditambah lagi, sebuah notifikasi bar memenuhi layar dan sebuah nama tertera di sana.
Anda akan meninggalkan Stories from the Heart. Apakah anda yakin?
Lapor Hansip
Semua laporan yang masuk akan kami proses dalam 1-7 hari kerja. Kami mencatat IP pelapor untuk alasan keamanan. Barang siapa memberikan laporan palsu akan dikenakan sanksi banned.