Kaskus

Story

legiunoskarAvatar border
TS
legiunoskar
Gunung Ungaran dan Akar Mimang Misterius
Apa yang kalian ketahui tentang akar mimang ?
" Sering disebut Akar Mimang, sebuah akar pohon yang dipercayai sebagai jelmaan mahluk gaib yang sering menyesatkan para pengelana terutama biasanya para pendaki gunung yang bertingkah gegabah saat berada di alam liar." quotes from google
Nah kali ini ane mau cerita tentang pengalaman ane bersama 4 orang temen ane saat mendaki ke gunung Ungaran.

Kejadiannya sekitar 10 tahun yang lalu, saat ane seorang perantauan dari solo yang sangat suka hiking bertemu dengan orang - orang yang se-hoby dengan ane pada saat di Ungaran.
Sebut saja 4 orang ini bernama Bobby, Faruk, Deny, Yahya dan ane sendiri.
Saat itu kami merencanakan sebuah pendakian, pertama kami berencana untuk mendaki ke Merbabu atau Merapi ( karena ane sudah beberapa kali kasana ) dan ane pikir ane bisa pandu temen2 ane yang lain. Memang saat itu orang yang paling berpengalaman dalam hal pendakian adalah ane, karena ane sudah sering melakukan pendakian ke bebrapa gunung di Jawa pada saat ane masih duduk di bangku SMA. Akan tetapi pada saat itu si Faruk menyarakan untuk mendaki gunung Ungaran saja, " Gunung Ungaran aja, deket " begitu ucapnya.
" tapi kita belum ada yang pernah kesana? gmn nih? " saut ane.
" nanti juga ketemu pendaki lain, kan kita bisa ikut ngekor!" kata Faruk.
" Yowis Ungaran aja, gimana yang lain ?" ane meminta persetujuan.
" yaudah gpp sejutu!" ucap Bobby,
dan yang lainnya pun setuju untuk melakukan pendakian ke Gunung Ungaran pada weekend depan.

Tiba saatnya kami prepare untuk berangkat, saat itu kami ketemuan disebuah minimarket di daerah Bergas, Kab. Semarang. Setelah semua kumpul kita langsung OTW ke basecamp Gunung Ungaran yang disebut basecamp Mawar.
Keadaan agak tidak sesuai rencana karena pada saat itu basecamp kosong tidak ada yang jaga maupun pendaki lainnya, yaaa bener cuma ada kami berlima.
Kami tidak melakukan registrasi, motor kami parkirkan di belakang basecamp begitu saja. Disini ane jujur sudah tidak PD untuk melanjutkan pendakian, tapi ternyata keempat temen ane semangat dan malah semakin excited.
Kami melakukan doa sebelum melakukan pendakian, melihat perlengkapan dan pembagian tugas membawa tas career. Setelah dirasa cukup kamipun menapakkan langkah pertama kami jalan untuk mencapai puncak Ungaran.
Diawal - awal pendakian kami sama sekali tidak merasa aneh, tidak ada hal yang mencurigakan tapi pada 2 jam setelah pendakian gerimis mulai turun dan beberapa keadaan tidak biasa terjadi, jalan yang kami lalui sepertinya bukan jalan untuk pendakian, arus air dijalan yang kami lewati terlampau deras seperti sungai kecil, tingkat kecuraman terlalu curam untuk permulaan jalur pendakian, pohon - pohon terlalu rapat dan lebat, beberapa kali kami menemukan tahi kidang ( kotoran kijang ) yang masih hangat, dan yang paling mengagetkan adalah kami melihat batu sangat besar didepan kami seakan menutup jalur pendakian itu.
Si Bobby berkata" Kita istirahat dulu aja yuk, tapi jangan disini, terlalu curam, tadi agak turun ada tempat cocok buat gelar tikar" ( kenapa ane ga tulis bangun tenda karena ya, kami hanya membawa tikar )
" yowes ayok istirahat sik ya " saut ane.
Setelah sampe sedikit turun dari tempat tadi, ga jauh - jauh amat sih, memang bener tempatnya lebih pas buat istirahat, kamipun langsung gelar tikar dan nyalain api untuk hangat - hangat.
Lagi - lagi terjadi hal yang membuat ane tambah ( ini apaan sih )
Si Faruk berusaha nyalain api dengan kayu dan bungkus makanan yang kami bawa, emang agak susah karena kayunya basah karena gerimis, tapi ternyata Faruk membawa bensin yang dia beli di perjalanan tadi. Bodohnya si Faruk itu menuangkan bensinnya itu tidak pake tutup botolnya atau apa gitu, tapi dia langsung aja mancurin dari botolnya yang berisi bensin tadi nah otomatis apinya menjalar sampe botol yang dia pegang.
" Ruk! lepas aja ruk lepas !! " ane teriak
" Woy kebakaran cuk, kebakaran !!, Deny juga teriak.
Akhirnya botol yang masih penuh bensin Faruk lempar ke perapian, untuk sesaat hangat karena apinya besar, tapi ga bertahan lama mati.
Saat itu sekitar pukul 01.00 pagi kami melanjutkan perjalanan untuk kepuncak Ungaran, kami berjalan keatas arah batu besar tadi, setengah jam berjalan anehnya kami belum juga sampai ke batu tersebut malahan kami kaget dengan apa yang kami lihat adalah tempat kami beristirahat tadi.
" ini kayaknya tempat istrahat tadi ya ?" tanya Yahya sambil nafasnya putus - putus
" iya ini tempat kita bakar - bakar tadi ? piye iki? " sahut Faruk
" coba jalan ke kiri aja yuk" , si Bobby memberi saran
Kita kemudian jalan ke arah kiri dari perapian tadi, ga lama kemudian kita kembali dikagetkan karena kita kembali ke perapian awal tadi.
Kami tidak putus asa, kemudian kami mencoba ke arah kanan dan ke bawah, tapi hasilnya sama saja, kita kembali ke tempat kami bakar - bakar tadi.
Alhasil saat itu yang masih pukul 3.00 pagi kami usahakan istirahat tidur di tempat itu lagi sambil menunggu sinar matahari keluar.
Sudah jam 05.30 kami bangun, ( ya sebenarnya tidur - tiduran aja ) karena tidak bisa tidur nyenyak diterpa dingin yang sangat dingin.
Kami berusaha tetap optimis dengan berfoto ria, masak mie dan membuat kopi didalam hutan yang tak tahu dimana itu posisinya.
Kemudian tepat pukul 07.00 pagi kami melanjutkan perjalanan, kami bermaksud untuk mencoba sekali lagi naik keatas ( mungkin malam kitakehilangan arah karena gelap) kemudian kami ingin melanjutkan dipagi hari dengan harapan bisa ketemu jalur yang benar. Dan ternyata benar - benar kami bisa lanjut jalan ( tidak kembali ke tempat perapian tadi, dan sekarang bertemu dengan batu besar yang pada awal kami temukan tadi, rencananya kami inngin menerjang batu yang besar itu, kami berusaha mencari titik dimana ada celah untuk bisa kami lewati. Dan ternyata setelah 2 jam perjalanan kami menemukan jalan sedikit curam yang cukup untuk kami jalan. Kami melalui jalan tersebut sambil menempel pada dinding batu besar itu, memang jalannya agak aneh karena mana mungkin ada jalur pendakian seperti ini.
Kemudian setelah beberapa saat kami menemukan sebuah bekas bakaran, tidak tahu kapan, tapi sepertinya baru. Keyakinan kami itu adalah bakaran pendaki juga, kemudian optimisme kami bertambah dan yakin kalau jalur yang kami lewati adalah jalur pendakian yang benar. Kami berjalan terus mengikuti jalur yang kelihatan sama dengan jalur pada awal pendakian dan tidak menaruh ragu sedikitpun sampai pada akhirnya....
Kami sampai pada titik terakhir jalan tersebut, yaitu jurang yang sangat dalam.
" ini bukan puncak cuk, kita kesasar !! " kata Yahya
" gmn ini? kita ga mungkin lanjut, depan jurang, kita putar balik saja" Faruk berkata.
" yowes ayo pulang aja, ini sudah jam 13.00, takut nanti kemalaman, logistik kita sudah habis" kata ane, ( memang kita bawa logistik juga asal -asalan, kebanyakan jajanan pasar, roti tawar hanya satu pak, air hanya 5 botol pokoknya ga' proper banget )

Akhirnya kita putuskan untuk turun kembali ke basecamp dengan jalur yang sama. Nah kejadian aneh kembali berulang, saat kami turun batu besar yang kami lewati tadi tidak kami temukan!. shit!

Kami ambil jalur menurun arah turun matahari ( barat ), kami buka jalan dengan parang ( ini untungnya bawa ), yang kami lewati sudah bukan sembarang tempat melainkan vetegasi babi hutan. Kami berjalan diatas gorong - gorong yang biasa dilewati babi hutan. Memang pada saat itu babi hutan tidak tampak, tapi buat jaga - jaga orang yang paling belakang ( Bobby ) ane buatin parang dari batang pohon disana ane runcingin.

Keadaaan semakin lama semakin parah karena ternyata jalan yang kami lewati adalah jalan buntu, jurang dan alang - alang berduri. Dititik inilah si Yahya mulai kehilangan kendali, dia marah, berontak,
" kita kesasar, fix ga bisa pulang!!, makanan habis, minum abis dan kita ga ketemu jalan keluar!!" kata Yahya agak keras.
"sabar dlu Ya, nanti pasti ketemu kok, ini belum malam, masih ada kesempatan cari jalur yang benar" kata ane menenangkan.

Setelah beberapa istirahat, Yahya sama sekali ga mau bicara, akhirnya kita jalan pelan - pelan sambil buka jalur, disini kita menemukan kejadian aneh kembali yaitu golok atau parang yang ane bawa lepas dari kayunya ( pegangannya ). Secara logika pasti itu jatuh di bawah tertutup semak ya, tapi setelah ane cari sampai terlihat tanahnya, golok itu sama sekali ga ketemu ( hingga saat ini tinggal kayunya saja ) masih disimpan di Bobby.

Nah, disini kita sudah hampir menyerah, kondisi sudah petang, makanan minumam habis, tenaga sudah tidak ada untuk jalan yang tidak ada kepastian. Akhirnya kita putuskan untuk istirahat lagi , didepan kami terlihat sangat luas alang - alang berduri dengan pemandangan yang jauh terlihat sebuah masjid.

Disaat - saat kami sudah kehilangan kepercayaan, akhirnya Bobby berkata sama ane " hey, kae enek sing bakar - bakar neng nduwur " ( hey itu ada yang bakar - bakar diatas ) karena dia melihat ada asap.
tapi ane jujur ga lihat begitupun dengan yang lainnya.

Dengan sisa tenaga yang kami punya, ane dan Bobby nekat untuk lihat dan check asap apa yang Bobby lihat tadi, setelah beberapa saat kami melewati jalan curam, syukur Alkhamdulillah kami menemukan jalur pendakian yang benar,
kemudian tidak lama kami teriak ke yang lainnya kalau kita menemukan jalan.

Setelah berkumpul dijalan itu kami semua sujud syukur, akhirnya kita bisa pulang, saat itu sudah hampir maghrib, sampai basecamp hampir jam 7 an malam.

fiuh,, kita akhirnya pulang dengan suka cita.

nah itu pengalaman ane di gunung Ungaran, yang menurut ane ada hubungannya dengan hal - hal ghoib, karena aneh saja, beberapa hal tidak bisa diterima logika.

Terimakasih sudah mau membaca cerita ane yang acak adul

Wassalam
phyu.03Avatar border
aan1984Avatar border
kuda.untaAvatar border
kuda.unta dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.6K
7
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan