Kaskus

Story

tettettowetAvatar border
TS
tettettowet
INARA
INARA






Inara menyesap tehnya dengan sedikit malu. Di mana saat benda tersebut dinaikkan ia seolah menyempatkan diri melirikku lewat setengah mukanya yang tertutup mug besar itu. Aku balas menatap, menyusuri tatapan tenang pada mata coklatnya yang selalu dipenuhi rasa damai, bahkan nyaman setiap kali mencoba melihatnya.

"Kak, please! Udah dua jam kita di sini tapi Kakak nggak ngomong apa-apa. Ayo, dong. Katanya ada hal penting yang mau dibicarain?"

Aku tertawa, kemudian melakukan hal yang sama dengannya ketika kopi pahit di depanku mulai mengalir ke dalam mulut. Bedanya, sedikit lama. Meski sesungguhnya kopi di dalam cangkir tak benar-benar kusesap semua.

Bagiku, tanya Inara hanya pelepasan canggungnya bersamaku di sini. Ia malu, aku tahu itu. Meski begitu, tak dapat dipungkiri inilah yang membuatku jatuh hati.

Hanya saja ... aku suka.

Aku suka menatapnya melewati cangkir yang sedang kugenggam. Karena meski hanya terlihat sedikit, mata indah itu sudah cukup jadi obat pelepas rindu.

"Kak, seriuss."

Aku melempar senyum, kemudian mengangguk. Menyadari waktu yang sudah terbuang cukup lama hanya untuk sama terdiam di sini.

"Inara."

"Ya?"

Inara tampak menunggu, menanti akan apa yang akan aku ucapkan. Wajahnya terlihat tenang dengan sisa senyum di sana. Jauh sebelum ini, aku sudah mencoba memantapkan hati untuk mengurai semua yang kurasa pada Inara. Pertemuan konyol di mana ia dengan cerewetnya memakiku karena tak sengaja menabrak sepedanya membuat awal mula cinta itu tumbuh perlahan. Nyatanya, kisah tak sengaja dua tahun lalu itu belum berani kuungkapkan.

Hanya berani berada di sampingnya sebagai teman. Memberi solusi pada semua masalah yang dialami terutama dengan pacarnya. Yang akhirnya membuat hubungan kami merenggang. Aku tahu diri, mendekati kekasih orang lain itu bukanlah satu hal yang baik.

Namun, cinta juga rindu pada Inara membuatku menyerah. Mati-matian menahan rindu mengharapkan hubungan kami--meski sekadar teman--bisa seperti dulu. Hingga akhirnya aku memutuskan menghubungi Inara pagi tadi.

"Kak, kenapa, sih?"

Aku terkejut, kemudian tertawa karena ia berhasil membuyarkan lamunanku.

"Aku hanya rindu, Inara. Selebihnya nggak kenapa-kenapa. Hayuk, pulang."

Aceh, 05 Januari 2022.
bukhoriganAvatar border
phyu.03Avatar border
phyu.03 dan bukhorigan memberi reputasi
2
591
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan