Kaskus

Sports

INA.BasketballAvatar border
TS
INA.Basketball
Biografi Zaza Pachulia (Pemain Georgia Terhebat di NBA)
Biografi Zaza Pachulia (Pemain Georgia Terhebat di NBA)

Zaza Pachulia… Orang-orang mengenalnya sebagai pemain yang kotor. Ya, Zaza sering melakukan gerakan-gerakan kotor yang tidak sportif. Permainan kotornya yang paling terkenal adalah saat ia mencederai pergelangan kaki Kawhi Leonard. Semenjak itu, Zaza yang sudah punya banyak haters, menjadi punya semakin banyak haters. Bagaimanapun juga, meski merupakan pemain yang kotor, tapi Zaza tetap merupakan pemain yang hebat. Faktanya, ia merupakan pebasket terhebat di negaranya. Ia juga mampu bertahan selama belasan tahun di NBA…
 
Halo semuanya, pada hari ini, INA Basketball akan membahas biografi dari pebasket hebat asal Georgia, Zaza Pachulia. Baiklah, mari kita langsung mulai…
 
Zaza Pachulia lahir di Tbilisi, Georgia, pada tanggal 10 Februari 1984. Zaza terlahir dari keluar olahraga. Ayahnya merupakan seorang atlet gulat, sementara ibunya merupakan atlet basket. Zaza punya masa kecil yang agak suram. Saat ia masih kecil, Georgia masih merupakan bagian dari Uni Soviet. Saat itu, masih banyak gencatan senjata yang terjadi. Zaza sendiri bercerita bahwa saat ia masih kecil, ia sering melihat tentara melewati tempat tinggalnya. Ia juga mengatakan bahwa ia dulu sering kesulitan mendapat listrik dan makanan. Sedari kecil, Zaza sudah cinta dengan basket. Kecintaannya terhadap basket sendiri datang dari ibunya. Saat ia masih kecil, ibunya sering mengajak Zaza menonton pertandingan basket.

Zaza sendiri memang sangat cocok dengan olahraga basket. Zaza memiliki tubuh yang tinggi. Disaat usianya masih 13 tahun saja, Zaza tercatat sudah memiliki tinggi 203CM. Itu merupakan tinggi yang sangat luar biasa. Suatu hari, seorang scout basket Turki melihat bahwa Zaza punya potensi yang bagus. Akhirnya, karena merasa Zaza punya potensi yang bagus, Zaza pun akhirnya dibawa ke Turki untuk bermain basket. Tahun 1999 merupakan awal dari karir profesional Zaza. Saat itu, Zaza yang baru berusia 15 tahun bermain untuk klub Ulkerspor. Zaza merupakan pemain yang hebat di Turki. Saat itu, Zaza yang masih berusia belasan tahun, berhasil memenangkan banyak kejuaraan. Zaza juga pernah menjadi juara di liga basket Turki. Gelar juara ini berhasil ia dapat pada tahun 2001. Zaza merupakan salah satu pemain muda terhebat di liga Turki. Akhirnya, karena kemampuannya yang bagus, pada tahun 2003, Zaza pun terpilih oleh Orlando Magic di NBA Draft. Tanggal 5 November 2003 menjadi debut Zaza di NBA. Zaza tampil cantik di debutnya ini. Saat itu, bermain selama 16 menit, Zaza yang baru berusia 19 tahun tampil bagus dengan 7 poin dan 6 rebounds. Zaza juga punya persentase field goals yang bagus di gim tersebut. Ia saat itu berhasil memasukkan 3 dari 5 tembakannya, atau artinya, ia punya field goals percentage sebesar 60%. Zaza sendiri punya musim pertama yang cukup bagus di NBA. Meski mendapat menit yang sedikit, tapi Zaza berhasil mencatatkan rataan yang cukup solid. Ia juga cepat beradaptasi dengan gaya permainan keras di NBA. Zaza total bermain pada 59 pertandingan di musim NBA pertamanya, dan selama itu, ia berhasil mencatatkan rata-rata 3.3PPG; 2.9RPG; dan 0.4SPG.
 
Biografi Zaza Pachulia (Pemain Georgia Terhebat di NBA)

Pada tahun 2004, sebuah tim baru, Charlotte Bobcats datang ke NBA. Sesuai aturan NBA, tim Bobcats yang saat itu baru datang boleh memilih pemain untuk bermain di tim mereka. Zaza sendiri saat itu merupakan salah satu pemain yang mereka pilih, dan akhirnya, pada Expansion Draft 2004, Zaza pun terpilih oleh Bobcats. Zaza tidak lama di Bobcats. Baru saja terpilih, Zaza pun kemudian langsung ditrade ke Milwaukee Bucks. Zaza mengalami perkembangan di musim keduanya ini. Ia mendapat peningkatan menit bermain yang cukup besar. Ia juga berhasil meningkatkan berbagai rataannya di kertas statistik. Zaza rupanya tidak lama di Bucks. Usai kontraknya habis, pada offseason 2005, Zaza pun bergabung dengan Atlanta Hawks. Musim pertama dengan Hawks merupakan musim breakout bagi Zaza. Pada musim tersebut, ia untuk peratama kalinya dipercaya untuk menjadi pemain starter. Zaza sendiri tampil bagus sebagai starter. Saat itu, Zaza yang start pada 78 pertandingan berhasil mencatatkan rataan double digit dalam points. Sayangnya, meski tampil bagus secara individu, tapi tim yang Zaza bela punya prestasi yang buruk. Hawks saat itu hanya mampu meraih 26 kemenangan. Membuat mereka tidak masuk ke playoffs. Usai musim 2005/06, Zaza pun lanjut bermain di musim Hawks keduanya, yaitu musim 2006/07. Musim 2006/07 merupakan musim terbaik Zaza di NBA. Zaza tampil sangat bagus di musim tersebut. Saat itu, Zaza yang bermain pada 72 pertandingan berhasil mencatatkan rataan sekitar 12 poin dan 7 rebounds. Sayangnya, sama sepertinya musim sebelumnya, tim Atlanta Hawks yang Zaza bela tetap merupakan tim yang buruk. Mereka saat itu hanya berhasil meraih 30 kemenangan, membuat mereka hanya berada di posisi ke 13 dan tidak lolos ke playoffs.
 
Di musim berikutnya, Zaza mengalami penurunan besar-besaran. Saat itu, menit bermainnya mengalami penurunan drastis, dari yang sebelumnya sebesar 28 menit per game, menjadi hanya 15 menit per game. Penurunan menit bermain ini benar-benar berpengaruh besar terhadap performa Zaza. Akibat menit bermain yang sedikit, statistik Zaza mengalami penurunan yang cukup drastis. Bagaimanapun, meski mengalami penurunan stats individu, tapi tim yang Zaza bela berhasil mengalami peningkatan. Di musim 2007/2008, Hawks berhasil mendapat 37 kemenangan, membuat mereka lolos ke playoffs. Zaza tampil buruk di playoffs. Saat itu, Zaza yang merupakan seorang center pelapis hanya bisa mencatatkan rataan sebesar 4 poin per game. Zaza juga punya rataan field goals yang buruk di playoffs tersebut. Saat itu, Zaza hanya mampu mencatatkan rataan 28%FG. Menjadikannya sebagai pemain dengan persentase field goals terburuk ke 3 di Atlanta Hawks. Di musim berikutnya, Zaza dan timnya kembali lolos ke playoffs. Zaza bermain bagus di playoffs keduanya ini. Saat itu, Zaza berhasil mencatatkan rataan sekitar 7 poin dan 7 rebounds. Ia juga punya persentase field goals yang cukup bagus. Pertandingan terbaiknya Zaza di playoffs 2009 ini adalah pada saat game 4 melawan Heat. Saat itu, Zaza yang tampil dari bangku cadangan, tampil amat baik dengan mencetak 12 poin dan 18 rebounds. Selain tampil mempesona, tim yang Zaza bela juga menang saat itu. Hawks saat itu menang dengan skor 81-71. Zaza tampil bagus di playoffs 2009 ini. Sayangnya, ia dan timnya gagal mencapai baak final. Mereka saat itu hanya bisa sampai di ronde 2, usai dikalahkan oleh Cavs dengan skor telak 4-0.
 
Di 2 musim berikutnya, Zaza tetap menjadi pemain cadangan dari Hawks. Zaza tetap menjadi seorang role player yang solid dari bangku cadangan. Pada playoffs 2011, sebuah momen barbar terjadi kepada Zaza. Saat itu, Zaza terlibat perkelahian dengan Jason Richardson. Perkelahian ini berakibat buruk untuk Zaza. Saat itu, Zaza harus dikeluarkan dari lapangan. Ia juga saat itu di suspend pada 1 pertandingan. Pada Juli 2011, sebuah perstiwa besar terjadi di NBA. Saat itu, terjadi ketidaksesuaian pendapat antara para pemain dan pemilik tim, dan akhirnya, liga NBA pun terpaksa harus ditunda. Di tengah penundaan ini, Zaza tidak bisa bermain atau berlatih dengan Hawks. Akhirnya, untuk mengisi waktu luang, pada Oktober 2011, Zaza pun bergabung dengan klub basket Truki, Galatasaray. Zaza tak lama bermain di Galatasaray. Usai bermain pada 4 pertandingan, Zaza pun kemudian kembali lagi ke NBA. Zaza mendapat peningkatan menit bermain di Hawks. Jika sebelumnya Zaza hanya mendapat waktu bermain sekitar 16 menit saja, di musim 2011/12, Zaza mendapat menit bermain sebesar 28 menit per game. Zaza sendiri tampil cukup cantik saat itu. Sebagai seorang starting center, Zaza saat itu berhasil mencatatkan rataan sekitar 8 poin dan 8 rebounds. Musim 2012/13 menjadi musim terakhir Zaza di Hawks. Usai musim 2012/13 tersebut, Zaza yang kontraknya sudah habis pun kemudian bergabung dengan tim lain, yaitu Milwaukee Bucks.
 
Biografi Zaza Pachulia (Pemain Georgia Terhebat di NBA)

Di Bucks, Zaza berperan sebagai center veteran yang membina para pemain muda. Ya, Bucks dipenuhi oleh banyak sekali pemain muda bertalenta. Mereka saat itu punya banyak pemain muda berbakat, mulai dari Giannis Antetokounmpo, Khris Middleton, Brandon Knight, dan masih banyak lagi. Zaza tampil bagus di musim Bucks pertamanya ini. Saat itu, Zaza yang merupakan center utama, berhasil tampil solid dalam mencetak poin dan rebounds. Zaza juga berhasil tampil bagus dalam playmaking. Zaza saat itu berhasil mencatatkan rataan 2.6APG, itu merupakan yang tertinggi di sepanjang karirnya di NBA. Sayangnya, meski punya penampilan individu yang bagus, tapi tim yang dibela Zaza gagal meraih pencapaian yang baik. Bucks saat itu hanya mampu meraih 15 kemenangan, membuat mereka menjadi tim terburuk di NBA. Di musim berikutnya, Zaza tampil semakin bagus. Saat itu, Zaza yang berusia 31 tahun, berhasil menjadi pemain veteran yang bekualitas. Zaza berhasil meningkatkan berbagai rataannya di musim tersebut, mulai dari poin, rebounds, hingga persentase field goals. Peran terbesar yang Zaza berikan di musim tersebut adalan kepemimpinan dan playmaking. Zaza merupakan seorang pemain yang sudah lama di NBA, oleh sebab itu, ia mampu memimpin para pemain muda dengan baik. Zaza juga punya skill playmaking yang cukup baik di musim Bucks ke-3 nya ini. Zaza memang dikenal sebagai pemain dengan IQ yang cukup tinggi, oleh sebab itu, ia bisa menemukan rekan-rekannya dengan baik. Pertandingan terbaik Zaza di musim 2014/15 ini adalah pada pertandingan tanggal 20 Maret 2015, tepatnya saat Bucks berhadapan dengan Nets. Saat itu, Zaza yang bermain selama 40 menit tampil sangat baik dengan 22 poin, 21 rebounds, dan 7 asis. 21 Rebounds yang saat itu Zaza cetak merupakan perolehan rebounds tertinggi yang pernah ia catatkan di NBA. Ohya, ngomong-ngomong, di musim Bucks ke-3 nya ini, Zaza berhasil lolos ke playoffs. Bucks saat itu berhasil meraih kebangkitan yang luar biasa. Mereka saat itu berhasil mendapat 41 kemenangan, ini jauh lebih baik dari musim sebelumnya. Zaza tampil cukup bagus di playoffs. Saat itu, Zaza yang menjadi starting center, berhasil mencatatkan rataan sekitar 7 poin dan 7 rebounds. Sayangnya, Zaza dan timnya tidak punya perjalanan yang panjang di playoffs 2015 ini. Mereka saat itu harus keluar di ronde pertama, usai dikalahkan oleh Bulls dengan skor 4-2.
 
Usai tersingkir dari playoffs, pada offseason 2015, Zaza pun membela negaranya di Euro Basket 2015. Zaza dan timnya gagal meraih prestasi yang bagus di Euro Basket. Saat itu, harapan mereka mencapai final harus pupus usai kalah di babak 16 besar. Usai bermain di timnas, pada musim 2015/16, Zaza pun bermain untuk tim lain, yaitu Dallas Mavericks. Zaza mengalami peningkatan menit bermain di Mavs. Mavs saat itu sedang kekurangan bigman, oleh sebab itu, Zaza pun mau tidak mau harus bermain dengan menit bermain yang banyak. Zaza tampil dengan bagus di Mavs. Ia memang tidak bisa menembak seperti center-center modern yang lain, meski begitu, ia mampu menutupi hal tersebut lewat sentuhan lembut dan reboundsnya. Zaza bermain dengan solid di musim Mavs pertamanya ini. Ia bahkan sempat mencetak 21 rebounds pada salah satu pertandingan di musim reguler. 21 Rebounds tersebut merupakan career highnya di NBA. Zaza tidak lama berada di Mavs. Usai kontraknya habis, pada offseason 2016, Zaza pun bergabung dengan Golden State Warriors.
 
Biografi Zaza Pachulia (Pemain Georgia Terhebat di NBA)

Di Warriors, Zaza bertugas sebagai center facilitator. Skillnya dalam mencetak poin tidak terlalu dibutuhkan disana. Sebaliknya, skillnya dalam melakukan screen serta memberikan passing sangatlah dibutuhkan. Zaza juga bermain cukup bagus dalam defense. Ia memang bukanlah defender elit, meski begitu, performanya dalam defense bisa dibilang cukup bagus. Zaza benar-benar populer di Warriors. Saking populernya, pada All Star 2017, Zaza sampai-sampai menjadi salah satu pemain dengan vote terbanyak. Zaza saat itu tercatat mendapat vote sebanyak 439.675. Itu jauh lebih banyak dibanding vote yang didapatkan oleh pemain-pemain bintang seperti Kawhi, Anthony Davis, dan Demarcus Cousins. Meski mendapat banyak vote, Zaza akhirnya tetap tidak bermain di All Star. Skillnya yang kurang merupakan alasan mengapa ia akhirnya tidak bermain di All Star. Warriors yang Zaza bela merupakan tim yang sangat hebat. Mereka saat itu tercatat berhasil meraih 67 kemenangan di musim reguler, membuat mereka lolos ke playoffs. Zaza tampil solid di playoffs. Di dua ronde pertama, Zaza berhasil mencatatkan rataan yang cukup bagus. Ia juga saat itu berhasil menolong timnya memenangkan semua laga yang ada. Di ronde 3, sebuah momen bersejarah datang dari Zaza. Di game pertama, Zaza tertangkap basah melakukan gerakan kotor untuk mencedrai Kawhi Leonard. Zaza saat itu menempatkan kakinya dibawah kaki Kawhi. Membuat Kawhi mengalami cedera ankle. Sebenarnya, perilaku kotor Zaza kepada Kawhi ini bukanlah yang pertama kali. Di tahun 2016, Zaza juga pernah hampir mencedrai tangan Kawhi. Untungnya, Kawhi tidak sampai mengalami cedera saat itu. Seluruh dunia membenci Zaza usai permainan kotor tersebut. Pelatih Spurs, Gregg Popovich, sampai-sampai mengutuk perbuatan kotor Zaza di media. Di lain sisi, Zaza mengaku bahwa ia tidak bermaksud mencedrai Kawhi, meski begitu, banyak yang tidak percaya dengan ucapan Zaza ini. Zaza memang terkenal sebagai pemain yang kotor. Di sepanjang karirnya, Zaza sudah beberapa kali melakukan berbagai gerakan-gerakan kotor untuk melukai lawannya.
 
Cederanya Kawhi rupanya menjadi berkah tersendiri bagi Warriors. Tanpa Kawhi, Spurs hanyalah menjadi tim papan bawah. Warriors sendiri akhirnya berhasil mengalahkan Spurs. Mereka menang dengan skor telak 4-0. Usai menyingkirkan Spurs, Zaza dan kawan-kawan pun bermain di Final NBA. Zaza tampil dengan bagus di Final. Ia memang agak sedikit under perform, meski begitu, performanya sebagai center bisa dibilang cukup bagus. Warriors sendiri akhirnya berhasil memenangkan serial final ini. Mereka menang dengan skor telak 4-1. Dengan kemenangan Warriros di Final ini, Zaza pun berhasil mencetak sejarah baru di negaranya. Ia saat itu menjadi orang Georgia pertama yang berhasil memenangkan juara NBA.
 
Usai meraih juara, Zaza pun pulang kembali ke negaranya, Georgia. Zaza disambut bak raja di Georgia. Saat itu, ia disambut oleh ribuan fans serta keluarganya. Zaza benar-benar dielu-elukan disana. Ia bahkan mendapat penghargaan Order of Honor dari presiden Georgia. Order of Honor merupakan salah satu penghargaan tertinggi yang bisa didapat oleh warga negara Georgia. Usai merayakan pesta besar di Georgia, Zaza pun lanjut membela Georgia di Euro Basket 2017. Euro Basket 2017 ini merupakan turnamen timnas terakhirnya Zaza. Zaza tampil bagus di turnamen tersebut. Bermain pada 5 pertandingan, Zaza saat itu berhasil mencatatkan rataan sekitar 13 poin dan 9 rebounds. Usai bermain di timnas, Zaza pun kembali ke Amerika untuk bermain di NBA. Sebelum musim 2017/18 dimulai, NBA merilis aturan baru tentang Zaza. NBA saat itu merilis The Zaza Rule. Aturan ini berisi: “Wasit bisa mereview ulang closeout foul yang dilakukan oleh pemain. Jika dalam review tersebut wasit melihat bahwa pemain yang melakukan closeout foul ternyata melakukan gerakan tidak sportif, maka wasit berhak meningkatkan level pelanggaran menjadi flagrant foul.” Ya, Zaza Rule ini memang sangatlah penting. NBA tidak ingin ada lagi kejadian serupa seperti yang terjadi pada Kawhi Leonard. NBA ingin semua pemainnya bermain dengan sportif dan aman.
 
Di musim 2017/18, Zaza tetap bermain dengan Golden State Warriors. Zaza mengawali musim keduanya di Warriors sebagai starter. Zaza tampil buruk sebagai starter. Saat itu, ia menjadi penghalang bagi Warriors. Zaza tidak bisa mengimbangi permainan cepat dari para starter Warriors. Melihat hal ini, Steve Kerr pun akhirnya mengambil tindakan. Usai All Star break, Kerr pun memindahkan Zaza ke barisan cadangan. Zaza hanya mendapat menit yang sedikit sebagai cadangan. Produksinya juga mengalami penurunan yang cukup besar. Di playoffs, Zaza semakin jarang dimainkan. Zaza bahkan sempat tidak bermain pada beberapa pertandingan, menunjukkan bahwa perannya di Warriors sudah semakin tidak dibutuhkan. Warriors sendiri akhirnya berhasil memenangkan final di 2018. Gelar jaura 2018 ini menjadi gelar juara keduanya di NBA. Usai meraih juara NBA, pada offseason 2018, Zaza pun bergabung dengan Detroit Pistons. Banyak fans Detoit yang kecewa dengan pilihan ini. Pasalnya, Zaza tampil buruk di playoffs terakhirnya dengan Warriors. Zaza juga terkenal sebagai pemain yang kotor, oleh sebab itu, mereka tidak suka dengan keputusan Pistons ini. Di Pistons, Zaza berperan sebagai bigman veteran yang datang dari bangku cadangan. Zaza tampil lumayan di musim ke 16 nya ini. Sebagai bigman pelapis, ia berhasil memfasilitasi rekan-rekannya dengan baik. Ia berhasil melakukan screen dengan sempurna, melakukan rebounds, melakukan defense, serta melakukan playmaking di lowpost. Zaza sendiri total bermain pada 68 pertandingan di musim ke 16 nya ini, dan selama itu, ia berhasil mencatatkan rata-rata 3.9PPG; 3.9RPG; dan 1.3APG.
 
Musim 2018/19 rupanya merupakan musim terakhir Zaza di NBA. Usai musim tersebut, Zaza yang skillnya sudah semakin menurun pun kemudian memutuskan untuk pensiun dari NBA. Zaza total bermain selama 16 tahun di NBA, dan selama itu, ia berhasil mencatatkan rata-rata 6.8PPG; 5.8RPG; dan 1.3APG. Zaza juga pernah 2 kali mendapat gelar juara NBA, ia merupakan orang Georgia pertama yang mendapat juara NBA. Zaza merupakan pemain Georgia terhebat yang pernah bermain di NBA.
 
Usai pensiun, Zaza pun bergabung sebagai konsultan untuk Golden State Warriors. Di Warriors, Zaza berperan untuk membantu para pemain dan organisasi Warriors untuk semakin berkembang.
 
Baiklah, itulah tadi biografi dari Zaza Pachulia, center lambat asal Georgia yang bermain selama belasan tahun di NBA. Ia memang merupakan pemain yang kotor, tapi paling tidak, ia berhasil menjadi pebasket terhebat di negaranya. Baiklah, sekian video pada hari ini, terimakasih buat kalian yang sudah menonton, dan sampai jumpa di video selanjutnya.
0
346
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan