missforget21Avatar border
TS
missforget21
Broken Home Bag.10


Broken Home

Bag.10

Waktunya Merajut kembali.

                    Kepergian yang Tiba-tiba itu serasa menghancurkan segalanya.Hal itu benar-benar mengubur harapan yang tersisa. Dimana kepercayaan akan kebahagiaan itu benar-benar di hancurkan setelah insiden itu. Rasanya akan sangat sulit untuk mencoba lagi. Mengingat resiko Pata hati dan kecewa yang menanti.

                    Yups, bahkan saat aku bukan lagi Anak SD seperti dulu, bayangan kelam dan kecewa itu masih terus setia menemani. Mungkin akan selamanya menemaniku. Yups, mungkin untuk manusia sepertiku, satu-satunya yang pantas berada di sampingku adalah kecewa. Selain aku kecewa dengan pernikahan dan benci akan perceraian. Aku juga sangat kecewa dengan Ayah. Karena Ayah pada akhirnya menjadi Monster yang jauh mengerikan dari dirinya yang dulu.

                    Aku sadar, bahwa kepergian Ibu Maya memang Hantaman keras bagi Ayah. Tapi itu tidak bisa dijadikan alasan untuk mematikanku di hidupnya bersama dengan kematian Ibu Maya.Aku Masih hidup. Aku masih ada di rumah yang sma dengannya. Aku bahkan masih melihatnya di pagi hari. Tapi mengapa Ayah memperlakukanku seperti tidak terlihat. Ayah tidak pernah menghiraukanku setelah kepergian Ibu Maya. Ayah bahkan sangat jarang bicara padaku. Aku bagaikan Hidup tapi tak bernyawa dibuatnya.

                    Apa hal yang paling menjengkelkan selain diabaikan..?, Apa hal yang paling menyedihkan selain tak dianggap..?, Apa hal yang paling menjijikkan selain Cinta..?,. Tentu tidak ada. AKu yang bahkan tumbuh tanpa simpati dari seorang Ayah dan Ibu. Dimana aku bahkan masih bisa melihat Ayahku lalu lalang di hadapanku setiap hari. Hal itu benar-benar ku benci. Dia memperlakukanku seperti aku sudah tak terlihat. Apa mungkin yang mati baginya adalah aku..? Bukan Ibu Maya..?. Aku tidak tahu apa yang ada di kepalanya. Yang jelas Ayah kini berubah. Menjadi monster sejati.

                    Sikap Ayah sangat dingin padaku. Bahkan terkesan tidak bisa merasakanku. Oleh karena itu, aku mencari sesuatu yang kiranya mampu membuatku lebih berarti untuk hidup. Dan jika aku tidak bisa menemukannya di dalam rumah. Maka aku akan mencarinya di luar rumah. Rumah itu kecil dan Pengap. Dan jika aku tidak bisa menemukan perhatian di dalamnya, maka aku akan mencari perhatian di luarnya. Di Dunia yang besar dan penuh dengan orang asing. Tapi tentu, jika orang asing itu lebih baik dari orang rumah, mengapa tidak aku mencoba menjadi dekat.Jika orang yang ku kenal saja memperlakukanku seperti orang asing.

                    Saat itu, Usiku bukan lagi anak kecil yang akan pasrah saja ketika orang tuanya merampas Haknya. Aku bukan lagi anak kecil yang tinggal diam dan perlahan menagis di bawah selimut ketika ketidak adilan menghampiri.Yah, waktu memang tidak pernah tinggal diam, dan waktu akan enggan untuk kembali. Dan sama dengan ku, aku tidak akan sudi kembali pada masa kelam itu.Adapun waktu memaksaku kembali, maka aku akan berontak. Melawan sebisaku. Memastikan bahwa aku akan melakukan apapun sesuai dengan keputusanku, bukan dari keputusan orang lain.

                    Yups Aku tidak tahu apakah itu bisa dikategorikan Liar atau apa. Tapi  semenjak aku mulai bosan dengan sikap Ayah yang dingin. Aku menjadi lebih suka berada di luar Rumah. Mengikuti arus yang kulihat nyaman dan Bahagia. Aku menjadi Pribadi yang seratus persen berbeda. Sangat jauh dengan Shiren yang cengen dan sangat pasrah akan setiap keadaannya. Yups, karena perlakukan Ayah yang membuatku tidak nyaman tinggal di rumah, jadi aku lebih banyak menghabiskan waktu ku di luar Rumah, terkadang aku juga lupa waktu dan akan pulang ketika Pagi.

                    Hal itu karena aku menemukan seseorang yang mampu membuatku Nyaman.  Berada bersama mereka membuatku merasa penting. Membuatku merasa berharga.

                   Perkenalanku dengan semua kegiatan luar ruamhku itu berasal dari satu orang. Satu orang yang membuatku selalu bersama jutaan orang. Satu Orang yang membuat Hariku begitu Ramai.  Dia adalah Roy,atau yang lebih akrab di sapa Bades oleh teman-temannya. Yah Roy memang berbadan Tinggi, Putih, mancung, Berotot dan sebagai bonus. Dia juga bertatto. Dia terlihat sangat keren dengan pakaiannya yang dilengkapi beberapa sobekan di beberapa bagiannya.  Bagiku, Roy adalah penyelamatku. Roy mempertemukanku dengan Dunia baru dan teman-teman baru. Dari Roy lah aku mengenal Anton, Bima, Yudi dan Anita.  Mereka semua adalah keluarga Baruku. Mereka membuatku lebih nyaman berada bersama mereka dari pada denagn keluargaku sendiri.

                    Sejak aku mengenal mereka. Rumah Bukan lagi apa yang ku tuju. Tapi Basecamp. Basecamp adalah Rumah yang sesungguhnya bagi kami. Yah, kami adalah kumpulan anak yang dibuang oleh orang tuanya. Kami adalah Anak-anak yang tidak dianggap di rumah sendiri.  Ada juga beberapa yang berlatar belakang sama sepertiku. Salah satunya Roy.

                    Roy juga anak dari broken home. Roy juga puing yang terombang ambing sepertiku. Bernasib menyedihkan dan ditelantarkan. Yah itulah kami.  Mungkin dengan latar belakang yang sama, membuatku menjadi sangat nyaman berada di dekat Roy. Berada di antara mereka semua sungguh menyenangkan. Di dalam Basecamp aku memilki segalanya yang tidak akan pernah ku dapatkan di rumah.

                    Aku memiliki Anton yang sangat cerdas. Dia mampu menemukan Solusi atas segala kesusahan kami. Juga Bima, yang sangat Lucu dan pandai sekali bernyanyi. Semua masalah kami akan hilang seketika jika Bima sudah bernyanyi. Dan Yudi. Lelaki tampanyang satu ini, sangat mempesona. Sekali lirikannya bisa membuat sepuluh wanita meleleh. Uch, sungguh luar biasa. Dan jangan Lupakan Anita. Dia adalah satu-satunya wanita terkuat yang pernah ku kenal. Yunita adalah seorang perempuan yang memiliki Hati Baja. Dia telah melewati semua cobaan terberat. Yang terakhir adalah saat Yunita Harus rela di jual oleh Ayah kandungnya sendiri kepada lelaki hidung belang. Untungnya, Yunita berhasil diselamatkan OIeh Roy kala itu. Dan setelah Yunita selamat dari lelaki hidung belang itu, Roy dan Yunta kemudian melaporkan Manusia Tak berperasaan itu kepada pihak yang berwajib. Dan setelah itu, Yunita akhirnya bebas dan kini menjalani hidupnya sesuai dengan apa yang dia inginkan. Dan menurut Yunita, hidup yang paling menyenangkan adalah ketika kau mampu membuat pilihanmu sendiri tanpa membiarkan orang lain memilihkannya untukmu.

“Setelah semua yang kulewati, aku akhirnya tahu, bahwa hidupku itu hanya milikku. Dan setiap keputusan yang ku ambil adalah yang terbaik bagiku. Dan jika aku mengambil keputusan yang salah. Itu tidak masalah. Karena itu keputusanku…”

                    Itulah yang dikatakan Yunita padaku saat dia tahu cerita hidupku. Dan perkataan Yunita itulah yang juag turut ikut ambil merubah diriku. Waktu itu aku rasa semua yang di katakana Yunita adalah kebenaran. Maka tentu ku putuskan semua pilihanku itu sendiri.

                    Basecamp adalah satu-satunya tempat yang membuat kami menjadi lupa waktu. Jika kami berkumpul, maka panggilan Pulang tidak akan pernah terdengar. Apa ini rasanya punya Sahabat..?,Setiap waktu yang kita habiskan bersama tidak akan pernah sia-sia. Malahan setiap Jam,menit, dan detik bersama sahabat akan selalu terasa berarti. Saat bersama mereka, Ku rasa aku telah jatuh cinta pada kebersamaan itu dan membuatku tidak ingin berpisah bahkan sedetik dari mereka.

                    Ada suatu masa yang membuatku sangat-sangat ingin tinggal lebih lama bersama mereka. Yaitu, saat Roy.., dengan beraninya, mengatakan cintanya padaku. Yups, Aku bukan lagi anak kecil seperti dulu yang akan gemetar ketika mendengar kata Cinta. Tapi jujur, aku masih belum sepenuhnya menerima keberadaan cinta di hidupku. Bayangan kelam akan Cinta itu masih biasa terbayang.

“Shiren.., Di depan teman-teman kita ini.., AKu ingin mengungkapkan perasaan yang selama ini ku pendam untukmu..” Kala itu, aku melihat Roy Nampak begitu tenang. Dimatanya terlihat kepercayaan diri yang sangat tinggi luar biasa. Aku Yakin bahwa Roy serius padaku. Tapi apalah gunanya, jika keseriusan itu hanya akan berakhir dengan duka.

“Shiren.., Aku menyukaimu.., Aku merasakan kenyamanan saat bersama denganmu. Kau membuatku tersnyum lebih sering dari biasanya. Dan aku harap kau juga merasakan hal yang sama seperti apa yang aku rasakan…”

                    Tidak sama seperti yang lain. Dimata Roy, aku tidak bisa melihat ketulusan seperti yang pernah kulihat di mata Ayah saat melamar Ibu Maya. Tapi di mata Roy yang aku lihat hanyalah keseriusan. Tapi aku tidak tahu keseriusan apa yang dia punya.

“Roy..,Aku juga merasa nyaman bersamamu.., Aku juga tersenyum saat bersamamu.. Tapi Bukan hanya denganmu.. Tapi dengan kalian semua.. Dengan Anton.., Dengan Bima.., Yudi dan juga Anita.., Mungkin kalian akan menjadi cinta pertama dalam hidupku… kau mengerti kan maksudku..?”.

                     Jawapan penolakan yang ku berikan ternyata  melukainya terlalu dalam. Aku tidak pernah tahu bahwa apa yang kulakukan akan melukainya seperti itu. Sesaat setelah jawapan itu keberikan, Roy terlihat begitu sedih, dan juga kesal. Ada sejuta Emosi dimatanya. Ada begitu banyak kalimat kasar di ujung bibirnya. Entah, dia akan memaki ku atau memaki dirinya.Tapi kekacauan itu Nampak sangt jelas di wajahnya yang perlahan memerah itu. Sungguh, selama aku mengenal Roy, aku belum pernah melihatnya semarah itu, dia benar-benar marah. Hatinya panas. Fikirannya kacau, Roy sangat menakutkan.

“Roy.., Aku minta maaf.., tapi, Aku belum bisa sepenuhnya menerima keberadaan untuk perasaan itu di hatiku. Luka yang dulu membekas belum sembuh seutuhnya, Ku harap kau mengerti Roy..” Ucapku sembari menggenggam tangan Roy yang perlahan mengepal.

                    Hanya kata-kata itu yang bisa ku berikan kepada Roy. Berharap dia tidak akan membenciku dan ingin tetap menjadi sahabatku.Kala itu, yang ada di kepalaku hanyalah persahabatan. Tidak ada hal yang lebih indah dari itu. Tapi mungkin bagi Roy, alasanku menolaknya tidak lah Logis. Dan untuk seseorang seperti Roy yang tidak pernah Gagal dan kalah itu adalah hal yang memalukan. Terlebih Karena dia mengutarakannya di depan semua teman-teman kami.Bahkan sedikit Ejekan dari Bima terasa begitu menyakitkan bagi Roy.

“Jia elah.., Cia Bades di tolak….!!” Ejek Bima kala itu

                    Seruan canda dari Bima kala itu, malah membuat Roy semakin panas. Kepalan tangannya terasa begitu Kuat, seakan-akan siap menghancurkan sebuah tembok sekalipun. Sontak saja. Keadaan yang tidak baik itu membuat ku merasa sangat tidak enak.  Apa aku telah membuat kesalahan..?.

                    Pertanyaan itu terus saja bergema dalam hatiku, Aku seolah-olah telah melakukan kesalahan fatal yang menghilangkan nyawaku. Aku takut, bukan pada Roy. Tapi pada status persahabatan kami. AKu sangat takut samapi aku menjadi beku di depan Roy selama beberapa waktu. Bahkan aku sempat tidak keluar Rumah dalam beberapa waktu kala itu.Dan ku fikir dengan aku tinggal di rumah selama beberapa hari, aku akan bisa melihat Ayah.

                    Jujur, walau aku senang berada di luar Rumah dan begitu benci suasana di dalam Rumah,tapi ada kalanya aku sangat menghawatirkan Ayah. Bagaimana harinya..?, apakah Ayah baik-baik saja..?, Apakah Ayah sudah bisa melupakan Ibu Maya..?.

                    Yah.., siapa sangka bahwa Ayah benar-benar tenggelam dalam kesedihannya. Dan bahkan bertahun-tahun setelah kepergian Ibu Maya, Ayah masih saja mengurung dirinya di dunianya sendiri. Dunia yang benar-benar menjadi miliknya sendiri tanpa siapapun menemaninya, termasuk aku.

                    Dan setelah melakukan penolakan atas pengakuan Roy padaku, aku memutuskan untuk tinggal di rumah selama beberapa hari. Dan selama itu pula, aku memperhatikan Ayah dengan segala kesibukannya. Yah, Ayah kembali menjadi manusia seperti dulu. Persis saat perceraian itu datang. Ayah kembali acuh dan tidak perduli. Harinya hanya dilewatinya di depan computer dan tumpukan kertas itu. Bahkan buruknya lagi, Ayah membiarkan aku menikmati duniaku yang sekarang. Ayah tidak perduli siapa temanku, apa makananku dan seperti apa lingkunganku. Setiap kali aku pulang tidak perduli jam berapapun. Ayah hanya akan mengatakan dua kalimat acuh.

“Sudah pulang..?”.

Dan sama seperti dulu, Ayah hanya akan bertanya atau bicara, tapi tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya. Yah, suatu kebiasaan yang sangat menjengkelkan. Tapi entah mengapa ketika Roy datang ke rumah untuk menemuiku, Ayah begitu banyak bertanya tentangnya. Yah, mungkin karena penampilan Roy yang terlihat seperti preman membuat Ayah sedikit khawatir.Apalagi saat kami berdua terlihat begitu akrab saat bercakap.

“Shiren.., kenapa kamu tidak pernah datang ke Basecamp lagi..?, apa karena aku..?” Tanya Roy kala itu.

“Bukan Roy.., bukan karena kamu atau yang lainnya, Hanya saja.., aku ingin tinggal di rumah dan menghabiskan waktu bersama Ayah..” Aku hanya mencoba memberi alasan yang mungkin tidak menyakiti hati siapapun.

“Apa benar seperti itu..?” Roy kembali bertanya. Meyakinkan apakah aku berkata benar atau hanya beralasan.

“Ia.. Benar..,untuk apa aku berbohong..” Aku mencoba menjaga ekspresiku pada sahabatku itu. Mencoba agar semuanya terlihat normal.

                    Kami kemudian membisu untuk beberapa saat. Aku tidak tahu harus membicarakan apa dengan Roy, yang ada di kepalaku hanyalah perasaan takut. Aku takut membuka bicara dan malah menyakitinhya lagi.Sama seperti tempo hari. Dan aku tidka ingin melihat Api lagi dimatanya.Melihat Roy marah seperti itu sangat menakutkan bagiku. Karena selama ini Roy selalu terlihat sebagai orang yang sangat periang dan dewasa. Tapi ketika dia marah. Dia sungguh menjadi pribadi yang berbeda.Dan aku tidak suka itu.

“Shiren…, Apa kau masih tidak percaya dengan perkataanku tempo hari padamu..?” Roy kembali membuka bicara.Melemparkan pertanyaan yang sangat ku hindari.Dan akhirnya aku harus memberi jawaban atas pertanyaan Roy.

“Bukan aku tidak aku percaya padamu Roy.., Tapi sungguh.., aku nyaman hanya sebagai teman padamu. Tidak lebih. Dan lagi.., aku tidak bisa mencintai seseorang. AKu Benci dengan perasaan yang seperti itu Roy.. aku mohon pengertianmu..”

                    Aku kembali melakukannya. Ku patahkan hatinya untuk kedua kalinya. Dan mungkin akan lebih sakit dari yang pertama. AKu sungguh marah pada diriku sendiri. Mengapa aku menyakitinya..?, Tapi aku tidak mungkin menggantung atau memberi harapan palsu padanya. Jika aku melakukan itu. Maka sama halnya aku membunuhnya perlahan. Dan mungkin itulah Cinta. Dia hadir tidak untuk dihidupkan. Tapi untuk di matikan.

“Ok.., baiklah.., aku Paham..,”. terlihat kekesalan dan kekecewaan di mata Roy. Dia sangat hancur. Apa itu adalah pembunuhan yang menyisakan mumi..?. Aku menanyakan hal itu pada diriku kala itu. Karena aku merasa seperti seorang pembunuh dan sekarang yang kubunuh telah menjadi Mumi dan berdiri tepat di depanku. Rasa bersalah dan penyesalan berpadu dengan takut itu benar-benar merusak warna hatiku.

“Maafkan Aku Roy.., Tapi aku sungguh tidak bisa..” AKu hanya bisa mengucapkan Maaf yang tulus kala itu. Hanya itu yang bisa ku berikan.

“Ok.., Kalau begitu sekarang aku pergi. ..” Roy pamit. Dengan senyum palsu di bibirnya.

“Ia.., Hati-hati di jalan..” Ucapku. Membiarkan Roy berlalu dan mulai melangkah menjauh. Tapi tak lama setelah dia berjalan, dia kemudian berbalik. Dan memberi senyum yang tulus tapi sedikit dipaksakan sembari berkata.

“Datanglah Ke Basecamp Besok.., Semua merindukanmu… OK…??!!”. Kala itu ketegaran terlihat jelas di kedua matanya.Senyum yang terpaksa itu menandakan kerasnya dia menahan hantaman di dadanya.

                    Aku masih saja berdiri di posisi awal aku dan Roy bercakap. Melihatnya berlalu dan perlahan menjauh hingga dia tak terlihat setelah berbelok ke salah satu jalan yang ada di persimpangan. Hanya Pundaknya yang terlihat kala itu. Tapi jelas dia kecewa. Kepala yang menunduk itu menggambarkan kondisinya.

 

 
Diubah oleh missforget21 22-12-2021 23:30
lsenseyelAvatar border
lsenseyel memberi reputasi
1
333
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan