- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Catatan Perjalanan OANC
Pendakian Gunung Sindoro Via Alang Alang Sewu Dan Kenangan Indahnya


TS
lapar.bang
Pendakian Gunung Sindoro Via Alang Alang Sewu Dan Kenangan Indahnya





Halo para warga kaskuser sekalian, sebagaimana warga kaskuser yang berbudiman jangan lupa untuk





SELAMAT MEMBACA


udahmales banget nih badan rebahan mulu
hawa hawanya pengen liburan
Gunung Sindoro sendiri terletak di Jawa Tengah. Lebih tepatnya berada di Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo, dan perjalanan ini saya mulai dari Surabaya dengan menggunakan bus hanya seorang diri.

Ada dua bus yang melayani perjalanan dari Surabaya ke Wonosobo, yakni bus Eka dan juga bus Sugeng Rahayu. Untuk harga tiket sendiri Rp.150.000 sudah include makan 1 kali dan busnya kelas eksekutif. Perjalanan ditempuh kurang lebih 12 jam dan tepat pukul 1 dini hari saya sampai di Wonosobo. Tapi saya tidak memilih turun di terminal, melainkan memilih turun di depan Basecamp pendakian Gunung Sindoro via alang-alang sewu.
Setelah berisitrahat beberapa jam kita pun melakukan registrasi dan memenuhi logistik apa saja yang akan kita bawa.
Tepat pukul 6 pagi semua peralatan sudah siap. Di TKP sendiri saya sudah ditunggu beberapa kawan disana. Diantaranya:
Setelah semua sudah dirasa lengkap, kita pun memulai untuk berdoa bersama memulai pendakian.
Dari Basecamp kita naik ojek sampai dengan batas hutan, disini harga ojeknya hanya Rp.20.000 untuk 1 orang. Lumayan lah kita bisa memangkas waktu. Setelah semua berkumpul, acara sesi foto bersama pun tak boleh ketinggalan. Satu-dua foto tak masalah lah ya


Perjalanan kali ini bisa dibilang perjalanan paling santai, karena semua umur pendaki disini rata rata 30 tahun keatas. Kecuali Saya, Johana, dan Yoyon. Eh yoyon udah mau kepala tiga sih sebenernya
Track awal adalah tanah basah, karena semalamam habis diguyur hujan jadinya yaa lumayan sedikit licin. Kanan kiri masih didominasi oleh tumbuhan geranium, tumbuhan geranium adalah tumbuhan pengusir nyamuk yang biasanya bunganya dijadiin soffel atau autan.

Banyak banget sampai perlahan-lahan jalanan semakin naik- dan naik

Pict Saya, om Heri, dan juga Ratih.
Benar benar santai, bahkan kita tidak menghitung berapa jam kita berhenti, yang penting jalan, terus kalau capek ya berhenti, dan yang pasti kita lebih banyak berhentinya
Setelah jalan beberapa jam akhirnya kita sampai juga di pos 1 nih bray.

Di pos 1 sendiri kita istirahat cukup lama, menghabiskan berbatang-batang rokok. Dan yang pasti kita males jalan karena sudah terlanjur enak dengan yang namanya istirahat
Tapi kalau seperti ini terus kapan kita sampainya

Yuk lanjut
Setelah dirasa cukup kita pun melanjutkan perjalanan ke pos 2. Jaraknya entah berapa kilo yang penting kita jalan terus aja deh
Di tengah perjalanan antara pos 1 ke pos 2 kita menemukan sumber air yang sudah ada krannya. Ternyata jalur pendakian gunung sindoro via alang-alang sewu ini adalah jalur pendakian yang ada airnya. Dijalur pendakian lain tidak ada sumber mata air kecuali via alang-alang sewu ini bray. Lumayan lah gak usah bawa air banyak-banyak, bisa isi dari sini biar gak terlalu berat bawaannya.
Nah, di sumber mata air ini kita istirahat sekitar 2 jam. Pokoknya kita lebih banyak istirahatnya deh ketimbang jalannya
Dua jirigen sudah terisi air. Kini giliran saya dan Yoyon yang membawa masing-masing jerigen tersebut untuk keperluan masak-memasak di tenda nanti
Ternyata lumayan juga, hal ini membuat kaki saya sedikit kram saat berjalan karena beban yang lumayan berat saya pikul, mungkin yang dirasakan Yoyon juga sama seperti itu. Tak apalah yang penting kita jalan aja terus. Nah setelah beberapa jam jalan akhirnya kita sampai di pos 2 bray. Ternyata deket.

Tempat ini lumayan luas. Disini kita istirahat lagi, mba Ratih menunaikan kewajibannya sebagai muslim. Sementara yang lain yaa bercanda aja sambil ngerokok
Setelah berpoto-poto dan istirahat cukup lama sekali dan jam mulai menunjukkan angka 1 siang, kita melanjutkan perjalanan ke pos 3. Perjalanan ke pos 3 kali ini lumayan menyiksa karena semakin ke atas jalannya semakin naik.

Bukan sekali dua kali kita berhenti dijalur, tapi berkali-kali. Vegetasi jalan untuk ke pos 3 sendiri mulai sedikit rimbun, jalurnya kecil dan berkelok-kelok, didominasi tanah gembur dan akar membuat pijakan semakin enak karena kita tidak bertemu dengan bebatuan.

Pose nahan kram kaki
Di pos tiga ini kaki benar-benar kram, untungnya saat itu terjadi saya sudah sampai di pos 3. Saya pun mengistirahatkan kaki sejenak sembari mampir ke tenda pendaki lain guna meminta kopi, kali aja mereka udah buat
Ternyata mereka udah buat kopinya dong. Setelah menunggu semua rombongan datang, akhirnya kita pasrah ke Yoyon yang emang sudah paham betul selum beluk tempat ini. Kita pun disarankan untuk membangun tenda agak keatas biar tidak tertiup angin, karena di atas pos 3 inj tempatnya lumayan tertutup dan banyak pepohonan. Berikut penampakan pos 3


Fakboy gunung. Om Heri dengan sejuta pesonannya
Setelah semua sudah sampai barulah kita bangun-membangun tenda. Memasang flysheat, dan membuat parit jikalau nanti turun hujan. Karena pendakian ini dilakukan dibulan Febuari maka potensi hujan sangat besar. Dan beruntungnya hari ini kita tidak diguyur hujan karena semalaman di Basecamp kita sudah diguyur hujan.
Oh iya, sunrise hunter disini sebelahan dengan sunrise camp via kledung bray, jalurnya sebelah-sebelahan, tapi kita gak bisa gitu aja motong jalur. Warga lereng sindoro sepakat kalau pengen buka jalur pendakian harus punya rute sendiri, jangan sampai bertemu di persimpangan atau ketemu di salah satu pos. Inilah asiknya gunung sindoro walaupun jalurnya bersebelahan kita gak bakal ketemu pendaki dari jalur lain kecuali dipuncak
Di pos 3 ini juga ada babinya, tapi gak gede gede banget sih. Selain itu ada garangan juga lumayan banyak, banyak lah pokoknya penampakan hewan asli gunung sini. Malam itu hawanya juga lumayan dingin walaupun kita mendaki dimusim hujan.
Semua logistik keluar dan masak-masak lah kita sembari menunggu mata ini mengantuk.
Setelah masak-masak selesai, kita sedikit bercerita dan juga saling bercanda satu sama lain. Seru sekali obrolan kali ini. Dan di pendakian kali ini semua orang belum pernah ketemu kecuali di sini, semua hanya akrab di whatsaap grup saja. Dan realisasi untuk mendaki sindoro secara dadakan akhirnya berhasil dengan memberangkatkan 6 orang dari 20 orang yang ada di grup
Angin malam itu lumayan keceng bray, membuat tenda dan flysheat "ubluk-ubluk"karena diterpa angin. Tapi mata sudah terasa berat. Kita pun akhirnya memejamkan mata dan menuju ke dunia mimpi.
Selamat malam
Selamat beritirahat.

DAY 2
Selamat pagi dan selamat beraktifitas
Pagi ini kita hanya sarapan kecil saja, yang mau makan nasi silahkan, yang mau nyemil silahkan, yang mau makan roti silahkan. Semua dipersilahkan. Tapi karena track yang bakal kita lewati lumayan menguras tenaga, akhirnya kita memutuskan untuk makan nasi
Tepat pukul 6 pagi. Di hari sabtu yang cerah agak mendung-mendung dikit sih, kita mulai summit.
Perjalanan mulai menembus belantara hutan yang lumayan rapat. Perlahan tapi pasti kita semua mulai keluar dari batas vegetasi, yang awal mula didominasi pepohonan kini mulai didominasi ilalang. Dan ya, disinilah keindahan Gunung Sumbing terlihat jelas dari Gunung Sindoro.

Jenis awan lenticular terlihat di puncak Gunung Sumbing. Yang berarti disana sedang terjadi badai.

Johana pun tak luput untuk sedikit narsis walopun dari belakang
Disini kami memutuskan untuk beristirahat, yaa sekedar melepas penat dan memandangi Gunung Sumbing. Lama-kelamaan matahari lumayan terasa terik. Kami pun memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan. Kalo istirahat terus gak sampe-sampe ntar
Oh iya lupa. Perjalanan kali ini waktu musim hujan ya. Tepatnya pada tanggal 27 Febuari 2021. Dan ini juga trit perjalanan pertama saya di tahun 2021. Perjalanan lama sih, tapi baru bisa ngumpulin mood nulisnya sekarang, di akhir tahun
Oke lanjut. Perjalanan kembali dilanjutkan dan tanah gembur juga sudah perlahan bercampur dengan bebatuan. Naik, naik, dan semakin naik.
Saya sempat melihat sebuah batu yang lumayan besar, akhirnya saya memutuskan untuk duduk-duduk kembali di batu tersebut sembari menunggu rombongan belakang, jatohnya sih istirahat, cuma bahasanya diperhalus aja jadi duduk-duduk

Terlihat dari atas Mbak Ratih dan Mas Yoyon yang terus berjalan untuk menggapai puncak. Sementara saya terus menyemangati dari atas sambil mengabadikan setidaknya satu-dua poto lah
Disini saya mencoba untuk berpose sebaik mungkin. Dan yak beginilah hasilnya

Wanjaaayyyyy
Lumayan lah, keren sih menurut saya, soalnya yang jadi modelnya saya sendiri, walopun siluet
Dan yaa.. Inilah epick moment yang sesungguhnya.

Lautan awan, awan lenticular yang menyelimuti gunung sumbing, dan cuaca yang sangat bersahabat.
Berkali kali saya mengambil foto dengan view yang sama. Berapapun foto yang saya ambil rasanya tetap kurang walaupun hasilnya bakalan tetap sama. Benar-benar sangat indah.
Kita berhenti agak lama karena menikmati keindahan gunung ini. Dan satu-persatu kita mulai bersua foto, walaupun belum sampei puncak, tapi moment seperti ini memang the best sih bagi saya
Setelah cukup lama berfoto-foto akhirnya kita kembali melanjutkan perjalanan. Yuk kembali capek-capekan. Kalo foto-foto mulu kapan sampe nya

Pict saya, Ratih, Om Pram, dan Johana.
Kira-kira seperti itulah keseruan di jalur pendakian
Baru jalan beberapa menit ternyata sudah sampai di pos 4. Yaudah kita kembali istirahat.
Disini saya mencoba untuk berfoto dengan Mbak Ratih, biar kaya pasangan-pasangan pendaki gitu

Gatau deh gimana jadinya, yang penting gandeng aja terus. Eaakkk
Tak perlu berlama-lama agar tidak terlalu siang saat sampai di puncak. Kita kembali berjalan menggapai puncak sindoro.
Vegetasi ilalang mulai hilang dan berubah menjadi jalur bebatuan. Saat siang sangat lumayan menyilaukan mata, karena batu-batu ini terkontaminasi dengan belerang yang membuatnya menjadi warna putih seperti batuan kapur.
Ditengah perjalanan, Johana sempat ingin kembali karena sudah melampaui batas waktu aman. Di BC kami sudah di breafing mas-mas BC bahwa batas aman pendakian ke gunung sindoro sampai jam 9 pagi. Karena kami jam 9 pagi belum sampai puncak, dan perjalanan masih seperempat lagi. Johana memutuskan untuk kembali
Untungnya ada Mas Yoyon yang menemani, dia adalah salah satu orang BC yang mengantar kita juga. Mas Yoyon mencoba untuk ngebujuk Johana agar terus melanjutkan perjalanan. Untuk urusan batas aman biar jadi urusannya. Anjaaayyy Mas Yoyon mantap bet dah
Akhirnya Johana mengiyakan dan kita semua lanjut jalan ke puncak.
Bau belerang sudah lumayan terasa. Ini pertanda bahwa puncak sudah semakin dekat. Di atas sudah terlihat 4 pendaki dari jalur yang sama, yang kemaren sempet saya palakin kopi, mereka turun dan kita naik. Dia bilang puncak 5 menit lagi. Ah kata kata "Puncak 5 Menit Lagi" adalah kata-kata penuh dusta
Nyatanya kita baru sampai puncak 1 jam kemudian
Dan seperti inilah bebatuan gunung sindoro

Putih dan sangat menyilaukan mata jika terkena sinar matahari. Untungnya saat itu matahari sedikit bersahabat
Saya adalah orang paling terakhir yang mencapai puncak. Karena jika udah keliatan puncak rasa malas bakal langsung keluar, dan ya, saya lebih banyak istirahat bersantai daripada berjalan terus, toh lagian puncak udah keliatan kan
Dan inilah puncak gunung sindoro.

Kira kira seperti itulah sedikit gambaran puncak dan kawahnya


Ini adalah plang puncak sindoro dari jalur alang-alang sewu.
Tak berhenti disini. Saya ingin mengelilingi puncak kawah sindoro karena beberapa tahun lalu saya belum sempat berkeliling memutari kawah gunung ini.
Selagi beberapa dari kita menikmati hasil dari jeripayahnya di puncak, saya dan Om Heri memutuskan untuk berkeliling memutari kawah gunung sindoro. Dan yak. Kita menemukan banyak plang dari berbagai jalur.


Dari sisi barat saya melihat beberapa rombongan termasuk Mas Yoyon, Johana, Mbak Ratih, dan Om Pram masih sibuk berfoto. Semenatara saya di ujung sana masih terus berkeliling. Kadang sedikit samar karena asap belerang menutupi pandangan kita juga sih. Tapi tak apa, satu jam untuk berkeliling dan berfoto nampaknya cukup. Dan saya kembali mengabadikan beberapa foto lagi.



Untuk lebih jelasnya kira-kira seperti inilah keindahan puncak sindoro. Eits. Tapi masih adalagi hadiah tambahan dari gunung ini untuk saya dan Om Heri.
Merasa belum puas saya kembali berjalan untuk ke sisi selatan. Disini saya sangat dibuat takjub untuk yang keduakalinya.
Saya menyebutnya "Ranu Sindoro" Ranu artinya danau, dan Sindoro adalah nama gunung tersebut.

Nampak atas


Nampak depan



Nampak belakang



Sekali lagi deh biar afdol

Heuheu
Ini adalah kali pertama nemu danau di gunung jawa tengah. Danau ini pun adalah danau musiman yang hanya ada saat musim penghujan saja. Airnya juga bisa diminum. Saya sempat mengisi 2 botol kecil untuk persediaan turun, karena saya tau kalau rombongan Mbak Ratih dan Johana persediaan airnya sudah menipis.
Tapi tak hanya danau ini saja. Saya juga menemukan plakat puncak dari jalur lain lagi

Berhubung saya pisah dengan Om Heri. Saya pun berfoto alakadarnya dengan menyandarkan HP ke bebatuan. Dan ya seperti inilah jadinya
Setelah berfoto akhirnya saya memutuskan ke arah barat. Dan lagi lagi nemu lagi plakat dari jalur lain

Gak lama-lama karena saya melihat rombongan saya turun. Akhirnya saya pun memutuskan untuk kembali. Eh.. lah kok nemu lagi. Tapi gak saya poto sih. Takut kelamaan
Perjalanan saat turun tak ada yang menarik selain menemukan seekor kupu-kupu yang baru keluar dari kepompong, dan juga jamur ganoderma.


Kita sempat menginap satu malam lagi di pos 3 karena hujan, dan paginya pun langsung turun dan sampailah kita di BC yang sudah disambut "Oren" sang penjaga BC

Dengan bertemunya saya dan oren. Maka berakhir pula perjalanan pendakian kali ini.

Terimakasih sudah membaca cerita singkat pendakian gunung sindoro ini.
Mohon maaf apabila ada pengetikan kata-kata yang kurang pas atau typo. Sampai bertemu di perjalanan selanjutnya





hawa hawanya pengen liburan
Gunung Sindoro sendiri terletak di Jawa Tengah. Lebih tepatnya berada di Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo, dan perjalanan ini saya mulai dari Surabaya dengan menggunakan bus hanya seorang diri.

Ada dua bus yang melayani perjalanan dari Surabaya ke Wonosobo, yakni bus Eka dan juga bus Sugeng Rahayu. Untuk harga tiket sendiri Rp.150.000 sudah include makan 1 kali dan busnya kelas eksekutif. Perjalanan ditempuh kurang lebih 12 jam dan tepat pukul 1 dini hari saya sampai di Wonosobo. Tapi saya tidak memilih turun di terminal, melainkan memilih turun di depan Basecamp pendakian Gunung Sindoro via alang-alang sewu.
Setelah berisitrahat beberapa jam kita pun melakukan registrasi dan memenuhi logistik apa saja yang akan kita bawa.
Tepat pukul 6 pagi semua peralatan sudah siap. Di TKP sendiri saya sudah ditunggu beberapa kawan disana. Diantaranya:
Quote:
Setelah semua sudah dirasa lengkap, kita pun memulai untuk berdoa bersama memulai pendakian.
Dari Basecamp kita naik ojek sampai dengan batas hutan, disini harga ojeknya hanya Rp.20.000 untuk 1 orang. Lumayan lah kita bisa memangkas waktu. Setelah semua berkumpul, acara sesi foto bersama pun tak boleh ketinggalan. Satu-dua foto tak masalah lah ya



Perjalanan kali ini bisa dibilang perjalanan paling santai, karena semua umur pendaki disini rata rata 30 tahun keatas. Kecuali Saya, Johana, dan Yoyon. Eh yoyon udah mau kepala tiga sih sebenernya

Track awal adalah tanah basah, karena semalamam habis diguyur hujan jadinya yaa lumayan sedikit licin. Kanan kiri masih didominasi oleh tumbuhan geranium, tumbuhan geranium adalah tumbuhan pengusir nyamuk yang biasanya bunganya dijadiin soffel atau autan.

Banyak banget sampai perlahan-lahan jalanan semakin naik- dan naik

Pict Saya, om Heri, dan juga Ratih.
Benar benar santai, bahkan kita tidak menghitung berapa jam kita berhenti, yang penting jalan, terus kalau capek ya berhenti, dan yang pasti kita lebih banyak berhentinya

Setelah jalan beberapa jam akhirnya kita sampai juga di pos 1 nih bray.

Di pos 1 sendiri kita istirahat cukup lama, menghabiskan berbatang-batang rokok. Dan yang pasti kita males jalan karena sudah terlanjur enak dengan yang namanya istirahat

Tapi kalau seperti ini terus kapan kita sampainya


Yuk lanjut

Setelah dirasa cukup kita pun melanjutkan perjalanan ke pos 2. Jaraknya entah berapa kilo yang penting kita jalan terus aja deh

Di tengah perjalanan antara pos 1 ke pos 2 kita menemukan sumber air yang sudah ada krannya. Ternyata jalur pendakian gunung sindoro via alang-alang sewu ini adalah jalur pendakian yang ada airnya. Dijalur pendakian lain tidak ada sumber mata air kecuali via alang-alang sewu ini bray. Lumayan lah gak usah bawa air banyak-banyak, bisa isi dari sini biar gak terlalu berat bawaannya.
Nah, di sumber mata air ini kita istirahat sekitar 2 jam. Pokoknya kita lebih banyak istirahatnya deh ketimbang jalannya

Dua jirigen sudah terisi air. Kini giliran saya dan Yoyon yang membawa masing-masing jerigen tersebut untuk keperluan masak-memasak di tenda nanti

Ternyata lumayan juga, hal ini membuat kaki saya sedikit kram saat berjalan karena beban yang lumayan berat saya pikul, mungkin yang dirasakan Yoyon juga sama seperti itu. Tak apalah yang penting kita jalan aja terus. Nah setelah beberapa jam jalan akhirnya kita sampai di pos 2 bray. Ternyata deket.

Tempat ini lumayan luas. Disini kita istirahat lagi, mba Ratih menunaikan kewajibannya sebagai muslim. Sementara yang lain yaa bercanda aja sambil ngerokok

Setelah berpoto-poto dan istirahat cukup lama sekali dan jam mulai menunjukkan angka 1 siang, kita melanjutkan perjalanan ke pos 3. Perjalanan ke pos 3 kali ini lumayan menyiksa karena semakin ke atas jalannya semakin naik.

Bukan sekali dua kali kita berhenti dijalur, tapi berkali-kali. Vegetasi jalan untuk ke pos 3 sendiri mulai sedikit rimbun, jalurnya kecil dan berkelok-kelok, didominasi tanah gembur dan akar membuat pijakan semakin enak karena kita tidak bertemu dengan bebatuan.

Pose nahan kram kaki

Di pos tiga ini kaki benar-benar kram, untungnya saat itu terjadi saya sudah sampai di pos 3. Saya pun mengistirahatkan kaki sejenak sembari mampir ke tenda pendaki lain guna meminta kopi, kali aja mereka udah buat

Ternyata mereka udah buat kopinya dong. Setelah menunggu semua rombongan datang, akhirnya kita pasrah ke Yoyon yang emang sudah paham betul selum beluk tempat ini. Kita pun disarankan untuk membangun tenda agak keatas biar tidak tertiup angin, karena di atas pos 3 inj tempatnya lumayan tertutup dan banyak pepohonan. Berikut penampakan pos 3


Fakboy gunung. Om Heri dengan sejuta pesonannya

Setelah semua sudah sampai barulah kita bangun-membangun tenda. Memasang flysheat, dan membuat parit jikalau nanti turun hujan. Karena pendakian ini dilakukan dibulan Febuari maka potensi hujan sangat besar. Dan beruntungnya hari ini kita tidak diguyur hujan karena semalaman di Basecamp kita sudah diguyur hujan.
Oh iya, sunrise hunter disini sebelahan dengan sunrise camp via kledung bray, jalurnya sebelah-sebelahan, tapi kita gak bisa gitu aja motong jalur. Warga lereng sindoro sepakat kalau pengen buka jalur pendakian harus punya rute sendiri, jangan sampai bertemu di persimpangan atau ketemu di salah satu pos. Inilah asiknya gunung sindoro walaupun jalurnya bersebelahan kita gak bakal ketemu pendaki dari jalur lain kecuali dipuncak

Di pos 3 ini juga ada babinya, tapi gak gede gede banget sih. Selain itu ada garangan juga lumayan banyak, banyak lah pokoknya penampakan hewan asli gunung sini. Malam itu hawanya juga lumayan dingin walaupun kita mendaki dimusim hujan.
Semua logistik keluar dan masak-masak lah kita sembari menunggu mata ini mengantuk.
Setelah masak-masak selesai, kita sedikit bercerita dan juga saling bercanda satu sama lain. Seru sekali obrolan kali ini. Dan di pendakian kali ini semua orang belum pernah ketemu kecuali di sini, semua hanya akrab di whatsaap grup saja. Dan realisasi untuk mendaki sindoro secara dadakan akhirnya berhasil dengan memberangkatkan 6 orang dari 20 orang yang ada di grup

Angin malam itu lumayan keceng bray, membuat tenda dan flysheat "ubluk-ubluk"karena diterpa angin. Tapi mata sudah terasa berat. Kita pun akhirnya memejamkan mata dan menuju ke dunia mimpi.
Selamat malam
Selamat beritirahat.

DAY 2
Selamat pagi dan selamat beraktifitas

Pagi ini kita hanya sarapan kecil saja, yang mau makan nasi silahkan, yang mau nyemil silahkan, yang mau makan roti silahkan. Semua dipersilahkan. Tapi karena track yang bakal kita lewati lumayan menguras tenaga, akhirnya kita memutuskan untuk makan nasi

Tepat pukul 6 pagi. Di hari sabtu yang cerah agak mendung-mendung dikit sih, kita mulai summit.
Perjalanan mulai menembus belantara hutan yang lumayan rapat. Perlahan tapi pasti kita semua mulai keluar dari batas vegetasi, yang awal mula didominasi pepohonan kini mulai didominasi ilalang. Dan ya, disinilah keindahan Gunung Sumbing terlihat jelas dari Gunung Sindoro.

Jenis awan lenticular terlihat di puncak Gunung Sumbing. Yang berarti disana sedang terjadi badai.

Johana pun tak luput untuk sedikit narsis walopun dari belakang

Disini kami memutuskan untuk beristirahat, yaa sekedar melepas penat dan memandangi Gunung Sumbing. Lama-kelamaan matahari lumayan terasa terik. Kami pun memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan. Kalo istirahat terus gak sampe-sampe ntar

Oh iya lupa. Perjalanan kali ini waktu musim hujan ya. Tepatnya pada tanggal 27 Febuari 2021. Dan ini juga trit perjalanan pertama saya di tahun 2021. Perjalanan lama sih, tapi baru bisa ngumpulin mood nulisnya sekarang, di akhir tahun

Oke lanjut. Perjalanan kembali dilanjutkan dan tanah gembur juga sudah perlahan bercampur dengan bebatuan. Naik, naik, dan semakin naik.
Saya sempat melihat sebuah batu yang lumayan besar, akhirnya saya memutuskan untuk duduk-duduk kembali di batu tersebut sembari menunggu rombongan belakang, jatohnya sih istirahat, cuma bahasanya diperhalus aja jadi duduk-duduk


Terlihat dari atas Mbak Ratih dan Mas Yoyon yang terus berjalan untuk menggapai puncak. Sementara saya terus menyemangati dari atas sambil mengabadikan setidaknya satu-dua poto lah

Disini saya mencoba untuk berpose sebaik mungkin. Dan yak beginilah hasilnya


Wanjaaayyyyy

Lumayan lah, keren sih menurut saya, soalnya yang jadi modelnya saya sendiri, walopun siluet

Dan yaa.. Inilah epick moment yang sesungguhnya.

Lautan awan, awan lenticular yang menyelimuti gunung sumbing, dan cuaca yang sangat bersahabat.
Berkali kali saya mengambil foto dengan view yang sama. Berapapun foto yang saya ambil rasanya tetap kurang walaupun hasilnya bakalan tetap sama. Benar-benar sangat indah.
Kita berhenti agak lama karena menikmati keindahan gunung ini. Dan satu-persatu kita mulai bersua foto, walaupun belum sampei puncak, tapi moment seperti ini memang the best sih bagi saya

Setelah cukup lama berfoto-foto akhirnya kita kembali melanjutkan perjalanan. Yuk kembali capek-capekan. Kalo foto-foto mulu kapan sampe nya


Pict saya, Ratih, Om Pram, dan Johana.
Kira-kira seperti itulah keseruan di jalur pendakian

Baru jalan beberapa menit ternyata sudah sampai di pos 4. Yaudah kita kembali istirahat.
Disini saya mencoba untuk berfoto dengan Mbak Ratih, biar kaya pasangan-pasangan pendaki gitu


Gatau deh gimana jadinya, yang penting gandeng aja terus. Eaakkk

Tak perlu berlama-lama agar tidak terlalu siang saat sampai di puncak. Kita kembali berjalan menggapai puncak sindoro.
Vegetasi ilalang mulai hilang dan berubah menjadi jalur bebatuan. Saat siang sangat lumayan menyilaukan mata, karena batu-batu ini terkontaminasi dengan belerang yang membuatnya menjadi warna putih seperti batuan kapur.
Ditengah perjalanan, Johana sempat ingin kembali karena sudah melampaui batas waktu aman. Di BC kami sudah di breafing mas-mas BC bahwa batas aman pendakian ke gunung sindoro sampai jam 9 pagi. Karena kami jam 9 pagi belum sampai puncak, dan perjalanan masih seperempat lagi. Johana memutuskan untuk kembali

Untungnya ada Mas Yoyon yang menemani, dia adalah salah satu orang BC yang mengantar kita juga. Mas Yoyon mencoba untuk ngebujuk Johana agar terus melanjutkan perjalanan. Untuk urusan batas aman biar jadi urusannya. Anjaaayyy Mas Yoyon mantap bet dah

Akhirnya Johana mengiyakan dan kita semua lanjut jalan ke puncak.
Bau belerang sudah lumayan terasa. Ini pertanda bahwa puncak sudah semakin dekat. Di atas sudah terlihat 4 pendaki dari jalur yang sama, yang kemaren sempet saya palakin kopi, mereka turun dan kita naik. Dia bilang puncak 5 menit lagi. Ah kata kata "Puncak 5 Menit Lagi" adalah kata-kata penuh dusta

Nyatanya kita baru sampai puncak 1 jam kemudian

Dan seperti inilah bebatuan gunung sindoro

Putih dan sangat menyilaukan mata jika terkena sinar matahari. Untungnya saat itu matahari sedikit bersahabat

Saya adalah orang paling terakhir yang mencapai puncak. Karena jika udah keliatan puncak rasa malas bakal langsung keluar, dan ya, saya lebih banyak istirahat bersantai daripada berjalan terus, toh lagian puncak udah keliatan kan

Dan inilah puncak gunung sindoro.

Kira kira seperti itulah sedikit gambaran puncak dan kawahnya



Ini adalah plang puncak sindoro dari jalur alang-alang sewu.
Tak berhenti disini. Saya ingin mengelilingi puncak kawah sindoro karena beberapa tahun lalu saya belum sempat berkeliling memutari kawah gunung ini.
Selagi beberapa dari kita menikmati hasil dari jeripayahnya di puncak, saya dan Om Heri memutuskan untuk berkeliling memutari kawah gunung sindoro. Dan yak. Kita menemukan banyak plang dari berbagai jalur.


Dari sisi barat saya melihat beberapa rombongan termasuk Mas Yoyon, Johana, Mbak Ratih, dan Om Pram masih sibuk berfoto. Semenatara saya di ujung sana masih terus berkeliling. Kadang sedikit samar karena asap belerang menutupi pandangan kita juga sih. Tapi tak apa, satu jam untuk berkeliling dan berfoto nampaknya cukup. Dan saya kembali mengabadikan beberapa foto lagi.



Untuk lebih jelasnya kira-kira seperti inilah keindahan puncak sindoro. Eits. Tapi masih adalagi hadiah tambahan dari gunung ini untuk saya dan Om Heri.
Merasa belum puas saya kembali berjalan untuk ke sisi selatan. Disini saya sangat dibuat takjub untuk yang keduakalinya.
Saya menyebutnya "Ranu Sindoro" Ranu artinya danau, dan Sindoro adalah nama gunung tersebut.

Nampak atas


Nampak depan



Nampak belakang



Sekali lagi deh biar afdol


Heuheu

Ini adalah kali pertama nemu danau di gunung jawa tengah. Danau ini pun adalah danau musiman yang hanya ada saat musim penghujan saja. Airnya juga bisa diminum. Saya sempat mengisi 2 botol kecil untuk persediaan turun, karena saya tau kalau rombongan Mbak Ratih dan Johana persediaan airnya sudah menipis.
Tapi tak hanya danau ini saja. Saya juga menemukan plakat puncak dari jalur lain lagi


Berhubung saya pisah dengan Om Heri. Saya pun berfoto alakadarnya dengan menyandarkan HP ke bebatuan. Dan ya seperti inilah jadinya

Setelah berfoto akhirnya saya memutuskan ke arah barat. Dan lagi lagi nemu lagi plakat dari jalur lain


Gak lama-lama karena saya melihat rombongan saya turun. Akhirnya saya pun memutuskan untuk kembali. Eh.. lah kok nemu lagi. Tapi gak saya poto sih. Takut kelamaan

Perjalanan saat turun tak ada yang menarik selain menemukan seekor kupu-kupu yang baru keluar dari kepompong, dan juga jamur ganoderma.


Kita sempat menginap satu malam lagi di pos 3 karena hujan, dan paginya pun langsung turun dan sampailah kita di BC yang sudah disambut "Oren" sang penjaga BC


Dengan bertemunya saya dan oren. Maka berakhir pula perjalanan pendakian kali ini.

Terimakasih sudah membaca cerita singkat pendakian gunung sindoro ini.
Mohon maaf apabila ada pengetikan kata-kata yang kurang pas atau typo. Sampai bertemu di perjalanan selanjutnya











namakuve dan 23 lainnya memberi reputasi
24
7.1K
98


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan