- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Jangan takut masuk Neraka


TS
ryanmallay2000
Jangan takut masuk Neraka
Suatu ketika aku bersama sahabatku menjenguk rekan kami yang sedang sakit keras di sebuah rumah sakit. Dari gelagat dokter yang merawatnya, kami dapat menyimpulkan dokter itu menyerah. Sakit keras yang diderita rekanku sudah sulit untuk disembuhkan bahkan dokter mengatakan "Semoga ada keajaiban", katanya.
Kami menghibur isterinya yang tampak begitu sedih dan kuatir atas kesehatan suaminya, ia sedih karena suaminya hanya bisa terbaring tanpa bisa berbuat apa-apa dan kuatir akan takdir suaminya yang ia ketahui suaminya selama ini lebih dekat dengan kehidupan malam.
"Jangan bersedih, Dek!" kata temanku yang akrab dijuluki Ustadz. Dia menasehatinya agar selalu membasuh suaminya untuk berwudhu dan ingatkan selalu untuk sholat selagi matanya masih berkedip.
"Iya, Bang,..Alhamdulillah selama terbaring, suamiku selalu sholat", jawab isterinya.
"Yakin dan percayalah, Allah tidak menghukum hamba-Nya diluar kemampuan", kata temanku.
Kami pergi ke kantin untuk mencari secangkir kopi, dan di kantin itu aku bertanya kepada temanku yang ustadz tersebut, "Apa mungkin dia masuk surga?" tanyaku polos.
"Kamu salah memahami tentang ibadah, kalau kamu beribadah hanya untuk minta masuk surga, ada ketidakihklasan dalam qolbumu", katanya.
"Terus kita beribadah untuk apa?" tanyaku.
"Jangan pamrih, beribadahlah karena syukur, sampai saat ini kamu hidup dianugerahi Tuhan dengan rahmat yang berlimpah", nasehatnya.
"Tadi saya lihat isterinya koq kayaknya kuatir suaminya masuk neraka", kataku.
"Wush,... tdk boleh kamu menghakimi seseorang", temnku mengingatkanku.
"kita kan sam tahu bagaimana gaya hidupnya" jawabku.
"Bukan gaya hidup yang dinilai, bro... tapi intensitas dan kualitas ibadah, dan itu bukan hak kita untuk menilai", jelasnya.
"Kan secara logika kita bisa menilai, Bro", kataku.
"Agama tidak mampu dilogikan, justru saya menanyakan keimananmu?" katanya pedas.
"Koq malah aku yang kamu kuatirkan?" sanggahku.
"Banyak orang tergelincir oleh pemikirannya terutama yang menenggelamkan keimanan karena logika", jawabnya.
Banyak nasehat yang aku terima dari dia tentang keimanan, sebelum berpisah ia mengatakan "Jangan pernah takut masuk Neraka, karena kunci jawabannya sudah diberitahu terlebih dahulu, yaitu ibadah karena kita bukan berasal dari evolusi kera tapi kita adalah mahkluk Surga yang dilahirkan di bumi dan akan kembali ke Surga", penjelasan darinya yang senada denganku yang ku tulis dalam buku yang berjudul Hidup jangan seperti Kera, Bekerja jangan seperti Kerbau.
[url]https://play.google.com/hidup_jangan_seperti_kera_bekerja_jangan_seperti_kerbau. [/url]
Kami menghibur isterinya yang tampak begitu sedih dan kuatir atas kesehatan suaminya, ia sedih karena suaminya hanya bisa terbaring tanpa bisa berbuat apa-apa dan kuatir akan takdir suaminya yang ia ketahui suaminya selama ini lebih dekat dengan kehidupan malam.
"Jangan bersedih, Dek!" kata temanku yang akrab dijuluki Ustadz. Dia menasehatinya agar selalu membasuh suaminya untuk berwudhu dan ingatkan selalu untuk sholat selagi matanya masih berkedip.
"Iya, Bang,..Alhamdulillah selama terbaring, suamiku selalu sholat", jawab isterinya.
"Yakin dan percayalah, Allah tidak menghukum hamba-Nya diluar kemampuan", kata temanku.
Kami pergi ke kantin untuk mencari secangkir kopi, dan di kantin itu aku bertanya kepada temanku yang ustadz tersebut, "Apa mungkin dia masuk surga?" tanyaku polos.
"Kamu salah memahami tentang ibadah, kalau kamu beribadah hanya untuk minta masuk surga, ada ketidakihklasan dalam qolbumu", katanya.
"Terus kita beribadah untuk apa?" tanyaku.
"Jangan pamrih, beribadahlah karena syukur, sampai saat ini kamu hidup dianugerahi Tuhan dengan rahmat yang berlimpah", nasehatnya.
"Tadi saya lihat isterinya koq kayaknya kuatir suaminya masuk neraka", kataku.
"Wush,... tdk boleh kamu menghakimi seseorang", temnku mengingatkanku.
"kita kan sam tahu bagaimana gaya hidupnya" jawabku.
"Bukan gaya hidup yang dinilai, bro... tapi intensitas dan kualitas ibadah, dan itu bukan hak kita untuk menilai", jelasnya.
"Kan secara logika kita bisa menilai, Bro", kataku.
"Agama tidak mampu dilogikan, justru saya menanyakan keimananmu?" katanya pedas.
"Koq malah aku yang kamu kuatirkan?" sanggahku.
"Banyak orang tergelincir oleh pemikirannya terutama yang menenggelamkan keimanan karena logika", jawabnya.
Banyak nasehat yang aku terima dari dia tentang keimanan, sebelum berpisah ia mengatakan "Jangan pernah takut masuk Neraka, karena kunci jawabannya sudah diberitahu terlebih dahulu, yaitu ibadah karena kita bukan berasal dari evolusi kera tapi kita adalah mahkluk Surga yang dilahirkan di bumi dan akan kembali ke Surga", penjelasan darinya yang senada denganku yang ku tulis dalam buku yang berjudul Hidup jangan seperti Kera, Bekerja jangan seperti Kerbau.
[url]https://play.google.com/hidup_jangan_seperti_kera_bekerja_jangan_seperti_kerbau. [/url]


bukhorigan memberi reputasi
1
1.1K
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan