Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

chefnco7Avatar border
TS
chefnco7
Negeri berTuhan atau Negeri berKasta ?
Hai gan sis, baru pertama kali buat thread, ane mau menceritakan keluh kesah tentang sebuah peradaban di negeri yang pola pelayanannya terbalik, seperti pasien rumah sakit yang butuh bantuan, disuruh bayar dimuka tapi tidak dapat bantuan apa2 yang berujung self healing atau mati.

Di negeri yang nun jauh disana, berdirilah sebuah kerajaan yang di pimpin oleh seorang raja dan penasihatnya. Raja utama dikelilingi oleh para pemangku jabat lainnya seperti beberapa raja kecil di tiap2 daerah, beberapa patih dan jendral perang. Di dalam kerajaan juga sering ditemui tamu raja yang adalah saudagar2 makmur yang berpenampilan mewah.

Di luar kerajaan adalah kasta terbawah, rakyat jelata yang harus tunduk ketika pemangku jabat area kerajaan lewat, bahkan sebuah antrian untuk melewati jembatan, harus mengalah ketika prajurit berlari sambil teriak untuk meminta jalan kuda yang ditunggangi para pemangku jabat, padahal antriannya sangat panjang tapi mereka tetap melaju dengan angkuhnya.

Kasta terbawah yang di iming-imingi akan dilayani, dilindungi bahkan di nomorsatukan, malah bernasib kebalikannya. Harus siap kalah, sopan, takut, bahkan mati dalam diam. Bekerja pagi sampai malam harus bayar setoran dengan nama upeti, entah dengan emas ataupun hasil ternak dan kebun. Pembayaran upeti itu kewajiban, tapi hak tak didapatkan, hak atas apa, yah itu dilayani, dilindungi, lebih tepatnya dibantu dengan dibuatkan regulasi yang memudahkan untuk bekerja sehingga bisa mendapat hasil yang efektif. Tapi hak tinggal nama saja, tidak ada yang berani secara konsisten berucap apalagi bertindak, sudah kepalang takut atau bahkan lelah dan yasudah saja. Karena lagi-lagi melihat kasta. Siapa anda?

Urutan kastanya terlihat jelas, tamu-tamu raja yang mana mereka adalah saudagar terkemuka, pedagang termasyhur lintas benua adalah kasta tertinggi di atas seorang raja utama, bahkan raja2 kecil dan patih bisa menandingi kasta seorang raja utama. Kemudian patih dan jendral perang menempati kasta selanjutnya.

Lalu kemudian rakyat jelata? Oh, tidak bisa. Kasta selanjutnya di dominasi oleh pembantu raja kecil, patih dan prajurit panglima perang. Karena untuk antrian melewati jembatan saja, seorang prajurit yang masih muda dan baru masuk di area kerajaan sudah berani untuk tidak antri dan meminta jalan dengan arogannya.

Berarti rakyat jelata kastanya paling bawah? Harusnya memberontak saja, pasti mereka2 yang merasa kastanya lebih tinggi takut karena banyaknya yang menempati kasta paling bawah ini, bagaimana tidak banyak 90% manusia yang tinggal di negeri itu adalah rakyat jelata, 9%nya pemangku jabat, dan 1%nya saudagar atau kasta tertinggi. Kelar sudah kalau ada pemberontakan.

Maka dari itu, muncullah ahli magis yang dapat membuat gerakan pemberontakan ada di jalur yang benar, ahli magis ini bisa menjadi apapun yang dibutuhkan, ketika dibutuhkan menjadi pemimpin pertempuran ia akan menjadi seseorang yang garang dan tegas, atau bahkan sebaliknya, ketika dibutuhkan menjadi pemimpin kepercayaan tertentu, ia akan menjadi seseorang yang baik sopan ucapan dan perilakunya, rapih berpakaiannya, terlihat cerdas balutannya. Ada juga yang memainkan peran keduanya.

Ahli magis ini yang menempatkan kaki di antara rakyat jelata dan kalangan kerajaan, dia ini yang juga menempati kasta di bawah patih dan jenderal perang. Ahli magis ini tidak hanya satu tapi ribuan, tugasnya adalah membentuk kepercayaan semu yang bisa membuat pengikutnya mengikuti apapun yang di katakannya tanpa bertanya. Jadi ahli magis bisa disebut pembantu kerajaan untuk mengontrol rakyat jelata agar berada tetap di jalurnya.

Sering kali rakyat jelata yang jumlahnya 90% penduduk negeri ini terpecah belah dan saling serang satu sama lain karena perbuatan ahli magis yang jumlahnya ribuan itu. Mereka menciptakan konflik di kasta terbawah dengan dalih seakan2 ingin memberontak ke kerajaan. Sampai kapanpun tidak akan berubah persentasenya, karena dari jaman nenek moyang dulu sudah dijaga kelestarian persentase itu 90, 9, 1.

Mirisnya kasta terbawah, kumpulan manusia yang bekerja keras untuk mendapatkan pelayanan, perlindungan ataupun fasilitas yang dijanjikan kerajaan, tapi nyatanya malah harus melayani sampai setengah mati.

Kerja setiap hari, ambil libur saja kadang enggan, takut dibilang tak tau diri. Bayar sana sini, liburan setahun sekali, uang habis kemudian cari lagi, seperti hamster dalam roda yang sibuk berlari, tidak pernah jelas tujuannya untuk apa, sedikit yang sadar dan mau berubah, tapi kemudian menjadi pelupa, beberapa hilang, beberapa menghamba, kepada apa? Kepada Tuhan yang berlabel kasta.

Jadi, kasta terbawah kerja untuk dikerjai?

Kenapa tidak dirubah pola pikirnya, jangan merubah kerajaan yang persentase 90,9,1nya sudah dijaga ketat dan sudah melekat, tapi buat kompetitornya dengan membangun suatu pemerintahan bukan kerajaan, yang bisa mensejahterahkan manusia dan semesta, dimulai dari berbisnis kemudian hasilnya untuk ilmu, kesehatan dan makanan yang outputnya menjadi sebuah peradaban yang dipenuhi kebaikan dari mulai perbuatan maupun pikiran ke sesama manusia dan semesta. Tanpa sibuk menilai bahkan menghakimi sesama kasta terbawah. Cukup berbuat baik dan tidak berbuat jahat kepada sesama dan semesta, biarkan 90% mempunyai pilihan lain dan biarkan Tuhan yang menentukan. Bukan Kasta.

Diubah oleh chefnco7 16-12-2021 02:20
0
619
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan