Kaskus

Food & Travel

ariqjaunAvatar border
TS
ariqjaun
Pinus Pangonan, Hutan Tersembunyi di Kota Kecil
Berhenti sejenak di alun-alun Tayu, sebuah Kecamatan yang menjadi pusat keramaian Kabupaten Pati bagian utara. Di sudut alun-alun terdapat gerobak kecil bertuliskan 'Bubur Ayam 7000'. Saya dan teman-teman mampir sebentar ke gerobak kecil itu. Jujur, berapa kali saya makan bubur ayam seumur hidup bisa dihitung dengan jari. Bubur habis, kami melanjutkan perjalanan ke hutan pinus.

Tiba di pintu selamat datang, kami kebingungan untuk melanjutkan perjalanan. Maklum saja kami belum mengetahui medan di sana. Di belakang gapura tersebut terdapat jalan menanjak ke atas yang sepertinya sulit untuk dilalui oleh sepeda motor. Beruntung ada warga setempat yang lewat. "Permisi Mbah, ini kalau mau ke pinus-an lewat jalan ini, Mbah? (sambil menunjuk gapura tersebut)," tanyaku. "Iya lewat situ saja, motornya dibawa ke atas saja, disini sudah jarang yang mengurus, jadi sepi," jawab beliau. Kami kemudian melihat jalan yang cukup menanjak tersebut dan berpikir apakah bisa dilalui sepeda motor. Dengan tarikan gas penuh, saya membawa motor ke atas melalui jalan setapak yang hanya berupa tanah. Beberapa kali saya mengalami selip karena tanah yang basah setelah diguyur hujan.
Kami berhenti setelah melihat tempat yang cukup luas bertuliskan 'Parkir'. Tidak ada seorang pun di sana. Pikirku tempat wisata ini sudah mati. Kami memutuskan turun dari motor dan melihat sekitar. Beberapa saat kemudian datang pemuda yang kebetulan lewat. Dilihat dari sepeda motor dan barang yang dibawanya, sepertinya ia sedang ngarit . "Motornya langsung bawa saja ke atas, di sini (tempat parkir) sudah tidak ada yang memakainya. Bahaya kalau motornya ditinggal." ujar pemuda tersebut. Kami menuruti apa yang dikatakannya.
Kami berhenti lagi setelah sampai di sebuah bangunan seperti gubuk tetapi berbentuk lebih besar di tengah hutan. Di samping gubuk tersebut ada dua jalur, kiri dan kanan. Kami memarkir motor di dekat gubuk itu dan mengabadikan beberapa foto. Kemudian salah satu teman mencoba untuk mengecek jalur kanan apakah jalur tersebut bisa sampai ke puncak hutan pinus. Motor dibawanya dengan kencang dan perlahan menghilang di tengah rerimbun pohon. Dia kembali dan mengabarkan bahwa jalur kanan bisa dilewati. Dengan berjalan kaki, kami memutuskan melewati jalur kanan. Di tengah perjalanan kulihat beberapa warung di sebelah kiri kami. Warung itu berada di jalur kiri dan saya berpikir bahwa kita melalui jalan yang salah. 
"Buuuu.... Buuuuu," teriakan keras dari temanku yang mencoba memanggil salah satu pemilik warung. Alhasil setelah beberapa kali mencoba, salah satu pemilik warung melihat kami di seberang. "Ngapain ke jalan itu, lewat sini lho (jalur kiri)" ujar ibu tersebut. Alamak! Akhirnya kami putar balik ke gubuk. Istirahat sejenak mengambil napas yang ternyata jalan bolak-balik cukup menguras tenaga kami. 

Akhirnya sampailah kami di tempat wisata hutan pinus setelah dilanda kebingungan sebelumnya. Hutan pinus ini terletak di Gunung Sari, sebuah gunung kecil di timur kaki Gunung Muria. Terdapat beberapa spot untuk berfoto yang langsung berhadapan dengan jurang. Bahkan tidak ada keamanan di spot tersebut. Beberapa saat setelah kami menikmati pemandangan, datang beberapa anak muda. Dalam hati saya berpikir bahwa kami datang terlalu pagi. Awalnya saya mengira tempat ini memang sudah sepi. Namun, ternyata kami hanya datang sangat pagi sekali. Tak banyak yang bisa dilakukan di sini. Kami hanya duduk mengobrol, mengambil foto, dan memesan makanan dan minuman. Tempat duduk terbuat dari kayu pohon yang dipotong sehingga dapat diduduki.

Mie menjadi makanan utama yang dijual di sini. Semua orang disini akan makan mie kecuali mereka yang membawa makanan dari rumah. Seperti yang dilakukan sekumpulan bapak-bapak yang membawa ikan untuk dibakar. Membakar ikan di suhu dingin hutan pinus dengan secangkir kopi. Suasana yang pas untuk anak indie atau bapak indie. Saya mendengar percakapan antara bapak-bapak tersebut dengan ibu penjual ketika saya sedang memesan makanan. Dengan memegang ponsel, keluarlah logat khas bapak-bapak milenial, "Haloo gaes, ini kita lagi ada di pinusan, Tlogowungu. Sambil ditemani mbak-mbak cantik ini." goda salah satu bapak itu pada si ibu pemilik warung." "Weee Pak nanti dimarahi suami aku." ujar si ibu sambil senyum-senyum kecil.

Tak lama pesanan kami pun datang. Beberapa mie dan kopi. Saya menjadi yang pertama menghabiskan mie sementara teman-teman yang lain sibuk membuat instastory. Kuperhatikan dibelakangku ada sepasang muda-mudi. Awalnya mereka duduk di meja depan warung. Kemudian mereka pindah ke tempat kecil seperti aula untuk berkumpul. Sepanjang waktu kulihat mereka tidak mengobrol atau berfoto hanya melihat ponsel sepanjang waktu. Dalam hati ku bergumam, "Buat apa pergi dengan kekasih kalau cuma diam-diam saja??!," memang aneh. 

Hutan pinus memang cocok sebagai wisata alam. Meskipun bagi saya pinus an ini hanya seperti hutan biasa. Mungkin karena rumah saya yang memang berdiri tepat di samping perkebunan karet milik pemerintah. Tepat di belakang rumah terdapat aliran air yang membatasi tanah rumah dan perkebunan.

Tak terasa matahari hampir mencapai puncaknya. Kami memutuskan untuk pulang. Di jalan hutan yang sempit tampaknya terlalu sulit untuk berpapasan dua kendaraan. Di dekat pintu keluar motor teman saya hampir jatuh karena licinnya tanah. "Astaga malu sekali aku dilihat orang-orang hahaha...," ujarnya sambil menahan motornya agar tidak jatuh.

Diubah oleh ariqjaun 16-12-2021 10:06
shinichindoAvatar border
shinichindo memberi reputasi
1
543
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan