Kaskus

Story

rsmembumiAvatar border
TS
rsmembumi
SURAT CINTA DARI KOTA BAHARI
Oleh: Rusydi Salahuddin (rsmembumi)

Sebuah syair tak akan enak untuk didengar, walau makna tersirat menyentuh rasa. Kata cinta tak lagi elok, meski seribu racik bumbu aroma sayang kau tabur penuh romantisme. Burung lovebird tak akan terlihat eksotis, jika kilau warna warni seutas bulu tak memikat penikmat si burung cantik nan jelita. Mantra suci tak akan lagi sakral, jika perapalnya acuh akan makna batin saat merapal.

SURAT CINTA DARI KOTA BAHARI
Sumber: Potret Pribadi
Lokasi di Museum Batik Danar Hadi, Solo

Aduhai. Kita belum usai!
Aduhai. Kita berdua belum pungkas! Aduhai. Kita belum mentas!
Oh, kenangan!
Simbol sakral perekat memori yang tersimpan erat dalam batin.
Oh, kenangan!
Syair hati yang tak akan kandas terhempas.
Oh, kenangan!
Tetaplah mengapal.
Oh, kenangan!
Janganlah cepat kau lapuk tanpa sebab.
Cukup. Kenang dan kenanglah!
••••

Aku baru menggeliat dan mencoba mengumpulkan nyawa perlahan-lahan sembari melihat tik tok jarum jam bergoyang inul, namun penuh ritme. Tiba-tiba ada pesan masuk dalam hape jadulku. Aku bergegas menggapainya, lalu ku ketuk password dalam hapeku. Ternyata sahabat yang singkat berkirim pesan padaku. Aku kira siapa? Aku kira pesan mengandung matra suci yang harus segera kujawab. Dia berkirim pesan hanya menuliskan satu kata tiga huruf "lek". Sungguh terkesan! Bagiku wajar, teknik berkirim pesan singkat yang ia lakukan padaku. Sudah biasa. Kami hanya berkirim pesan secara singkat, selebihnya kita berkirim pesan tersirat melalui hati. Ah, memang konyol tapi inilah kenangan. Oh kenangan!
••••

Sembari menyambut rinai pesona surya masuk melalui fentilasi jendela kamar. Aku menyeruput kopi dan menghisap rokok penuh kesyahduan. Tiba-tiba dia mengirimkan pesan padaku yang terlihat elegan dan berbobot dalam kemasan estetika syair yang ia urai sebagaimana bentuk ritual penuntasan dibangku tua di perguruan tinggi. Aku buka dan ku baca tentunya aku hanyati diksi penuh isyarat itu. Ternyata, luar biasa sakralnya bagaikan sebuah keris bertuah. Inilah pesannya:

Angin yang berhembus malam ini mengingatkanku pada sebuah kamar kos berdinding papan kayu disertai lantai tegel. Seperti halnya hujan yang membawa kenangan bagi beberapa insan, bagiku anginpun demikian. Malam itu, tertidur tubuh kurus yang meringkuk di atas tikar. Kipas yang berputar, meniup-niup tubuhmu yang kedinginan serta suara musik bossanova java dari sound kecil yang kau setel sebagai penghantar tidur. Tak lupa pula pengusir nyamuk elektrik yang kau pasang hampir setiap malam. Sungguh syahdu malam itu. Kamar kos kecil milik temanku berada di jalan rambutan, Gunungpati, Semarang. Kami, aku dan kawan-kawan yang lain biasa numpang rehat di sana. Meskipun kecil dan sangat tradisional tetapi banyak yang datang, karena sang pemilik tak sungkan dan tak mengunci kamarnya. Jadi kami bebas bermain sesuka hati. Sang pemilik menata kamarnya rapi, bahkan ketika tamu datang ia langsung membuatkan kami secangkir kopi dan menawarkan rokok yang ia miliki. Dengan senang hati kusebat rokoknya dan kusruput kopi buatanya. Bila ada tamu yang hendak bermalam, ia selalu merapikan terlebih dahulu tempat tidurnya. Satu hal yang unik darinya, ia selalu tidur beralas tikar dan mempersilakan tamunya untuk tidur di ranjang kapuknya. Sungguh hangat, karena mungkin angin pada bulan Desember menjelang tahun baru selalu dingin. Meskipun kami senang tidur di ranjang yang hangat namun hal demikian terkadang membuat beberapa teman sungkan. Seperti sebuah sikap yang terlalu berlebihan dari seorang tuan rumah namun ia selalu menunjukkan keistiqomahannya setiap menyambut tamu atau kawan yang berkunjung. Barangkali aku pun butuh belajar darinya bagaimana cara memuliakan serta adab bertamu. Kawanku, maafkan aku apabila selama sering menumpang di kamarmu sering kali tak beradab. Numpang tidur berhari-hari, mandi, pinjam kaosmu, minta rokok serta hal lain yang tak mungkin kuceritakan di sini. Kawanku, tak ada yang dapat kuberi selain ucapan terimakasih. Pesanku, tetaplah berilmu seperti Ibn Rusyd dan membumi seperti Salahuddin.

Tegal, 14 Desember 2021
SURAT CINTA DARI KOTA BAHARI
Sumber: Potret Pribadi
Katanya: Hadiah buatku darinya.

Dibuat olehnya, sahabatku yang paling takut akan air lantas dia enggan mandi dan menahan beberapa hari untuk tak mandi. Ssssttt, konyol memang. Tapi hal asyik yang kutangkap dalam memoriku, dia sungguh luar biasa cakrawala ihwal cintanya kepada seorang gadis yang ia kagumi dan tentunya diruwat jiwa serta batinnya (gadis). Mumpuni betul. Sahabat. Kenanglah sampai mengapal!


Salam!

Semarang, 14 Desember 2021
Pukul: 22.58 WIB
Diubah oleh rsmembumi 16-12-2021 01:08
arsipojanAvatar border
putune.simbah30Avatar border
bukhoriganAvatar border
bukhorigan dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.2K
6
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan