- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Filep Karma, pejuang Papua merdeka berseragam ASN dan Bintang Kejora
TS
mabdulkarim
Filep Karma, pejuang Papua merdeka berseragam ASN dan Bintang Kejora

Satu di antara korban selamat dalam kasus Biak Berdarah, Filep Karma. - Jubi/Dok
Jayapura, Jubi – Setelah sempat dikabarkan hilang saat diterjang gelombang laut Teluk Humboldt di Pantai Base G, Kota Jayapura, pejuang gerakan kemerdekaan Papua, Filep Jacob Spener Karma ditemukan selamat oleh warga di Kampung Skouw Sae, Senin (13/12/2021). Ia sudah mendapat perawatan di rumah sakit, dan dikabarkan dalam kondisi sehat.
“Ya, Filep Karma sudah ditemukan warga, dan kondisinya baik. [Ia] sedang mendapat perawatan di rumah sakit,” kata Pendeta Herman Awom, mantan Wakil Ketua Sinode Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua saat dihubungi Jubi melalui panggilan telepon pada Senin (13/12/2021).
Dia menambahkan adik Filep Karma yang juga seorang pendeta telah menghubunginya, dan mengklarifikasi kabar hilangnya saksi hidup peristiwa Biak Berdarah itu. “Saya berharap kondisi Filep Karma benar-benar pulih,”kata Awom.
Beberapa waktu lalu, jurnalis Jubi bertemu dengan mantan narapidana politik yang akrab disapa Yopie Karma itu di salah satu mal di Abepura. Saat itu, Filep Karma menjual sejumlah buku karya Pendeta Socratez Sofyan Yoman berjudul “Jejak Kekerasan Negara Dan Mliterisme di Tanah Papua, Kumpulan Catatan seorang gembala”. “Buku itu biasanya dibeli oleh para peneliti dan orang non Papua yang peduli soal Papua,” katanya ketika itu.
Ia menuturkan, banyak pula orang orang Papua dari pegunungan dan orang non Papua membeli buku itu darinya, lalu meminta dia untuk berfoto bersama. Filep Karma juga menjual buku karyanya sendiri, berjudul “Seakan Kitorang Setengah Binatang, Rasialisme Indonesia di Tanah Papua”.
Tak heran kalau antropolog Eben Kirksey menyebut Filep Karma adalah pemimpin paling berani di Papua Barat. Dia melawan kekerasan dengan taktik non kekerasan macam Mahatma Gandhi.
Aktitivis perempuan Papua, Frederika Korain mengatakan bagian menyentuh dari kisah Filep Karma adalah ketika ia berani meninggalkan segala kemapanannya, memilih menapaki liku perjuangan gerakan Papua merdeka.
Menurut Filep Karma, buku tentang sejarah Papua sangat penting, agar generasi muda Papua mengenal sejarah dari orang Papua sendiri. Apalagi, lanjutnya, jangan sampai anak anak muda Papua melupakan sejarahnya sendiri.
Anak mantan Bupati
Ayah Filep Karma adalah seorang mantan Bupati yang selama 20 tahun mengabdi di Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Yapen Waropen saat Orde Baru masih berkuasa. Andreas Karma, nama ayah Filep Karma, pernah pula memimpin ekspedisi jalan darat dari Wamena ke Jayapura selama tiga bulan pada 1968. Ibunya kandung Filep Karma adalah seorang mantan guru jemaat, yaitu Mama Noriwari.
Setelah memperoleh Pendidikan di SD Kristus Raja Dok V, Filep melanjutkan ke SMP Negeri I Dok V dan SMA Negeri I Abepura. Filep Karma langsung berkuliah di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo hingga memperolah gelar sarjana politik pada 1979-1985.
Ia kembali ke Papua dan mengabdi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau ASN di Kantor Diklat Pemerintah Provinsi Papua. Filep Karma sempat melanjutkan pendidikan ke Asian Institut of Management 1997 – 1998, dan bertemu dengan teman teman dari daerah Makati, Filipina. Filep Karma sangat terkesan karena di Filipina hak asasi manusia sangat dihormati pasca jatuhnya mantan Presiden Ferdinand Marcos.
Kepulangannya ke Indonesia bersamaan dengan gelombang reformasi yang menjatuhkan Presiden Soeharto dari kekuasaannya. Hal itu membuat tekadnya bulat untuk memperjuangkan kemerdekaan Papua.
“Saya dari Manila kembali ke Papua saat Presiden Soeharto mundur Mei 1998. Tanggal 28 Mei 1998, saya tiba di Jayapura, saat banyak mahasiswa di Jakarta merayakan mundurnya Soeharto dari kursi presiden,” tulis Filep Karma dalam bukunya.
Pada 2 Juli 1998, di menara air Puskesmas Biak Kota, Filep Karma bersama beberapa warga menaikan bendera Bintang Kejora. Mereka bertahan dan menjaga bendera itu selama empat hari, hingga akhirnya terjadi peristiwa Biak Berdarah pada 6 Juli 1998. Usai mengalami proses pengadilan, Filep Karma selalu identik dengan seragam ASN dan Bintang Kejora di Kota Jayapura. (*)
Editor: Aryo Wisanggeni G
https://jubi.co.id/filep-karma-pejua...ng-kejora/amp/
Sempat hilang di perairan dekat PNG dia tapi selamat.
muhamad.hanif.2 memberi reputasi
-1
1.3K
6
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan