- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Awas Bumi Gonjang-ganjing, AS Diminta Tembak Nuklir ke Rusia


TS
perjaka.abadi
Awas Bumi Gonjang-ganjing, AS Diminta Tembak Nuklir ke Rusia

Amerika Serikat (AS) didesak untuk mengirimkan bom nuklir ke Rusia. Peluncuran itu dilakukan untuk membela Ukraina yang kini tengah bermasalah dengan Rusia.
Hal ini merupakan disampaikan oleh Senator Partai Republik, Roger Wicker. Menurutnya sudah selaiknya AS melakukan itu.
"Saya tidak akan mengesampingkan pasukan Amerika di lapangan. Kami tidak boleh mengesampingkan aksi nuklir pertama terhadap Rusia," kata Wicker, dikutip dari Newsweek, Jumat (10/12/2021).
Tidak hanya Wicker, Senator Republik Jim Inhofe juga menyerukan lebih banyak dukungan militer. Namun ia tidak mendesak soal bom nuklir.
"Ini harus mencakup senjata anti-udara, anti-tank, dan kontra-artileri," kata Inhofe dalam sebuah pernyataan.
Rusia sendiri mengecam hal ini. Kedutaan Rusia di Washington juga mengisyaratkan bahwa Wicker sedang memperjuangkan "bisnis" di negara bagian asalnya Mississippi saat menyarankan desakan berbahaya ini.
"Pernyataan seperti itu tidak bertanggung jawab," kata pernyataan di halaman Facebook kedutaan.
"Kami menyarankan semua ... hati-hati dan membiasakan diri dengan pernyataan bersama presiden Rusia dan Amerika Serikat pada 16 Juni 2021 (merujuk pada KTT Jenewa antara Joe Biden dan Vladimir Putin). Dokumen ini menegaskan komitmen kedua negara pada prinsip bahwa tidak ada pemenang dalam perang nuklir," kata pernyataan itu.
Kedutaan juga menunjukkan sejumlah perusahaan industri militer, seperti Lockheed Martin, Northrop Grumman, Raytheon, dan General Atomics, yang memiliki kantor di negara bagian asal Wicker. Rusia berdalih komentar itu pasti untuk sesuatu kepentingan terntentu.
"Ini menimbulkan pertanyaan, kepentingan siapa yang dipromosikan oleh senator yang menyerukan perang-Ukraina atau kompleks industri militer AS?" katanya.
Ketegangan memang terjadi antara AS dan Rusia dalam beberapa bulan ini. Ini akibat eskalasi di wilayah Krimea yang diperebutkan Rusia dan Ukraina di Laut Hitam.
Kemarin lusa, Biden menghubungi para sekutu NATOnya di Eropa Timur untuk membahas potensi perang di wilayah itu. Padahal sehari sebelumnya, Biden melakukan KTT virtual dengan Putin.
Dalam keterangan resminya, Gedung Putih menyebut akan berkoordinasi dengan kelompok Sembilan Bucharest NATO untuk membahas potensi eskalasi militer setelah Moskow. Ini pasca Negeri Beruang Putih mengirimkan lebih dari 100 ribu militernya ke daerah yang sebelumnya milik Ukraina itu.
Ketegangan antara Rusia dengan Ukraina serta NATO dimulai pada tahun 2014 lalu. Rusia telah merebut semenanjung Krimea dari Kiev dan mendukung pemberontakan separatis yang berusaha menggabungkan wilayah itu dengan Moskow.
Ini membuat beberapa negara NATO berang. AS dan Eropa ramai-ramai memberondong sanksi ekonomi terhadap Rusia akibat pencaplokan ini. Bahkan negara NATO sempat mengirimkan kapal perangnya ke wilayah yang berada di bibir Laut Hitam itu.
SUMBER
Hal ini merupakan disampaikan oleh Senator Partai Republik, Roger Wicker. Menurutnya sudah selaiknya AS melakukan itu.
"Saya tidak akan mengesampingkan pasukan Amerika di lapangan. Kami tidak boleh mengesampingkan aksi nuklir pertama terhadap Rusia," kata Wicker, dikutip dari Newsweek, Jumat (10/12/2021).
Tidak hanya Wicker, Senator Republik Jim Inhofe juga menyerukan lebih banyak dukungan militer. Namun ia tidak mendesak soal bom nuklir.
"Ini harus mencakup senjata anti-udara, anti-tank, dan kontra-artileri," kata Inhofe dalam sebuah pernyataan.
Rusia sendiri mengecam hal ini. Kedutaan Rusia di Washington juga mengisyaratkan bahwa Wicker sedang memperjuangkan "bisnis" di negara bagian asalnya Mississippi saat menyarankan desakan berbahaya ini.
"Pernyataan seperti itu tidak bertanggung jawab," kata pernyataan di halaman Facebook kedutaan.
"Kami menyarankan semua ... hati-hati dan membiasakan diri dengan pernyataan bersama presiden Rusia dan Amerika Serikat pada 16 Juni 2021 (merujuk pada KTT Jenewa antara Joe Biden dan Vladimir Putin). Dokumen ini menegaskan komitmen kedua negara pada prinsip bahwa tidak ada pemenang dalam perang nuklir," kata pernyataan itu.
Kedutaan juga menunjukkan sejumlah perusahaan industri militer, seperti Lockheed Martin, Northrop Grumman, Raytheon, dan General Atomics, yang memiliki kantor di negara bagian asal Wicker. Rusia berdalih komentar itu pasti untuk sesuatu kepentingan terntentu.
"Ini menimbulkan pertanyaan, kepentingan siapa yang dipromosikan oleh senator yang menyerukan perang-Ukraina atau kompleks industri militer AS?" katanya.
Ketegangan memang terjadi antara AS dan Rusia dalam beberapa bulan ini. Ini akibat eskalasi di wilayah Krimea yang diperebutkan Rusia dan Ukraina di Laut Hitam.
Kemarin lusa, Biden menghubungi para sekutu NATOnya di Eropa Timur untuk membahas potensi perang di wilayah itu. Padahal sehari sebelumnya, Biden melakukan KTT virtual dengan Putin.
Dalam keterangan resminya, Gedung Putih menyebut akan berkoordinasi dengan kelompok Sembilan Bucharest NATO untuk membahas potensi eskalasi militer setelah Moskow. Ini pasca Negeri Beruang Putih mengirimkan lebih dari 100 ribu militernya ke daerah yang sebelumnya milik Ukraina itu.
Ketegangan antara Rusia dengan Ukraina serta NATO dimulai pada tahun 2014 lalu. Rusia telah merebut semenanjung Krimea dari Kiev dan mendukung pemberontakan separatis yang berusaha menggabungkan wilayah itu dengan Moskow.
Ini membuat beberapa negara NATO berang. AS dan Eropa ramai-ramai memberondong sanksi ekonomi terhadap Rusia akibat pencaplokan ini. Bahkan negara NATO sempat mengirimkan kapal perangnya ke wilayah yang berada di bibir Laut Hitam itu.
SUMBER
0
775
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan