

TS
rsmembumi
MEMBANGUN PERADABAN MELALUI (LAGU JARANAN)

Sumber Potret:Kabarbanyuwangi.info
Oleh: Rusydi Salahuddin (rsmembumi)
Tentunya sudah tak asing lagi dengan lagu tersebut. Semasa kita masih bocah (anak-anak) dalam gendongan Ibu, kita kerap dinyanyikan lagu "Jaranan", bahkan sebagian dari kita pernah menyaksikan pertunjukkan "Jaranan". Itulah pengalamanku semasa kecil dulu. Sampai-sampai hingga saat ini memori itu lekat betul dengan kepribadianku. Dimana keyakinan serta sikap dalam melestarikan budaya dan penghayatan akan sebuah makna kehidupan yang muncul berasaskan nilai-nilai kearifan lokal senantiasa digenggam erat.
Artinya, nilai-nilai kebudayaan semacam ini harus tetap digelorakan dan dijaga secara utuh kelak anak dan cucu kita tidak hanya mengenal kebudayaan asli Indonesia dari cerita belaka, namun mereka tahu dan tentunya dapat melihat langsung serta memaknai esensinya. Asyik betul ketika aku dalam gendongan Ibu dan dinyanyikan lagu itu. Tentunya sangat bahagia ketika aku dapat melihat langsung pertunjukkan "Jaranan" di desaku. Kala itu ketika orang di desaku sedang ada hajatan pasti hiburan yang ditanggap adalah kesenian jaran kepang. Dari situ aku percaya sejatinya pertunjukkan kesenian tersebut mengandung penuh makna. Wah jadi teringat masa kecil dulu.
Acap kali banyak yang bertanya, makna atau filosofi yang terkadung penuh esensi moral dari lagu tersebut yang tentunya saling berkaitan dengan diksi yang kujelaskan sebelumnya. Mari kita simak ulasannya!
Manusia dalam menjalani kehidupan bermasyarakat ini harus memperhatikan tingkah laku dan budi pekertinya. Tindakan mengenai tingkah laku dan budi pekerti manusia ini dinamakan moral. Ajaran Moral diperlukan oleh manusia khususnya anak-anak untuk membentuk moralnya.
Khazanah dolanan anak-anak di Nusantara telah ada sejak berabad-abad lampau. Pada zaman ini, khazanah tersebut masih diperlukan sebagai salah satu metode pendidikan dan sebagai bekal dalam membangun masa depan.Lagu dolanan memiliki bobot atau porsi yang pas untuk diberikan kepada anak-anak. Tema yang mengiringi kebanyakan adalah pendidikan. Dalam dunia pendidikan, ada berbagai metode yang dilakukan oleh para pendidik. Diantaranya adalah metode belajar sambil bermain ataupun bermain sambil belajar. Pada hakikatnya dua macam metode tersebut sama-sama saling mendukung dalam proses belajar anak didik.
Lagu dolanan merupakan salah satu bentuk karya sastra jawa yang digunakan anak-anak untuk bermain. Lagu dolanan dirasa memiliki makna estetik, musikal dan kultural. Dari Segi musikal, wujud lagu dan iramanya berkaitan dengan perkembangan musikalitas anak. Dari Segi kultural lagu dolanan dapat memberikan ajaran kepada anak agar disiplin, menjaga harmoni dengan alam, sesama manusia dan orang tua.
Salah satu lagu dolanan yang akan kita bahas yaitu “Jaranan”.
Jaranan-jaranan, jarane jaran teji
Sing nunggang ndoro bei
Sing ngiring para mentri
Jeg-jeg nong, jreg-jreg gung
Jeg-jeg gedebuk krincing
Gedebug jedher
Gedebug krincing
Jeg-jeg gedebuk jedher
Tembang dolanan “Jaranan” merupakan salah satu warisan pengajaran berciri khas budaya timur, model pengajaran timur lebih mengarah kepada estetika spiritual, yang lebih banyak dituturkan secara simbol dan kiasan-kiasan. Tembang dolanan “Jaranan”, terkandung makna yang sangat dalam tentang pentingnya pengendalian diri. Dimana arti "Jaranan" ialah sebuah kegiatan menunggang kuda, dan kuda yang ditunggangi adalah jaran teji, yaitu kuda yang besar dan tinggi.
Pesan tentang bentuk pengendalian diri dapat dilihat dalam bait "sing nunggang ndoro bei, sing ngiring para Mentri." Ndoro dalam bahasa Jawa berarti Tuan atau seorang yang berkuasa. Dan ndoro bei berasal dari kata ndoro kang ngabehi. Ngabehi berasal dari kata dasar kabeh yang artinya semua atau segalanya, ndoro bei artinya seorang yang menguasai segala hal. Senada dengan anjuran Nabi yang berbunyi, “Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang dan memanah” (HR. Bukhari Muslim).
Kemudian, para Mentri artinya adalah penasihat yang menguasai bidang masing-masing. Nasihat nasihat atau ilmu itulah yang mengiringi seseorang untuk bisa berkuasa dalam mengendalikan diri.
Sebagai kuda liar, nafsu harus kita kendarai untuk menyelesaikan perjalanan kehidupan duniawi kita. Sebagai perbandingan atau ibarat, kuda adalah perbandingan yang tepat. Jika si kuda bisa dijinakkan dan dengan hati-hati diajari untuk mengikuti perintah tuannya, maka ia akan menjadi kendaraan sehingga ia bisa sampai ke tujuan yang sebenarnya. Jadi nafsu bila dibiarkan liar dan tidak terkendalikan akan membawa manusia ke rimba belantara hawa nafsu dan syahwat yang kotor, dimana ia tidak menemukan tempat istirahat dan berakhir dalam keadaan tertinggal dan rusak. Sementara jika ia menerima pelajaran disiplin dan pelatihan yang panjang, maka ia akan menjadi sahabat dan penolong manusia yang dipercaya untuk memenuhi takdirnya yang paling mulia, yaitu mengenal Tuhan dan bermanfaat untuk tujuan-tujuanNya.
Salam!
Semarang, 5 Desember 2021
Pukul, 02:05 WIB
Diubah oleh rsmembumi 05-12-2021 02:49
0
3.2K
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan