

TS
rsmembumi
MEMATRI MANTRA PERTIWI
Oleh: Rusydi Salahuddin (rsmembumi)
Ibu bumi wis maringi
Ibu bumi dilarani
Ibu bumi kang ngadili
: wujut kitab sakral yang santer terceletuk dalam sudut meditasiku,
sejumput kasih menggampar sepi,
dengan sesembahan rupa-rupa
Kinanthi bersila gumamkan secarik mantra tiada henti.
semolek deret diksi mendesak mesra dalam denyut nadi
: nan kadang, sungguh tak terkata!
menyudut bersama sepi
merajut ilusi berteman kopi dan sesaji
merauk bisik lirih penuh arti
berharap kilau permata tafsirkan estetika nyentrik ala profesor
ciamik,
bak eloknya penari Jaipong yang kian mematri kalbu.
paras rinai fatamorgana negeri ini
tak lupa, kusisipkan dalam lantunan doaku pada Sang Gusti.
kurayu makna mencintai
kurajut filsafat ihwal hidup
kutitipkan tumpukkan pintaku erat erat
: pada dewi pertiwi
bersama sunyi
tertanam ingatan akan waktu
berselendang jarit motif wayang dan keris ala abdi dalem keraton
daku liarkan harmoni ritme gamelan penuh misteri,
seolah bagaikan penyangga tuturku padaMu.
gelap menghempas tanpa sebab.
mentari mencoba tersenyum tipis nan elok,
dan kumulai beranjak dari meditasiku.
tepat dan yakin kucoba dengan lugas
tafsirkan akan paras molek negeri pertiwi
: bak laksana dewa penyelamat bumi
Sekaran, 18 September 2020
Catatan:
Ibu bumi wis maringi: Ibu bumi sudah memberi.
Ibu bumi dilarani: Ibu bumi disakiti.
Ibu bumi kang ngadili: Ibu bumi yang mengadili.

Potret: Sumber Pribadi
Ibu bumi wis maringi
Ibu bumi dilarani
Ibu bumi kang ngadili
: wujut kitab sakral yang santer terceletuk dalam sudut meditasiku,
sejumput kasih menggampar sepi,
dengan sesembahan rupa-rupa
Kinanthi bersila gumamkan secarik mantra tiada henti.
semolek deret diksi mendesak mesra dalam denyut nadi
: nan kadang, sungguh tak terkata!
menyudut bersama sepi
merajut ilusi berteman kopi dan sesaji
merauk bisik lirih penuh arti
berharap kilau permata tafsirkan estetika nyentrik ala profesor
ciamik,
bak eloknya penari Jaipong yang kian mematri kalbu.
paras rinai fatamorgana negeri ini
tak lupa, kusisipkan dalam lantunan doaku pada Sang Gusti.
kurayu makna mencintai
kurajut filsafat ihwal hidup
kutitipkan tumpukkan pintaku erat erat
: pada dewi pertiwi
bersama sunyi
tertanam ingatan akan waktu
berselendang jarit motif wayang dan keris ala abdi dalem keraton
daku liarkan harmoni ritme gamelan penuh misteri,
seolah bagaikan penyangga tuturku padaMu.
gelap menghempas tanpa sebab.
mentari mencoba tersenyum tipis nan elok,
dan kumulai beranjak dari meditasiku.
tepat dan yakin kucoba dengan lugas
tafsirkan akan paras molek negeri pertiwi
: bak laksana dewa penyelamat bumi
Sekaran, 18 September 2020
Catatan:
Ibu bumi wis maringi: Ibu bumi sudah memberi.
Ibu bumi dilarani: Ibu bumi disakiti.
Ibu bumi kang ngadili: Ibu bumi yang mengadili.

Potret: Sumber Pribadi
Diubah oleh rsmembumi 28-11-2021 19:57
0
540
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan