F-15EX atau yang sekarang disebut sebagai F-15 Eagle II adalah salah satu penempur generasi 4.5 yang rencananya akan memperkuat armada tempur USAF di masa mendatang. Pesawat ini dikembangkan dari varian Strike Eagle (F-15E), meski banyak pihak yang memuji pesawat ini akan tetapi sebuah lembaga pengamat pertahanan AS mengatakan jika F-15EX tidak cocok untuk menghadapi pertempuran di masa depan, lembaga yang bernama Mitchell Institute for Aerospace Studies mengatakan jika seharusnya USAF membeli lebih banyak F-35 daripada F-15EX. Menurut lembaga ini, USAF membeli EX karena didorong oleh anggaran militer bukan karena strategi. Oleh karena itu Mitchell meminta USAF untuk membunuh F-15EX, membunuh disini berarti mengakhiri program F-15EX yang saat ini sedang berjalan.

Sementara itu Jenderal Charles Q. Brown Jr., Kepala Staf Angkatan Udara, mengatakan pada 12 Mei 2021 bahwa Angkatan Udara AS (USAF) membeberkan rencana 4+1 untuk strategi pertempuran masa depan mereka di awal tahun 2020. Strategi 4+1 itu terdiri dari F-22 dan kelak diikuti Next-Generation Air Dominance (NGAD) sebagai pesawat tempur utama, F-35 sebagai pesawat tempur siluman kelas ringan, kemudian F-15E dan EX untuk membawa senjata berat, F-16 untuk memelihara kapasitas kekuatan, sementara yang terakhir adalah A-10 Thunderbolt II (Warthog) untuk misi dukungan udara jarak dekat.

A-10 dikategorikan +1 karena pesawat ini hanya punya kemampuan untuk misi dukungan udara jarak dekat, serta tidak memiliki kemampuan serangan udara ke udara. Meski F-22 dan A-10 masuk dalam rencana 4+1, kedua pesawat punya masa bakti hingga 9 tahun lagi. Di mana pada tahun 2030 keduanya akan dipensiunkan. Sementara F-15E dan F-16 masih belum diketahui kapan waktu pensiunnya.

Namun, menurut analisis terbaru dari Mitchell Institute for Aerospace Studies, rencana pesawat tempur “4+1” Angkatan Udara AS untuk tahun 2020-an akan meninggalkan layanan dengan armada yang terlalu kecil dan tidak akan bisa menghadapi ancaman di masa depan. Pensiunan Letnan Jenderal David A. Deptula, dekan dari Mitchell Institute for Aerospace Studies mengatakan bahwa ada 3 kesalahan dalam strategi USAF: tidak cukup cepat membeli F-35, menghentikan operasional F-22 sebelum NGAD (penggantinya) lahir, menghabiskan banyak uang untuk F-15EX yang tidak siluman dan “semakin tidak relevan." Seharusnya dana pembelian EX digunakan untuk pesawat tempur baru.





Mengutip artikel The Aviation Geek ClubMitchell Institute for Aerospace Studies mengatakan bahwa mereka punya saran yang lebih baik untuk USAF, dan saran tersebut adaalah sebagai berikut:



Kembangkan dan terbitkan “perencanaan kekuatan” untuk menggambarkan apa yang sebenarnya dibutuhkan Angkatan Udara untuk melaksanakan Strategi Pertahanan Nasional guna menghadapi musuh yang setara, selain itu dengan perencanaan ini USAF masih memiliki cukup memiliki cadangan kekuatan untuk menghadapi konflik kedua melawan negara yang lebih lemah. Tindakan ini akan sangat membantu dalam mendidik publik Amerika dan Kongres dalam memahami persyaratan struktur kekuatan tempur Angkatan Udara, serta menjelaskan resiko yang ada jika tidak membangun kekuatan yang diperlukan.




Saran yang satu ini memang diluar dugaan, tapi lembaga Mitchell mengatakan bahwa F-16 masih mampu menghadapi tantangan misi di masa mendatang dengan kemampuan multi peran yang dimilikinya. Sambil mempertahankan F-16, USAF harus sepenuhnya melepaskan inventaris pesawat F-15C/D, A-10C, dan F-15E saat produksi F-35 semakin meningkat. F-15C/D, A-10C, dan F-15E harus sepenuhnya didivestasikan pada tingkat penggantian satu-untuk-satu saat F-35 mulai beroperasi. Artinya setiap pesawat yang pensiun harus diganti dengan satu unit F-35 yang baru. Uang yang awalnya digunakan untuk biaya operasional pesawat generasi lama akan digunakan untuk produksi pesawat tempur generasi kelima, dan tentunya pesawat tempur generasi keenam (NGAD).




Hentikan F-15EX dan gunakan pendanaan F-15EX untuk memulai desain pesawat tempur serba guna baru, dalam hal ini adalah program NGAD. Menurut lembaga Mitchell Angkatan Udara AS menerima F-15EX bukan karena pesawat akan relevan dengan peperangan di masa depan, tetapi karena keinginan untuk mempertahankan lini produksi pesawat tempur. Angkatan Udara harus mencari titik terminasi tercepat untuk F-15EX dan mengalihkan pendanaan itu untuk meningkatkan produksi F-35 dan memulai pengembangan program pesawat tempur siluman yang terjangkau, serba guna, serta akan relevan dengan ancaman di masa depan. F-15EX adalah pesawat non siluman atau biasa disebut dengan generasi 4.5+++ (minus 5), dengan kemampuan yang belum siluman membuat peasawat tidak bisa terbang mendekati area musuh, ditambah dengan radar cross section yang jauh lebih besar dari F-35, maka EX akan bisa dodeteksi radar musuh.




Saran ke-4, USAF harus meningkatkan pembelian F-35 dengan diimbangi penghentian operasional F-15C/D/E dan A-10C. Akan tetapi USAF mengatakan mereka lebih suka menunggu varian F-35 Block 4. Sementara Mitchell berpendapat bahwa, F-35 yang diproduksi sekarang memiliki dasar kemampuan Block 4; seharusnya USAF tidak menunda untuk segera meningkatkan pesanan F-35. Pesawat yang sedang diproduksi saat ini bisa ditingkatkan menjadi Block 4 di masa mendatang, sementara dengan peningkatan jumlah F-35 akan memberi jaringan pengaman jika program NGAD tertunda.







Penutupan Kantor Program Gabungan F-35 harus segera dimulai untuk memungkinkan Angkatan Udara mencapai tujuan kemampuan, ketersediaan, dan keterjangkauan F-35 dengan lebih baik. Joint Program Office/JPO sendiri menurut Mitchell terlalu lambat dalam pengambilan keputusan terkait produksi dan program lanjutan F-35.




F-22 harus dipertahankan dan dimodernisasi untuk terus memberikan kemampuan dominasi udara yang penting. Mengingat tantangan di teater Pasifik dan Eropa, Angkatan Udara harus mempertimbangkan untuk memperpanjang operasional F-22 hingga program NGAD berhasil. Misi superioritas udara yang mengandalkan pesawat siluman harus tetap menjadi prioritas USAF, dan melepas F-22 pada tahun 2030 bukan rencana yang bagus.




NGAD akan menjadi pesawat tenpur generasi ke-6 adalah pondasi kekuatan tempur Angkatan Udara AS di masa depan. Meskipun program NGAD tetap sangat rahasia, Angkatan Udara harus melakukan semua yang dapat dilakukan untuk mempercepatnya dan tetap berkomitmen penuh untuk menyelesaikan program ini.




Menurut Mitchell USAF harus diberi kebebasan dalam menggunakan anggarannya, karena selama ini anggaran yang diberikan berada dibawah kontrol anggota Kongres. Bisa dibilang USAF selama ini menggunakan anggarannya sesuai dengan aturan yang ditetapkan, salah satunya adalah anggaran tersebut digunakan untuk mempertahankan operasional pesawat lama dan membeli platform pesawat yang sebenarnya tidak sesuai dengan tantangan misi di era modern. Oleh karena itu USAF harus diberi hak mengatur sendiri anggaran yang sudah diberikan tanpa campur tangan pihak lain.



.

Lembaga Mitchell juga mengingatkan bahwa memperlambat produksi F-35 dan membeli F-15EX yang desainnya sudah berusia setengah abad bukan cara yang baik untuk mempertahankan kekuatan tempur udara Amerika. Meski membeli F-15EX merupakan niat baik untuk hidup dalam realitas politik, namun rencana 4+1 USAF yang melibatkan F-15EX akan memberi kesenjangan dalam kemampuan dasar saat dunia menjadi semakin berbahaya. Menurut Mitchell, modernisasi jet tempur USAF adalah hal yang tidak boleh ditunda.

Lalu, dengan membunuh F-15EX apakah benar-benar menjadi solusi terbaik untuk Angkatan Udara Amerika saat ini ?