Film pendek ini bermula dari seorang anak sekolah dasar dijahili oleh teman - temannya. Topi sang bocah direbut lalu dilempar kesana - kemari, membuat ia seperti seekor kucing dalam permainan kucing - kucingan.

Sampai akhirnya, topi itu dilempar ke atas dan tak kembali. Para pengusil itu meninggalkan sang tokoh utama sendirian, yang terpaku menatap ke langit sambil menanti topinya yang tak kunjung tiba.

Esok harinya, anak itu tak punya topi lagi. Saat ia asyik melipat kertas origami, teman - temannya menjahili dia lagi. Mereka memberi sebuah topi runcing yang cantik. Hanya saja, di bagian bawah topi diolesi lem sehingga saat dipakaikan, topi sulap itu tidak bisa dilepas.

Akibatnya, bocah itu kena marah gurunya dan ditertawakan seisi kelas. Dendam dan marah muncul di kepalanya, tapi bocah kecil bukan tandingan mereka yang berbadan tinggi besar.

Keseimbangan terus membuktikan eksistensinya. Meski ia belum lepas dari topi terkutuk itu, perlahan kehadirannya memberi warna lain. Topi itu membantu gurunya mempersiapkan materi di papan. Topi itu juga membantu siswi yang kehilangan pita kecilnya.

Meski begitu, kelompok usil masih menggodanya. Kadang mereka terlihat menang, tapi sesekali si kecil menampakkan campur tangan yang maha besar, sehingga kejahilan berkurang dan mereka juga merasakan apa yang diderita si kecil.

Film ditutup dengan penyelamatan si kecil terhadap musuh - musuhnya. Mereka kemudian berteman dan merayakan suasana pembelajaran di kelas dengan lebih menerima. Sementara topi ajaib yang awalnya menancap di kepala si bocah, kini sudah terlepas. Topi itu kini tergeletak di pojokan, berubah warna menjadi putih polos, karena warna - warni telah berpindah ke ruangan kelas.