Kaskus

News

dragonroarAvatar border
TS
dragonroar
Pandemi Jadi Dalih Xi Jinping Buat China Kian Tertutup
Pandemi Jadi Dalih Xi Jinping Buat China Kian Tertutup
CNN Indonesia
Selasa, 16 Nov 2021 08:00 WIB

Pandemi Jadi Dalih Xi Jinping Buat China Kian Tertutup
Pandemi Covid-19 disebut dimanfaatkan Presiden Xi Jinping untuk semakin menutup warga China dari pengaruh Barat. Benarkah? Pandemi Covid-19 disebut dimanfaatkan Presiden Xi Jinping untuk semakin menutup warga China dari pengaruh Barat. (Foto: AFP/GREG BAKER)

Jakarta, CNN Indonesia -- Sudah hampir dua tahun China menutup perbatasan dari dunia luar sebagai salah satu cara menjauhkan penyebaran Covid-19 di Negeri Tirai Bambu.

Sejak wabah pertama Covid-19 muncul dan menyebar di Wuhan sekitar akhir 2019 lalu, China segera mengisolasi wilayah-wilayah berisiko tinggi virus corona.

Strategi lockdown tampak berhasil bagi China. Hanya dalam beberapa bulan sejak wabah pertama di Wuhan muncul, pemerintah mampu meredam penyebaran Covid-19 hingga nol kasus harian selama beberapa waktu.

Sejak itu, pemerintahan Presiden Xi Jinping menerapkan strategi nol kasus Covid-19. Dengan memanfaatkan kekuasaan otoriternya, pemerintah China menerapkan lockdown di berbagai daerah dengan cepat, melakukan pengujian massal jutaan warga, hingga melacak kontak erat demi menghentikan penularan virus corona.

Namun, saat ini pemerintahan Xi Jinping disebut semakin frustrasi lantaran kebijakan nol kasus Covid-19 itu dianggap tak lagi efektif terutama dengan lonjakan kasus virus corona varian Delta.

Ketika dunia mulai belajar hidup bersama Covid-19 dengan perlahan membuka perbatasan, China justru masih gemar menutup perbatasan dan menerapkan lockdown ketat di berbagai wilayah zona merah penularan corona.

China seakan tak khawatir kebijakan ketat lockdownnya ini bisa berdampak pada ekonomi negara. Padahal, kebanyakan negara justru ingin berlomba mencari cara membuka diri lagi terhadap dunia luar demi memulihkan ekonomi yang terpuruk akibat pandemi.

Presiden Xi Jinping bahkan masih bertahan tidak keluar negeri sejak 22 bulan terakhir hingga merelakan pertemuan-pertemuan penting dunia seperti KTT G20 di Roma, Italia, hingga KTT Perubahan Iklim (COP26) di Glasgow, Skotlandia.

Ketika China menutup rapat perbatasan akibat Covid-19, negara itu pun disebut semakin menerapkan kebijakan yang dapat mencegah warganya terpengaruh paparan asing.

Banyak pengamat menganggap pandemi Covid-19 juga dimanfaatkan rezim Xi Jinping sebagai peluang emas membatasi masyarakat dari paparan budaya dan pengaruh Barat.

"Secara ideologis, China perlahan menjadi lebih picik dibandingkan dengan era reformasi dan keterbukaan pada 80-an dan 90-an. Ini adalah ciri era baru Xi Jinping," kata peneliti senior untuk studi China dari lembaga think tank Council on Foreing Relations, Carl Minzner, seperti dikutip dari CNN.

Sejak menjabat sebagai presiden pada 2012 lalu, Xi Jinping selalu mewanti-wanti masyarakatnya soal 'infiltrasi" nilai-nilai Barat seperti demokrasi, kebebasan pers, dan independensi peradilan.

China terus membungkam dan membatasi ruang gerak LSM asing, gereja, media asing, hingga teks buku asing. Menurut China, seluruh platform itu bisa menjadi media perantara bagi pengaruh asing yang seharusnya tidak masuk kepada masyarakatnya.

Dalam beberapa bulan terakhir, Xi Jinping semakin getol menerapkan aturan baru yang 'nyeleneh' mulai dari membatasi anak bermain game online hingga melarang pria yang tidak maskulin atau macho tampil di televisi.

Pemerintah China juga membekukan puluhan akun penggemar K-Pop seperti fan BTS, Blackpink, dan EXO karena tindakan para penggemar itu dinilai kerap tak rasional.

Pemerintah juga telah mengeluarkan tindakan keras di industri hiburan. Sebab menurutnya, banyak anak muda yang terpapar budaya asing dan memengaruhi tatanan sosial. Mereka menyebut kacau atas budaya penggemar terhadap selebriti yang dilakukan warganya.

Ini merupakan hasil dari apa yang disebut Minzner sebagai "upaya strategis untuk menyebarkan tradisi Tiongkok sebagai perisai ideologis terhadap nilai-nilai asing, terutama nilai-nilai Barat."

Akibat kebijakan dan pendekatan pemerintah ini, masyarakat China tumbuh dengan paham nasionalisme yang sempit. Paham sempit ini menganggap feminisme, LGBTQ, dan bahkan masalah lingkungan sebagai 'antek' Barat yang ingin melemahkan China.

Pandemi Jadi Dalih Xi Jinping Buat China Kian Tertutup

Pandemi Covid-19 disebut dimanfaatkan Presiden Xi Jinping untuk semakin menutup warga China dari pengaruh Barat. Benarkah? Pandemi Covid-19 disebut dimanfaatkan Presiden Xi Jinping untuk semakin menutup warga China dari pengaruh luar.(Foto: AFP/Wang Zhao)

Ketika pandemi berlangsung, intoleransi terhadap pengaruh dan budaya luar pun semakin menjadi.

Pada Juni lalu, hampir 200 intelektual China yang berpartisipasi dalam program pertukaran yang disponsori pemerintah Jepang diserang di media sosial Negeri Tirai Bambu dan dicap sebagai "pengkhianat". Padahal, pertukaran itu berlangsung bertahun-tahun yang lalu.

Pada Juli, jurnalis dari beberapa media asing yang meliput banjir mematikan di China utara dilecehkan secara online dan di tempat kejadian oleh penduduk setempat. Wartawan dari BBC dan Los Angeles Times bahkan menerima ancaman pembunuhan, menurut Foreign Correspondents' Club of China.

Pada Agustus, seorang ahli penyakit menular China disebut sebagai "pengkhianat" yang "secara membabi buta memuja ide-ide Barat" karena menyarankan China untuk belajar hidup berdampingan dengan Covid dan tak lagi mengandalkan strategi kasus nol covid-19.

Beberapa bahkan menuduhnya berkolusi dengan pasukan asing untuk menyabotase respons pandemi China.

Pakar Studi China di University of California Victor Shih menganggap pemerintah China saat ini memandang wartawan Barat, pekerja lembaga swadaya masyarakat, dan akademisi yang ingin datang ke China sebagai sumber pengaruh yang tak diinginkan.

Pandemi Covid-19 kemudian memperlancar upaya pemerintah China untuk mencegah pengaruh Barat masuk ke negaranya. Sejak pandemi, sebagian besar akademisi dan pekerja LSM telah berhenti pergi ke China akibat pembatasan dan persyaratan karantina, kata Shih.

"Filter berat yang diterapkan saat ini, dan telah diterapkan sebelum pandemi dimulai, akan menolong penyaringan terhadap apa yang dilihat oleh pemimpin China sebagai elemen yang masuk ke negeri itu dan 'mengotori' nilai masyarakat China," tambahnya.

Walaupun penutupan yang dilakukan pemerintah China dapat menyaring dan menghalau nilai Barat, Shih menilai itu tak akan cukup untuk menghilangkan 'pengaruh asing,' mengingat China juga harus melakukan kontak dengan dunia luar.

Baca artikel CNN Indonesia "Pandemi Jadi Dalih Xi Jinping Buat China Kian Tertutup" selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/interna...ian-tertutup/2.

Download Apps CNN Indonesia sekarang https://app.cnnindonesia.com/


0
522
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan