Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Malaysia kembali berkontraksi pada kuartal ketiga, menjadi negara Asia Tenggara pertama yang melaporkan kemerosotan. Meski begitu, bank sentral memperkirakan pertumbuhan akan pulih dengan cepat seiring dengan pencabutan bertahap pembatasan Covid.
Data bank sentral Malaysia, Jumat (12/11/2021), mengatakan produk domestik bruto (PDB) yang berakhir pada September menyusut 4,5% dari tahun sebelumnya. Penurunan ini lebih buruk dari 2,6% yang diprediksi oleh analis dalam survei Bloomberg.
Dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya, PDB Malaysia turun 3,6% berdasarkan penyesuaian musiman.


Meskipun penurunan kuartal terakhir, bank sentral menegaskan kembali prospek pemerintah untuk ekspansi ekonomi tahun ini di 3%-4%, dengan inflasi utama di 2%-3%. Ini juga menegaskan kembali prospek resmi 2022 untuk PDB tumbuh 5,5%-6,5%.
"Kebijakan moneter akan tetap akomodatif untuk memberikan dukungan dan memastikan tekanan harga dapat dikelola," kata Nor Shamsiah Yunus, Gubernur Bank Negara Malaysia, dalam briefing virtual Jumat.

Shamsiah menuturkan perlambatan terlihat di semua segmen ekonomi. Meski begitu, pencabutan bertahap langkah terkait Covid dan perbaikan di pasar tenaga kerja akan membantu pertumbuhan meningkat pada kuartal keempat.
Indeks ekuitas utama Malaysia naik 0,5% pada tengah hari. Ringgit naik 0,1% menjadi 4,1675 per dolar sementara imbal hasil obligasi 10-tahun naik dua basis poin menjadi 3,60%.

Prospek tersebut muncul beberapa hari setelah Malaysia dan Singapura mengumumkan skema Vaccinated Travel Lane (VTL) dan setuju untuk memulai koridor perjalanan dengan Indonesia awal 2022.
Cakupan vaksin Malaysia yang meluas dengan cepat juga memungkinkan ekonomi lokal dibuka kembali dalam beberapa bulan terakhir. Malaysia sebelumnya juga berencana membuka kembali lokasi-lokasi wisata di pulau Langkawi bagi pelancong internasional.


https://www.cnbcindonesia.com/news/2...aysia-nyungsep