Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

harbisindoAvatar border
TS
harbisindo
Siap-Siap Sambut Banjir Aksi Korporasi di Akhir Tahun
Siap-Siap Sambut Banjir Aksi Korporasi di Akhir Tahun

Bisnis, JAKARTA — Akhir tahun ini masih akan ditandai oleh aksi korporasi yang marak di pasar modal, baik berupa emisi saham baru berbentuk rights issue maupun penerbitan obligasi korporasi, terutama demi memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi tahun depan.

Kondisi ini pun dapat menjadi kesempatan bagi investor untuk menjajaki peluang investasi yang menguntungkan, kendati tetap harus disikapi dengan kehati-hatian. Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan bahwa hingga Selasa 9 November 2021, ada 40 perusahaan yang sedang mengantri untuk melakukan rights issue. Tidak tanggung-tanggung, perkiraan total dana yang bakal dihimpun mencapai Rp24,44 triliun.

“Perusahaan yang menargetkan penghimpunan dana lebih dari Rp1 triliun yaitu sebanyak sepuluh perusahaan,” katanya, Selasa (9/10).

Selain rencana pencatatan saham tersebut, Nyoman mengatakan saat ini terdapat 14  rencana emisi obligasi dan sukuk dari 13 perusahaan di pipeline BEI dengan total rencana dana dihimpun sebesar Rp19,27 triliun. Dari jumlah tersebut, ada delapan emisi yang menargetkan nilai emisi lebih dari Rp1 triliun.

Di luar rights issue dan emisi surat utang, ada juga rencana initial public offering (IPO) yang mencapai 28 perusahaan. Perusahaan-perusahaan itu berasal dari kelas aset yang berbeda, yakni tiga perusahaan beraset di bawah Rp50 miliar, sembilan perusahaan beraset antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar, dan 16 perusahaan yang asetnya di atas Rp250 miliar.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan bahwa saat ini adalah momentum yang tepat bagi perusahaan untuk menggalang dana, baik melalui skema right issue ataupun dari sisi emisi obligasi.

“Justru menurut saya waktu yang tepat untuk galang dana karena habis pandemi membuat dana pihak ketiga bank mencapai ribuan triliun. Artinya, banyak dana menganggur dari masyarakat. Selain itu optimism pemulihan akan menarik minat investasi masyarakat,” katanya kepada Bisnis pada Selasa (9/11).

Baca : Skema Pelik Proposal Restrukturisasi Utang GIAA

Wawan menambahkan bahwa tahun depan akan ada banyak obligasi yang bakal jatuh tempo. Dalam catatannya, nilai obligasi itu mencapai Rp135 triliun antara 8 November 2021 hingga 8 November 2022.

Oleh karena itu, dia melihat penerbitan obligasi akan menjadi semarak. Namun, dia mengingatkan bahwa investor akan meminta kupon tinggi hingga mencapai 8% guna menutup resiko yang dihadapi oleh investor.

“Kekhawatiran obligasi korporasi adalah default terkait pandemi. Investor harus berhati-hati memilih sektor yang tahan pandemi dan mendorong pemulihan ekonomi,” katanya.

Selain itu, terkait right issue, Wawan menilai akan ada banyak institusi yang masuk sebagai pembeli strategis. Menurutnya tidak ada masalah bagi pasar untuk menyerapnya. Sebab, dia yakin pemulihan ekonomi akan mendorong minat investasi publik.

Menurutnya bila tidak tercatat pada tahun ini, ada kesempatan tahun depan penerbitan saham baru akan ikut semarak. Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan serapan obligasi korporasi oleh pasar masih akan baik. Pasalnya, dia menilai investor tengah kekurangan instrumen investasi.

Sebagaimana diketahui, pemerintah telah mengumumkan pembatalan sisa lelang surat berharga negara (SBN) di tahun ini karena target pembiayaan APBN 2021 yang berasal dari lelang SBN, baik surat utang negara (SUN) maupun sukuk negara, sudah terpenuhi.  Berdasarkan keterangan resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, terdapat enam sisa lelang penerbitan SBN di pasar perdana domestik yang akhirnya dibatalkan.

“Menurut saya serapan masih akan baik karena SUN sudah disetop sehingga lelang dari pemerintah berkurang, padahal permintaan pasar masih terlihat baik,” katanya kepada Bisnis.  Menurutnya penyerapan pasar masih akan tergantung dari kupon yang ditawarkan oleh penerbitnya. Di sisi lain, dia berharap agar investor mampu mengukur risiko instrumen dengan teliti mengecek industri serta peringkat surat utang perusahaan.

Selain itu, dia melihat penerbitan obligasi akan didominasi oleh perusahaan dari sektor finansial, sebab sektor tersebut tengah membutuhkan dana segar yang besar. “Catatan mereka baik dari sisi jumlah pokok dan nilai, industri ini mudah diserap pasar karena telah terbukti,” pungkasnya.








Diubah oleh harbisindo 10-11-2021 08:00
0
501
2
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan