- Beranda
- Komunitas
- News
- Militer dan Kepolisian
[UPDATE] Saudi Dapat Izin Membeli 280 AIM-120C-7/C-8 | Rudal Balistik Terbaru China


TS
si.matamalaikat
[UPDATE] Saudi Dapat Izin Membeli 280 AIM-120C-7/C-8 | Rudal Balistik Terbaru China
Segmen update kembali kagi gan sist, kali ini ada dua kabar menarik dari dunia militer, mari kita simak beritanya 
Kabar pertama datang dari Negeri Sultan, yakni Arab Saudi. Mengutip artikel The EurAsian Timesnegara yang tajir melintir itu kini diberi izin untuk membeli sebanyak 280 rudal udara-ke-udara AIM-120C-7/C-8 sebagai bagian dari kesepakatan pertahanan senilai U$ 650 juta. Pentagon pada 4 November 2021 mengkonfirmasi bahwa Departemen Luar Negeri AS telah memberikan persetujuannya untuk potensi penjualan rudal. Sekarang, Kongres AS harus memberikan stempel persetujuannya pada hal yang sama.
Kesepakatan bernilai besar ini akan memberi Angkatan Udara Kerajaan Saudi rudal bersama dengan layanan logistik, mulai dari dukungan teknis, dan suku cadang yang diperlukan untuk mengoperasikan amunisi canggih tersebut. Raytheon Technologies akan menjadi kontraktor utama dari kesepakatan ini. Penjualan rudal tersebut sempat tertunda pada awal tahun ini karena pemerintahan Biden ingin mengurangi kekerasan di Yaman, yang mengakibatkan krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Akan tetapi seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan kepada media bahwa, persetujuan penjualan kemudian datang sebagai tanggapan atas lonjakan kekerasan lintas perbatasan yang dilakukan oleh pemberontak Houthi (proksi Iran) selama setahun terakhir. Rudal ini akan mempersenjatai Eurofighter Typhoon Arab Saudi, F-15C/D, F-15S dan F-I5SA. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS menjelaskan bahwa, rudal itu telah berhasil dikerahkan untuk menghancurkan drone musuh yang menimbulkan resiko bagi warga sipil Saudi dan pasukan Amerika yang ditempatkan di sana.
Pejabat itu juga menyatakan bahwa rudal itu “tidak digunakan untuk menyerang target darat”. Pejabat itu kemudian menekankan bahwa penjualan itu “sepenuhnya konsisten dengan janji pemerintah untuk memimpi diplomasi guna mengakhiri konflik di Yaman sambil juga memastikan Arab Saudi memiliki sarana untuk mempertahankan diri dari serangan udara Houthi yang didukung Iran”. Dan dengan dibelinya rudal AMRAAM, Saudi berharap bisa melindungi aset pentingnya dari serangan drone milisi Houthi yang didukung oleh Iran.
Sekilas tentang AIM-120 AMRAAM Advanced Medium Range Air-to-Air Missiles), adalah rudal segala cuaca generasi baru yang diproduksi oleh Raytheon. Operator utamanya adalah Angkatan Udara AS (USAF), Angkatan Laut AS, serta sekutu Amerika. AIM-120 adalah turunan dari rudal Sparrow, namun rudal AIM-120 jauh lebih ringan, kompak, dan lebih gesit. Keseluruhan panjang AIM-120 adalah 3.6 meter, diameternya 17.7 cm, dan lebar sayap di 52.5 cm. Rudal AIM-120 punya bobot 150,7 kilogram dan memiliki sistem panduan yang terdiri dari terminal radar aktif / jalur tengah inersia yang memiliki jangkauan operasional bervariasi antara 20 mil laut dan 30 mil laut.
Total 36 negara telah memiliki berbagai varian dari AIM-120. AIM-120 telah menyelesaikan lebih dari 1,8 juta jam terbang bersama dengan 2.900 tembakan langsung. AMRAAM telah berhasil diintegrasikan dengan jet tempur seperti F-15, F-16, F/A-18, F 22, Typhoon, Gripen, Tornado, Harrier, F-4, dan F-35 Joint Strike Fighter.
Selai mebeli membeli 280 AIM-120C-7/C-8 Advanced Medium Range Air-to-Air Missiles (AMRAAM), Saudi dikabarkan juga membeli 596 rel peluncur rudal LAU-128 (MRL). Mengutip artikel Marvin GroupLAU-128 adalah bagian dari keluarga Missile Rail Launcher (MRL) yang juga mencakup LAU-127 dan LAU-129, awalnya dirancang untuk pengangkutan dan pelepasan rudal AIM-9 Sidewinder atau AIM-120 AMRAAM tetapi kemudian telah disesuaikan untuk berintegrasi dengan amunisi non-Amerika berukuran serupa, termasuk Derby dan Python yang kompatibel dengan peluncur rel.
Untuk amunisi non-AS membutuhkan penggunaan ADU-552 (Adaptor Peluncur Rudal/Missile Launcher Adapter) untuk memberikan jarak sayap penstabil rudal yang cukup untuk peluncuran. Variannya termasuk LAU-128A/A/, LAU-128B/A, dan LAU-128D/A. LAU-128B/A khususnya, termasuk Countermeasures Dispenser AN/ALE-58 BOL yang terintegrasi ke dalam peluncur. Panjang keseluruhannya adalah 106 inci, lebarnya 3.62 inci, tingginya 6.06 inci, dan beratnya 87 pon. LAU-128 dapat dipasang pada varian F-15A/B/C/D/E.
Mengutip artikel South China Morning Post, China kini telah memperkenalkan rudal balistik baru. Menurut artikel media China tersebut, rudal yang bisa dilengkapi hulu ledak nuklir ini bisa menjangkau target sampai jarak 10.000 km. Rudal balistik ini diketahui bernama JL-3.
The EurAsian Timesmengatakan bahwa pada 3 November 2021 pihak Pentagon merilis update terkait perkembangan senjata milik China, ada beberapa senjata yang belum diketahui namanya sudah mulai diuji coba oleh China. Salah satu yang menarik perhatian Pentagon adalah rudal balistik JL-3, rudal ini diketahui telah dikembangkan dari varian sebelumnya, yakni JL-2.
Sebagai tambahan informasi rudal balistik JL-2 oleh People’s Liberation Army Navy (PLAN) bisa diluncurkan dari kapal selam nuklir Type 094 SSBN, yang juga dikenal sebagai Jin Class, total ada 6 unit kapal selam di kelas ini. Di mana setiap kapal selam bisa membawa 12 JL-2 SLBM. JL di sini berarti "Julang", diketahui sudah ada 3 versi dari rudal ini. Versi pertama yang disebut sebagai JL-1 melengkapi gudang senjata kapal selam nuklir Type 092, sementara JL-2 melengkapi gudang senjata kapal selam nuklir Type 094.
JL-2 diklaim mampu membawa satu hulu ledak nuklir dengan jangkauan tembak antara 7.400 sampai 8.000 km. Jika JL-2 diluncurkan dari perairan dekat China, ia memiliki jangkauan yang cukup untuk menyerang kekuatan nuklir regional seperti Rusia dan India, tetapi tidak dapat mencapai daratan AS. Namun, JL-2 bisa mengancam Guam, Hawaii, dan Alaska. Terlepas dari kenyataan bahwa jarak antara Beijing dan Los Angeles lebih dari 10.000 mil, kapal selam Type 094 yang dilengkapi dengan JL-2 yang berpatroli di dekat Alaska dapat menargetkan sebagian besar wilayah AS. JL-2 diduga punya daya hancur 67 kali lebih kuat daripada bom Little Boy yang dijatuhkan di Hiroshima.
Sementara itu terkait JL-3 yang merupakan varian baru, Pentagon menduga jika rudal ini akan menjadi senjata andalan pada kapal selam nuklir baru Type 096 yang saat ini sedang dibangun oleh China. Rudal ini dikabarkan punya jangkaun mencapai 10.000 km. Nantinya setiap kapal selam nuklir Type 094 akan membawa 16 JL-3, sementara kapal selam Type 096 bisa membawa sampai 24 JL-3.
Sebagai tambahan informasi armada kapal selam China diperkirakan akan tumbuh dari 66 kapal (sekarang) menjadi 76 pada tahun 2030, ini menurut analisis yang tidak dirahasiakan oleh Kantor Intelijen Angkatan Laut AS. 10 kapal selam tambahan tersebut akan mencakup pembangunan enam kapal selam serang bertenaga nuklir baru di galangan Bohai di Huludao.
Amerika patut waspada akan pergerakan China, kini pihak intelijen AS terus berusaha mencari informasi sebanyak mungkin terkait update alutsista China. Tentu Paman Sam ingin mengamankan "rumah" mereka yang selama ini tak pernah tersentuh perang dan senjata dari ancaman rudal balistik China.
Demikian sedikit informasi yang bisa TS sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga bisa bermanfaat dan sampai jumpa

BERITA PERTAMA: Saudi Diberi Izin Memborong 280 AIM-120C-7/C-8
Quote:
Kabar pertama datang dari Negeri Sultan, yakni Arab Saudi. Mengutip artikel The EurAsian Timesnegara yang tajir melintir itu kini diberi izin untuk membeli sebanyak 280 rudal udara-ke-udara AIM-120C-7/C-8 sebagai bagian dari kesepakatan pertahanan senilai U$ 650 juta. Pentagon pada 4 November 2021 mengkonfirmasi bahwa Departemen Luar Negeri AS telah memberikan persetujuannya untuk potensi penjualan rudal. Sekarang, Kongres AS harus memberikan stempel persetujuannya pada hal yang sama.
Kesepakatan bernilai besar ini akan memberi Angkatan Udara Kerajaan Saudi rudal bersama dengan layanan logistik, mulai dari dukungan teknis, dan suku cadang yang diperlukan untuk mengoperasikan amunisi canggih tersebut. Raytheon Technologies akan menjadi kontraktor utama dari kesepakatan ini. Penjualan rudal tersebut sempat tertunda pada awal tahun ini karena pemerintahan Biden ingin mengurangi kekerasan di Yaman, yang mengakibatkan krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Akan tetapi seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan kepada media bahwa, persetujuan penjualan kemudian datang sebagai tanggapan atas lonjakan kekerasan lintas perbatasan yang dilakukan oleh pemberontak Houthi (proksi Iran) selama setahun terakhir. Rudal ini akan mempersenjatai Eurofighter Typhoon Arab Saudi, F-15C/D, F-15S dan F-I5SA. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS menjelaskan bahwa, rudal itu telah berhasil dikerahkan untuk menghancurkan drone musuh yang menimbulkan resiko bagi warga sipil Saudi dan pasukan Amerika yang ditempatkan di sana.
Pejabat itu juga menyatakan bahwa rudal itu “tidak digunakan untuk menyerang target darat”. Pejabat itu kemudian menekankan bahwa penjualan itu “sepenuhnya konsisten dengan janji pemerintah untuk memimpi diplomasi guna mengakhiri konflik di Yaman sambil juga memastikan Arab Saudi memiliki sarana untuk mempertahankan diri dari serangan udara Houthi yang didukung Iran”. Dan dengan dibelinya rudal AMRAAM, Saudi berharap bisa melindungi aset pentingnya dari serangan drone milisi Houthi yang didukung oleh Iran.
Quote:
Sekilas tentang AIM-120 AMRAAM Advanced Medium Range Air-to-Air Missiles), adalah rudal segala cuaca generasi baru yang diproduksi oleh Raytheon. Operator utamanya adalah Angkatan Udara AS (USAF), Angkatan Laut AS, serta sekutu Amerika. AIM-120 adalah turunan dari rudal Sparrow, namun rudal AIM-120 jauh lebih ringan, kompak, dan lebih gesit. Keseluruhan panjang AIM-120 adalah 3.6 meter, diameternya 17.7 cm, dan lebar sayap di 52.5 cm. Rudal AIM-120 punya bobot 150,7 kilogram dan memiliki sistem panduan yang terdiri dari terminal radar aktif / jalur tengah inersia yang memiliki jangkauan operasional bervariasi antara 20 mil laut dan 30 mil laut.
Total 36 negara telah memiliki berbagai varian dari AIM-120. AIM-120 telah menyelesaikan lebih dari 1,8 juta jam terbang bersama dengan 2.900 tembakan langsung. AMRAAM telah berhasil diintegrasikan dengan jet tempur seperti F-15, F-16, F/A-18, F 22, Typhoon, Gripen, Tornado, Harrier, F-4, dan F-35 Joint Strike Fighter.
Selai mebeli membeli 280 AIM-120C-7/C-8 Advanced Medium Range Air-to-Air Missiles (AMRAAM), Saudi dikabarkan juga membeli 596 rel peluncur rudal LAU-128 (MRL). Mengutip artikel Marvin GroupLAU-128 adalah bagian dari keluarga Missile Rail Launcher (MRL) yang juga mencakup LAU-127 dan LAU-129, awalnya dirancang untuk pengangkutan dan pelepasan rudal AIM-9 Sidewinder atau AIM-120 AMRAAM tetapi kemudian telah disesuaikan untuk berintegrasi dengan amunisi non-Amerika berukuran serupa, termasuk Derby dan Python yang kompatibel dengan peluncur rel.
Untuk amunisi non-AS membutuhkan penggunaan ADU-552 (Adaptor Peluncur Rudal/Missile Launcher Adapter) untuk memberikan jarak sayap penstabil rudal yang cukup untuk peluncuran. Variannya termasuk LAU-128A/A/, LAU-128B/A, dan LAU-128D/A. LAU-128B/A khususnya, termasuk Countermeasures Dispenser AN/ALE-58 BOL yang terintegrasi ke dalam peluncur. Panjang keseluruhannya adalah 106 inci, lebarnya 3.62 inci, tingginya 6.06 inci, dan beratnya 87 pon. LAU-128 dapat dipasang pada varian F-15A/B/C/D/E.
BERITA KEDUA: Rudal Balistik Terbaru China
Mengutip artikel South China Morning Post, China kini telah memperkenalkan rudal balistik baru. Menurut artikel media China tersebut, rudal yang bisa dilengkapi hulu ledak nuklir ini bisa menjangkau target sampai jarak 10.000 km. Rudal balistik ini diketahui bernama JL-3.
The EurAsian Timesmengatakan bahwa pada 3 November 2021 pihak Pentagon merilis update terkait perkembangan senjata milik China, ada beberapa senjata yang belum diketahui namanya sudah mulai diuji coba oleh China. Salah satu yang menarik perhatian Pentagon adalah rudal balistik JL-3, rudal ini diketahui telah dikembangkan dari varian sebelumnya, yakni JL-2.
Sebagai tambahan informasi rudal balistik JL-2 oleh People’s Liberation Army Navy (PLAN) bisa diluncurkan dari kapal selam nuklir Type 094 SSBN, yang juga dikenal sebagai Jin Class, total ada 6 unit kapal selam di kelas ini. Di mana setiap kapal selam bisa membawa 12 JL-2 SLBM. JL di sini berarti "Julang", diketahui sudah ada 3 versi dari rudal ini. Versi pertama yang disebut sebagai JL-1 melengkapi gudang senjata kapal selam nuklir Type 092, sementara JL-2 melengkapi gudang senjata kapal selam nuklir Type 094.
Quote:
JL-2 diklaim mampu membawa satu hulu ledak nuklir dengan jangkauan tembak antara 7.400 sampai 8.000 km. Jika JL-2 diluncurkan dari perairan dekat China, ia memiliki jangkauan yang cukup untuk menyerang kekuatan nuklir regional seperti Rusia dan India, tetapi tidak dapat mencapai daratan AS. Namun, JL-2 bisa mengancam Guam, Hawaii, dan Alaska. Terlepas dari kenyataan bahwa jarak antara Beijing dan Los Angeles lebih dari 10.000 mil, kapal selam Type 094 yang dilengkapi dengan JL-2 yang berpatroli di dekat Alaska dapat menargetkan sebagian besar wilayah AS. JL-2 diduga punya daya hancur 67 kali lebih kuat daripada bom Little Boy yang dijatuhkan di Hiroshima.
Sementara itu terkait JL-3 yang merupakan varian baru, Pentagon menduga jika rudal ini akan menjadi senjata andalan pada kapal selam nuklir baru Type 096 yang saat ini sedang dibangun oleh China. Rudal ini dikabarkan punya jangkaun mencapai 10.000 km. Nantinya setiap kapal selam nuklir Type 094 akan membawa 16 JL-3, sementara kapal selam Type 096 bisa membawa sampai 24 JL-3.
Sebagai tambahan informasi armada kapal selam China diperkirakan akan tumbuh dari 66 kapal (sekarang) menjadi 76 pada tahun 2030, ini menurut analisis yang tidak dirahasiakan oleh Kantor Intelijen Angkatan Laut AS. 10 kapal selam tambahan tersebut akan mencakup pembangunan enam kapal selam serang bertenaga nuklir baru di galangan Bohai di Huludao.
Amerika patut waspada akan pergerakan China, kini pihak intelijen AS terus berusaha mencari informasi sebanyak mungkin terkait update alutsista China. Tentu Paman Sam ingin mengamankan "rumah" mereka yang selama ini tak pernah tersentuh perang dan senjata dari ancaman rudal balistik China.
--------
Demikian sedikit informasi yang bisa TS sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga bisa bermanfaat dan sampai jumpa

Referensi Tulisan: The EurAsian Times, Marvin Group, & South China Morning Post
Ilustrasi Foto: Twitter & Wikipedia
Ilustrasi Foto: Twitter & Wikipedia






volcom77 dan 9 lainnya memberi reputasi
10
2.8K
19


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan