Telah sejak lama, Instagram dituding jadi salah satu aplikasi yang memberikan dampak negatif bagi penggunanya, terlebih bagi para remaja. Frances Haugen, mantan ilmuwan data Facebook baru-baru ini bersaksi di depan Senat tentang efek berbahaya yang dari Instagram terhadap kesehatan mental anak muda. Dalam pernyataannya dia mengungkap kesaksiannya soal bagaimana Facebook yang merupakan induk usaha Instagram lebih mengedepankan keuntungan daripada keamanan para penggunanya.

Dalam sebuah penelitian rahasia yang dilakukan oleh Facebook itu sendiri terungkap jika Instagram berdampak buruk pada kesehatan mental dari sejumlah remaja, dan gadis-gadis remaja khususnya. Menurut data raksasa teknologi itu disebutkan satu dari tiga gadis remaja mengatakan bahwa aplikasi Instgram memperburuk masalah bagaimana mereka melihat citra tubuh mereka. Yang lebih menyedihkan, beberapa remaja mengatakan bahwa mereka berjuang dengan pikiran untuk bunuh diri, sebanyak 6% remaja menilai jika keinginan itu muncul lantaran Instagram.

Kitapun kini tak bisa menyangkal akan hal tersebut. Berbagai postingan yang menyajikan keindahan dan kemewahan hidup seseorang yang terus-menerus di sajikan Instagram tentu membuat kita merasa tidak pernah cukup akan hidup. Kita akan terus merasa jika apa yang disajikan di Instagram bak sebuah standar yang selalu ingin kita penuhi.

Penelitian itu juga menunjukkan bahwa sejumlah remaja memiliki keinginan besar untuk tampil menjadi menarik, memiliki cukup uang, dan selalu ingin tampil sempurna dalam konten Instagramnya. Temuan Haugen memberi tahu kita bahwa algoritme Instagram memberi kita konten yang akan membuat kita tetap di platform selama mungkin dan akan terus kembali lagi, terlepas dari dampaknya terhadap kesehatan mental kita.

Padahal awalnya, para pendiri Instagram menciptakan platform ini semata-mata agar kita bisa terhubung dengan orang yang kami cintai. Tetapi setelah terungkap akan bahaya ini, agaknya kita kini harus mulai lebih bijaksana dalam menggunakan Instagram.