- Beranda
- Komunitas
- Hobby
- Supranatural
Kisah Horor di Kawasan Wisata


TS
MienHessel
Kisah Horor di Kawasan Wisata
Tadi pagi-pagi, tetangga main ke rumah. Sebut saja Mawar. Tiba-tiba dia bilang gini, "Eh, Lek. Kamu tahu ndak gunung di tengah sawah yang di desa ***. Aku kemarin ke sana sama Mbak Yati. Masa' pas foto-foto hasilnya kayak ada tangan buto ijo, gitu. Terus fotoku jadi ada bayang-bayangnya."
"Masa'? Coba lihat," kataku.
Mawar langsung pulang mengambil hp. Tak berapa lama kemudian dia kembali. Dia tunjukkan hasil jepretan yang kemarin sore dia ambil di tempat yang dimaksud. Ternyata benar, ada tangan yang kayak mau memeluk dari belakang. Warnanya ijo dan jarinya besar-besar. Kalau dibilang efek kamera kayaknya bukan. Soalnya jarinya jadi gede-gede kayak jari laki-laki.
Terus dia tunjukkan foto satu lagi. Ada bayangannya gitu dan sepatunya yang kanan dan kiri jadi beda warna. Awalnya, aku masih kekeuh itu efek kamera. Terus Mawar cerita lagi.
"Orang kemarin itu pas kita sampai sana ada laki-laki ganteng. Terus nyapa gini, 'Sepi yo, Mbak?' aku jawab, 'ajak temanmu dong Mas biar ndak sepi.' Itu cowok jawab, 'Ndak ada yang berani Mbak. Ingat kisah masa lalu tempat ini.' Abis ngomong gitu dia pergi, waktu aku toleh, ia ilang. Terus tiba-tiba sepedaku njegor sawah. Padahal tidak ada yang menyentuh."
Aku pun mulai percaya karena pernah dengar kalau makhluk halus itu mengeluarkan energi yang bisa dideteksi oleh teknologi, itulah sebabnya beredar aplikasi-aplikasi penangkap hantu.
Terus tetanggaku yang satunya datang. Sepertinya, obrolan kami terdengar sampai ke dapurnya. Ia penasaran banget, langsung saja lihat foto di Hp Mawar tadi. Terus si tetangga yang baru datang itu cerita. Dulu, tempat itu hutan wingit. Tidak ada orang berani ke sana. Menurut cerita yang beredar, dulu waktu negara masih gonjang-ganjing, tempat itu pernah dijadikan pemakaman massal orang-orang yang dibunuh dengan disembelih. Mungkin, sekarang penunggunya keberatan kalau dijadikan kawasan wisata.
Terus aku manggut-manggut. Ada benarnya ucapan tetanggaku itu. Aku jadi ingat kisah sesepuh yang beberapa waktu lalu sempat kondang seantero desa.
Di desaku, ada bulakan yang panjangnya sekitar satu kilo. Di sana itu ada batu sebesar rumah. Sering terjadi kecelakaan maut di situ. Beberapa waktu lalu, lahan tersebut dibersihkan dan dibangun fasilitas, katanya mau dijadikan tempat wisata.
Tak lama setelah tempat tersebut dibersihkan. Terjadilah peristiwa menyeramkan yang menimpa sesepuh desa. Sebut saja Pak Senin. Tengah malam, Pak Senin kedatangan dua orang tamu. Tamu-tamu tersebut meminta Pak Senin menyolati saudaranya yang baru saja meninggal. Pak Senin pun berangkat karena itu memang menjadi tugasnya.
Sampai di tempat tujuan, semua ya biasa aja. Kayak pemukiman penduduk pada umumnya. Ritual mengurus jenazah pun berjalan normal. Keanehan baru terjadi waktu Pak Senin pulang. Tiba-tiba jalan mulus yang dilewati kok mendadak jadi terjal. Pak Senin tersadar. Dia kaget, ternyata dia ada di tengah hutan. Tengah malam pula. Pas noleh, ia lihat manusia berkepala singa, Gaes. Ih, merinding aku ceritainnya.
Setelah kejadian itu, kami para anak muda yang tinggal di desa tersebut dilarang oleh orang tua masing-masing menginjakkan kaki di tempat itu. Nggak usah dilarang juga udah takut sendiri ya, Gaes. Tempat wisata tersebut sekarang belum diketahui lagi nasibnya bakal gimana.
Hadeeh, serem ya, Gaes. Namun, ada pelajaran yang dapat diambil dari kisah-kisah di atas. Kita harus lebih menghargai alam. Biarkan gunung dan hutan tetap rindang. Jangan dieksploitasi demi kepentingan segelintir orang. Cerita ini memang sengaja tidak kubuat cerpen. Barangkali ada yang mau pakai kisah ini untuk ide cerita, boleh-boleh aja.
Sumber: Pengalaman pribadi


emineminna memberi reputasi
1
328
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan