- Beranda
- Komunitas
- Story
- B-Log Community
Aksi Nakal Anak-anak Bisa Dikatakan Perundungan?


TS
umaysuniar
Aksi Nakal Anak-anak Bisa Dikatakan Perundungan?

Perkara perundungan atau bullying pasti tidak asing lagi, 'kan? Di peradaban kali ini marak terjadinya perundungan. Entah itu di kalangan biasa, atau di kalangan selebriti sekalipun. Perundungan seringkali terjadi dalam industri K-Pop, pada umumnya.
Ini murni membahas perundungan yang terjadi, bukan menyudutkan KPop atau kpopers atau mencemarkan nama baik. Saya juga menyukai K-Pop dan seorang kpopers. Saya adalah multifandom, haha.
Perundungan yang terjadi di industri K-Pop ini maksudnya adalah kebanyakan, umumnya, terjadi pada idol-idol di masa lalunya. Selalu ada oknum yang menyatakan jika dirinya korban Perundungan idol tersebut dulunya. Dari satu oknum atau korban yang angkat bicara, muncullah korban-korban lainnya yang berani angkat bicara terkait masa pahitnya saat dirundung.
Apa, sih, perundungan atau bullying itu? Pantas tidak jika dilakukan?
Jadi, menurut istilah, perundungan adalah perilaku tidak menyenangkan baik secara verbal, fisik, ataupun sosial di dunia nyata maupun dunia maya yang membuat seseorang merasa tidak nyaman, sakit hati dan tertekan baik dilakukan oleh perorangan ataupun kelompok.
Ditinjau dari kajian istilah perundungan, sudah bisa dipastikan sesuatu yang berbau ketidaksenangan hati. Artinya, perundungan itu tidak pantas dilakukan. Baik anak kecil maupun dewasa sekalipun, apalagi orang yang sudah tua. Rasanya tidak pantas. Sesama manusia harusnya saling mengayomi, dan memanusiakan manusia.
Yang menjadi topik pembahasan kali ini adalah perundungan yang dilakukan oleh anak-anak. Apakah kenakalan bisa dikatakan perundungan sejak dini? Atau memang murni sebagai kenakalan-kenalan biasa?
Jadi, ternyata kasus yang seperti ini juga bisa disebut dengan perundungan sejak dini. Di mana anak yang melakukan, dan anak yang menjadi korban. Tanpa kita sadari, bahwasannya kenakalan itu bukanlah kenakalan biasa, melainkan memang perundungan. Peran orangtua sangat penting bagi lingkungan sekitar anak.
Kenali perubahan pada sifat anak, ya, bunda. Apakah sifatnya masih seperti yang bunda kenali, atau malah cenderung perubahan yang tidak terorganisir. Maksudnya, perubahan si anak itu tidak benar-benar diketahui orangtua. Perundungan yang dilakukan oleh anak di bawah umur biasanya perundungan yang tidak terlihat, tidak bermain fisik seperti perundungan yang dilakukan remaja.
Perundungan oleh anak di bawah umur ini juga memiliki tipe jenisnya, bunda. Orangtua harus melek terhadap apa yang terjadi di sekitar lingkungan anak sekaligus mengenali jenis-jenis perundungan. Agar orangtua bisa membagikan informasi tersebut kepada anak. Pendidikan seperti ini sangat penting bagi pertumbuhan anak, karena perundungan menyangkut mental.
Jenis perundungan yang biasa dilakukan adalah berikut ini :
1. Perundungan Fisik
Inia pasti musah dikenali. Toh, seringkali dilakukan sebagai aksi perundungan. Pukulu-memukul, saling menjambak rambut, dan hal lainnya dalam bentuk fisik.
Apakah perundungan ini bisa terjadi pada anak? Tentu saja bisa. Terkadang, aksi saling menyerang fisik tidak terkendali.
Ah, palingan hanya bermain saja, namanya juga anak-anak.
Tidak wajar juga sebenarnya, bunda. Anak-anak cenderung memang saling menyerang, namun apakah itu baik untuk anak? Tidak juga. Kita melihatnya memang sedang 'bermain'. Namun, kita juga tidak tahu 'permainan' apa yang sedang mereka lakukan dalam pandangan mereka sebagai anak.
Jika anak pulang bermain dalam kondisi tubuh luka atau memar, bisa jadi anak adalah korban perundungan. Ah, palingan jatuh. Bisa juga jatuh itu memang benar. Namun, orangtua harus bertanya terlebih dahulu kepada anak mengenai luka atau memar yang dia bawa ke rumah. Seandainya anak terlihat seperti menyembunyik sesuatu atau ragu sebab takut untuk berbicara, wajib untuk dicurigai.
2. Perundungan Verbal
Yang paling berbahaya adalah perundungan verbal alias perundungan dalam tutur kata. Ini tidak bisa dianggap sepele. Satu tutur kata yang tidak pantas, akan menyebabkan rasa sakit hati yang mendalam. Batin yang tertekan, hidup menjadi terganggu karena pikiran-pikiran itu, bisa jadi stress berkepanjangan.
Banyak korban yang merasa depresi karena perundungan verbal ini. Jatuhnya korban merasa tidak kuat menahan beban tersebut, akhirnya memilih untuk mengakhiri hidupnya. Perundungan ini memang mematikan daripada perundungan fisik. Lidah selalu menjadi lebih tajam daripada pedang sekalipun.
Korban dari perundungan ini memang tidak terlihat secara fisik. Maka dari itu, banyak yang menyangka bahwa korban sedang dalam keadaan baik-baik saja. Semua tutur kata yang tidak baik, tidak sopan, kasar, dan menyikiti tidak boleh diutarakan.
Peran orangtua di sini penting, bunda. Orangtua harus mendidik anak supaya menjauhkan kata-kata terlarang (bukan hanya soal perkataan tabu) kepada anak. Perlu pengetahuan yang lebih untuk masalah yang satu ini, agar si anak mampu menjaga tutut katanya. Didiklah anak dengan tutur kata yang lembut dan sopan sejak dini.
3. Perundungan Siber
Siber? Apa maksudnya? Memangnya anak bisa melakukan perundungan siber?
Perundungan siber ini lebih kepada perundungan dalam konteks virtualisasi. Contohnya, komentar jahat pada sebuah akun yang dilarang keras oleh UU ITE. Perundungan ini bisa terkena UU. Bahaya, kan, bunda?
Anak zaman sekarang sudah mendapatkan ponsel, bermain media sosial. Intinya, si anak sudah mengenal dunia virtual. Anak yang tidak tahu tentang apa yang terjadi di dunia virtual atau maya cenderung mengikuti pola arus apa yang sedang terjadi. Orang virtual berkomentar jahat, dan si anak malah ikutu-ikutan seakan dirinya tahu apa yang terjadi. Kemudian, membenarkan atau menambahkan hingga terjadilah permasalahan yang seharusnya dilakukan anak-anak.
Pada akhirnya, anak ikut diserang oleh orang yang berpikir rasional. Meskipun ini berbahaya, nyatanya ada yang lebih berbahaya. Anak akan terjerat UU ITE. Menyeramkan, 'kan?
Untuk itulah orangtua harus memerhatikan dan mengawasi anak yang sedang bermain media sosial. Perhatikan apa yang dibuka oleh anak, apa yang dikomentari, dan apa yang sedang terjadi. Hindari berita-berita yang terjadi pada anak. Setidaknya, kita harus menyelamatkan dua belah pihak. Anak dan korban.
4. Perundungan Relasional
Agak sulit mendefinisikannya sebenarnya. Saya juga tidak begitu memahami perundungan yang satu ini. Dari yang saya ketahui, ini semacam kita terjerumus kepada hal-hal yang tidak diketahui seperti apa permasalahan yang sesungguhnya.
Tahu tentang rumor? Itu adalah permasalahan yang belum tentu kebenarannya, 'kan? Kemungkinan-kemungkinan itu bisa saja terjadi, dan membuat syok semua orang. Nah, yang disebut dengan perundungan relasional dalam kasus ini adalah kita yang seakan-seakan percaya meskipun masih abu-abu, ikut menyebarkannya karena sedang viral di media sosial.
Dampak dari penyebaran rumor itulah bisa menyebabkan nama semakin kotor. Korban akan mendapatkan dampaknya karena ulah kita. Contohnya, rumor pada kasus Lucas Wayv dan Taeyong NCT127. Mereka pernah dirumorkan sampai mengganggu karir mereka, nama mereka menjadi tercemar karena maraknya orang yang menyebarkan bahkan percaya pada rumor tersebut, yang pada akhirnya rumor tersebut tidak benar.
Nah, dari sinilah dampak jangka menengahnya. Meskipun rumor mereka tidak benar, tetap saja nama mereka masih belum sepenuhnya bersih. Belum bisa beraktivitas seperti biasanya, karirnya masih terhambat.
Merugikan orang lain, kan, bunda?
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bahaya, kan, bunda jika anak kita ternyata merundung orang lain. Itulah peran orangtua penting terhadap tumbuh kembang anaknya. Jangan dibiarkan bermain sendiri atau membiarkan anak bermain terlalu jauh. Jadilah orangtua yang selalu melindungi anak selama orangtua mampu melakukannya.
Hindari anak dari hal-hal yang sekiranya memicu kepada hal-hal tersebut, korban atau pun pelaku. Perhatikan dunia anak, jangan mentang-mentang 'namanya juga anak-anak'. Justru dimulai dari anak-anak lah yang harus dididik dengan benar, agar ke depannya mereka tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan.
Berikan masukan-masukan dan arahan kepada anak dengan cara yang lembut, tidak menghakimi apalagi sampai memarahi. Ajarkan dia dengan tutur kata yang baik juga dari orangtua. Jika anak masih saja tidak terkendali, orangtua boleh meninggikan suaranya namun tidak membentak anak.
Ajaran itu juga dikerahkan oleh seorang Psikologi Anak agar orangtua mendidik anak dengan cara yang baik sebelum menegaskan sesuatu hal kepada anak. Pintar-pintar lah dalam mendidik anak.
Sampai jumpa dan selamat beraktivitas.
Quote:
0
556
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan