
Jakarta -
Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla mengungkap sebagian besar speaker masjid di Indonesia mengeluarkan suara yang jelek, dapat didengar namun susah dimengerti. PP Muhammadiyah lantas menyoroti suara muazin.
Sekum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti mengatakan bukan hanya kondisi speaker yang bermasalah, tapi juga muazin yang kadang dikumandangkan secara asal-asalan.
"Azan adalah bacaan yang sempurna. Isinya sangat indah dan penuh hikmah. Hal ini meniscayakan kumandang yang sempurna, indah, dan sepenuh jiwa. Inilah alasan mengapa Rasulullah menunjuk Bilal bin Rabah sebagai muadzin utama. Hal ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa adzan sebaiknya dikumandangkan oleh muazin yang khusus. Bukan semua orang bisa adzan, dan tidak boleh asal-asalan," kata Mu'ti, kepada wartawan, Selasa (19/10/2021).
Mu'ti lantas menyebut masih banyak masjid yang muazinnya tidak baik. Bahkan menurut Mu'ti, mereka mengumandangkan azan hanya sekadar formalitas.
"Di kalangan umat Islam, banyak sekali masjid dan mushala yang muazinnya tidak bagus. Adzan dikumandangkan sekedar formalitas oleh siapa yang sempat," ujarnya.
Selain itu, Mu'ti menyoroti adanya bacaan yang bukan menjadi bagian dari azan tapi ikut dikumandangkan. Dia menilai hal itu kadang menjadi hal yang mengganggu ketenangan. Dia menilai perlunya ada musyawarah antara pengurus masjid terkait pengumandangan azan.
"Selain itu juga ada masalah kualitas loud speaker, seperti yang disampaikan Pak Jusuf Kalla. Banyaknya bacaan yang bukan bagian dari adzan yang dibaca sebelum atau sesudah adzan juga bisa membuat tidak nyaman," ucapnya.
"Sebaiknya semua pihak saling tenggang rasa. Umat yang mengumandangkan adzan hendaknya menyadari bahwa bacaan yang terlalu lama dan terlalu keras bisa mengganggu ketenangan. Perlu ada musyawarah di antara takmir masjid dan mushala yang terdekat terkait kumandang adzan supaya tetap bermakna bagi syiar Islam," lanjut Mu'ti.
Lebih lanjut, Mu'ti mengatakan masyarakat untuk memaklumi. Menurutnya, penting adanya sikap tenggang rasa di lingkungan masyarakat.
"Masyarakat juga seharusnya memaklumi betapa pentingnya makna azan bagi umat Islam. Betapapun kita perlu privasi dan ketenangan, tapi harap tetap memaklumi pentingnya tenggang rasa dan tepa selira. Sikap eksklusif dan individualistis bukanlah karakter bangsa Indonesia. Kalau ada masalah sebaiknya dimusyawarahkan untuk kebaikan bersama," tuturnya.
Untung Pak Jeka & orang Muhammadiyah. Coba kalo Ahok, pasti seru, hehehe