- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
DOA "BAPA KAMI" TIDAK AMPUH! (Hantu ikut berdoa) -KISAH NYATA-


TS
graciaag
DOA "BAPA KAMI" TIDAK AMPUH! (Hantu ikut berdoa) -KISAH NYATA-
Kejadian ini sebenernya udah lama, sekitar 7 tahun yang lalu waktu aku masih tinggal sama orang tua. Tapi saking anehnya, aku gak pernah bisa lupa.
Sore hari itu di gereja, aku sama teman-teman lagi ada persiapan kegiatan pertemuan orang muda Katolik. Kegitannya ini menginap, dan pesertanya dari beberapa daerah, jadi kami bersih-bersih, menata ruangan yang akan ditempati untuk menginap, sampai menggotong kasur-kasur dari TK (Taman Kanak-kanak) ke Asrama dan ruangan lain. TK dan Asrama ini masih di dalam lingkungan gereja, jaraknya hanya beberapa ratus meter.
Dari TK untuk sampai Asrama, kami harus melewati tempat parkir, gereja lama yang sudah tidak digunakan, dan 1 kantor keuangan, barulah sampai di asrama.
Dibelakang TK itu kuburan Muslim, di belakang gereja lama, kantor, dan asrama, itu hutan dan sungai kecil. Btw.. aku dari pedalaman Kalimantan Tengah, kebayanglah yaaa gimana kondisinya...
Lanjut...
Aku waktu itu sudah sejak pagi di gereja, sedangkan yang lain baru datang sekitar pukul 2-3 sore. Karena pekerjaan tinggal angkat kasur dari TK ke Asrama, kuputuskan untuk pulang dulu untuk makan dan mandi, lalu kembali ke gereja setelahnya. Aku pulang bareng satu temanku. Kami pamit pulang ke Romo (Pastor), lalu pamit ke teman-teman. Dari atas motor kami melewati beberapa anak yang sedang menggotong kasur, aku lalu melambaikan tangan sambil teriak "woiiiii...! duluan lahhh..!" (lah: ya, kalo di daerahku), dan meninggalkan gereja.
Sampai di rumah, kosong. Entah kemana semua orang.
Aku lalu mandi dan makan ikan goreng yang ada di meja. Entah kenapa sore itu ikan goreng dengan nasi hangat terasa luar biasa nikmatnya. Sekitar pukul 6 sore, tidak ada orang yang kembali kerumah, "mungkin mereka lagi senang-senang tanpa aku", pikirku. Mau SMS tapi pulsa habis (hiyahh waktu itu masih jaman sms, paling kencang BB wkwk). Akhirnya aku berangkat lagi ke gereja.
Sesampainya di gereja, teman-temanku menatap dengan heran, akupun ikut heran, salah seorang bertanya "kapan kakak pulang mandi?", loh aku jadi bingung, padahal orang ini tadi yang aku teriakin sambil lambai-lambai tangan dari atas motor. Belum sempat aku melanjutkan, "gilaaa.. tadi kami lihat kakak berdiri di samping kantor sambil liatin kami ngangkat kasur, kami sapa kakak gak mau senyum, diam aja, yaudah kami lewat" kata anak lainnya dengan antusias. Aku tambah bingung, tapi gak mau memperpanjang hal semacam ini. Akhirnya aku bilang "aneh-aneh aja kalian, ayok mulai rapat" sambil bertingkah tidak peduli dan segera mengalihkan pembicaraan.
Sesampainya di gereja, teman-temanku menatap dengan heran, akupun ikut heran, salah seorang bertanya "kapan kakak pulang mandi?", loh aku jadi bingung, padahal orang ini tadi yang aku teriakin sambil lambai-lambai tangan dari atas motor. Belum sempat aku melanjutkan, "gilaaa.. tadi kami lihat kakak berdiri di samping kantor sambil liatin kami ngangkat kasur, kami sapa kakak gak mau senyum, diam aja, yaudah kami lewat" kata anak lainnya dengan antusias. Aku tambah bingung, tapi gak mau memperpanjang hal semacam ini. Akhirnya aku bilang "aneh-aneh aja kalian, ayok mulai rapat" sambil bertingkah tidak peduli dan segera mengalihkan pembicaraan.
Pulang dari gereja sekitar jam 10 malam usai rapat dan latihan, kulihat mama dan papa sedang nonton TV. Tanpa panjang lebar aku langsung tanya ke mama "Mah, tadi sore ketoh bejalanan?" (Ma, tadi sore kalian jalan-jalan?), masih sambil mentap layar TV mama bilang "kada, maka ikam yang hanyar bulik" (engga, bukannya kamu yang baru pulang). Mataku terbelalak, seketika bulu kuduk merinding, "jadi tadi aku pulang ke mana? makan apa?" panik aku bicara sendiri dalam hati. Karena sudah terbiasa dengan kejadian aneh (anak Dayak kebanyakan pasti juga biasa), aku memilih diam dan masuk ke kamar bersiap tidur.
Aku satu kamar dengan 2 adekku, kami hanya beda kasur. Kamar kami tidak punya daun pintu, hanya dibatasi oleh tirai berwarna biru yang sudah cukup usang. Kasurku persis berhadapan dengan pintu, di samping kiri kasur bagian atas ada jendela kaca berukuran sekitar 60x60 cm. Jendela kaca itu mengarah ke belakang rumah, tidak ada tirai, karna dulunya (waktu rumah ini masih kantor) sekitar tahun 1997 jendela kecil itu digunakan untuk ventilasi.
Masih dengan kebingungan, aku masuk kelambu (googlein aja, bentuknya persegi yang aku pake). Sebagian orang Dayak meyakini kelambu itu tempat paling aman, hantu jenis apapun tidak bisa mengganggu ketika kita berada dalam kelambu, karena itu masih banyak masyarakat Dayak yang tidur menggunakan kelambu. Sebagai anak Katolik yang baik yah, sebelum tidur aku berdoa, lalu berusaha tidur walau adek-adek ku masih main dan papaku masih didepan TV dengan siaran bolanya.
Entah pukul berapa, aku terbangun dan melihat sosok hitam, tubuhnya kurus, tidak memiliki rambut, duduk di samping kepalaku sambil menatap mataku. Aku ketakutan, ingin lari dan berteriak tapi tubuh dan mulutku kaku. Masih terdengar suara siaran bola yang berarti papa belum tidur, aku kemudian melihat ke arah pintu, dan terkaget!!! Satu sosok yang sama persis seperti yang didepan wajahku, juga ada di bawah kakiku, semakin takut dan kaku, kini aku teringat Tuhan, otomatis didalam hati aku berdoa Bapa Kami (doa yang dalam agama Katolik, diajarkan langsung dari Tuhan/Yesus).
"Bapa kami yang ada disurga ..... disurgaa.. dimul...", hanya sampai situ, aku mengulang lagi dari awal, "Bapa kami yang ada disurga .... dimuli...lia.. liakan ... lah.." lalu sosok didepan wajahku tertawa seakan mengejek, aku masih berusaha mengulang doa "Bapa kami .... ", TIBA-TIBA, dari jendela kecil di samping kasurku ada sosok yang sama ikut berdoa sambil tertawa "Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah namaMu, datanglah kerjaanMu, jadilah kehendakMu, diatas bumi seperti di dalam surga ....." AKU SEMAKIN PANIK! KENAPA DIA LEBIH HAPAL DARI AKU?! dua sosok itu tertawa sembari satu sosok lainnya melapalkan doa Bapa Kami.
Lalu sambil tertawa, sosok yang di bawah kakiku memegang kakiku dan menariknya perlahan hingga bagian telapak kakiku sudah keluar dari kelambu. Aku sudah tidak mampu berdoa, aku menguatkan hati untuk berusaha berteriak, karna ini sudah tidak normal!. Aku berusaha, dari tidak bersuara, sampai ada suara kecil, hingga bisa berteriak "ABAHHHHHH!!!!!!" teriakku memanggil papaku, yang merupakan seorang Balian. Kakiku sudah keluar dari kelambu sampai lutut. Terdengar papaku bergegas ke kamar, saat ia membuka tirai, seketika tiga sosok tersebut menghilang dan saat itu juga seisi rumahku dihujani oleh beras berwarna kuning. Aku disuruh berdoa dan tidur kembali "jangan ragu kalau berdoa, doa yang ragu-ragu itu percuma" tutur papaku sambil keluar kamar, aku hanya bisa menurut walaupun masih takut. Kali ini aku berdoa dengan sungguh-sungguh. Anehnya, adekku tidak ada yang bangun, begitu pula mamaku, bahkan keesokan paginya semua beras kuning hilang.
Ya! Tentu aku hapal diluar kepala doa Bapa Kami, tapi setelah bercerita dengan salah seorang Romo, "Bukan doanya tidak ampuh, tapi HAPAL ITU TIDAK CUKUP!"katanya keras. Romo melanjutkan "setanpun bisa hapal doa-doa kita, yang harus kita lakukan adalah mengerti, berdoa dengan sungguh dan penuh keyakinan, bukan hanya sekedar menghapal". Aku cukup tersentak, karna jujur saja, selama ini aku berdoa sekedarnya saja karna sudah hapal semua kalimat dalam doa.
Setelah kejadian itu, aku mencoba belajar berdoa dengan baik. Benar saja, beberapa kali kejadian sejenis terjadi, tapi semua kalah oleh doa Bapa Kami. Doa ini begitu dahsyat dan sangat ampuh bagi orang yang sungguh yakin dan percaya. Mungkin bukan hanya di agama Katolik, semua agama punya doa andalan sendiri, baik untuk untuk mengusir setan atau doa lainnya, yang juga harus diyakini dan dimengerti agar bisa berhasil.
Entah pukul berapa, aku terbangun dan melihat sosok hitam, tubuhnya kurus, tidak memiliki rambut, duduk di samping kepalaku sambil menatap mataku. Aku ketakutan, ingin lari dan berteriak tapi tubuh dan mulutku kaku. Masih terdengar suara siaran bola yang berarti papa belum tidur, aku kemudian melihat ke arah pintu, dan terkaget!!! Satu sosok yang sama persis seperti yang didepan wajahku, juga ada di bawah kakiku, semakin takut dan kaku, kini aku teringat Tuhan, otomatis didalam hati aku berdoa Bapa Kami (doa yang dalam agama Katolik, diajarkan langsung dari Tuhan/Yesus).
"Bapa kami yang ada disurga ..... disurgaa.. dimul...", hanya sampai situ, aku mengulang lagi dari awal, "Bapa kami yang ada disurga .... dimuli...lia.. liakan ... lah.." lalu sosok didepan wajahku tertawa seakan mengejek, aku masih berusaha mengulang doa "Bapa kami .... ", TIBA-TIBA, dari jendela kecil di samping kasurku ada sosok yang sama ikut berdoa sambil tertawa "Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah namaMu, datanglah kerjaanMu, jadilah kehendakMu, diatas bumi seperti di dalam surga ....." AKU SEMAKIN PANIK! KENAPA DIA LEBIH HAPAL DARI AKU?! dua sosok itu tertawa sembari satu sosok lainnya melapalkan doa Bapa Kami.
Lalu sambil tertawa, sosok yang di bawah kakiku memegang kakiku dan menariknya perlahan hingga bagian telapak kakiku sudah keluar dari kelambu. Aku sudah tidak mampu berdoa, aku menguatkan hati untuk berusaha berteriak, karna ini sudah tidak normal!. Aku berusaha, dari tidak bersuara, sampai ada suara kecil, hingga bisa berteriak "ABAHHHHHH!!!!!!" teriakku memanggil papaku, yang merupakan seorang Balian. Kakiku sudah keluar dari kelambu sampai lutut. Terdengar papaku bergegas ke kamar, saat ia membuka tirai, seketika tiga sosok tersebut menghilang dan saat itu juga seisi rumahku dihujani oleh beras berwarna kuning. Aku disuruh berdoa dan tidur kembali "jangan ragu kalau berdoa, doa yang ragu-ragu itu percuma" tutur papaku sambil keluar kamar, aku hanya bisa menurut walaupun masih takut. Kali ini aku berdoa dengan sungguh-sungguh. Anehnya, adekku tidak ada yang bangun, begitu pula mamaku, bahkan keesokan paginya semua beras kuning hilang.
Ya! Tentu aku hapal diluar kepala doa Bapa Kami, tapi setelah bercerita dengan salah seorang Romo, "Bukan doanya tidak ampuh, tapi HAPAL ITU TIDAK CUKUP!"katanya keras. Romo melanjutkan "setanpun bisa hapal doa-doa kita, yang harus kita lakukan adalah mengerti, berdoa dengan sungguh dan penuh keyakinan, bukan hanya sekedar menghapal". Aku cukup tersentak, karna jujur saja, selama ini aku berdoa sekedarnya saja karna sudah hapal semua kalimat dalam doa.
Setelah kejadian itu, aku mencoba belajar berdoa dengan baik. Benar saja, beberapa kali kejadian sejenis terjadi, tapi semua kalah oleh doa Bapa Kami. Doa ini begitu dahsyat dan sangat ampuh bagi orang yang sungguh yakin dan percaya. Mungkin bukan hanya di agama Katolik, semua agama punya doa andalan sendiri, baik untuk untuk mengusir setan atau doa lainnya, yang juga harus diyakini dan dimengerti agar bisa berhasil.




bukhorigan dan ANDREE81 memberi reputasi
2
854
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan