Kaskus

News

Lockdown666Avatar border
TS
Lockdown666
Krisis Evergrande dkk Ibarat 'Bom Atom', Siap-siap Meledak!
Krisis Evergrande dkk Ibarat 'Bom Atom', Siap-siap Meledak!

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan properti China dengan utang 'segunung' kembali membuat keributan besar di pasar obligasi pada Selasa (12/10), setelah Evergrande Group kembali melewatkan pembayaran obligasi untuk ketiga kalinya dalam kurun waktu kurang dari sebulan.
Selain itu banyak pengembang properti lain yang juga menghadapi tenggat waktu pembayaran sebelum akhir tahun, senasib dengan Evergrande yang tampak semakin suram. Ini memicu kekhawatiran bahwa tekanan memicu dampak serius yang jauh lebih luas.
Dilansir Reuters, pemegang obligasi Evergrande yang sudah letih menunggu masih belum menerima pembayaran kupon senilai hampir US$ 150 juta atau setara dengan Rp 2,14 triliun (kurs Rp 14.300/US$) yang telah jatuh tempo pada hari Senin (11/10), meskipun ini bukan berita mengejutkan setelah perusahaan tersebut melewatkan dua pembayaran lainnya dalam beberapa pekan terakhir.


Evergrande yang memiliki utang mencapai US$ 300 miliar (Rp 4.290 triliun) dengan hampir sebesar US$$ 20 miliar (Rp 286 triliun) merupakan utang luar negeri, telah melewatkan pembayaran pertama bunga obligasi US$ 47,5 juta (Rp 679 miliar) pada 23 September untuk obligasi dolar 9,5% Maret 2024. 


Selanjutnya perusahaan kembali melewatkan pembayaran kupon US$ 83,5 juta (Rp 1,19 triliun) pada obligasi lain seminggu kemudian, tanggal 30 September lalu.
Secara total hingga saat ini raksasa properti China tersebut telah melewatkan pembayaran hingga US$ 281 juta (Rp 4,02 triliun) terhadap surat utang luar negerinya, dan masih memiliki kewajiban lain sejumlah US$ 573 juta (Rp 8,19 triliun) yang akan jatuh tempo sebelum akhir tahun ini.

Perusahaan memiliki masa tenggang (grace period) 30 hari untuk melunasi pembayaran kupon yang belum dilunasi, menurut prospektus penawaran obligasi, yang berarti default secara formal tampaknya akan terjadi pekan depan.
Sejak akhir Agustus Evergrande telah mengakui bahwa perusahaan akan menghadapi default (gagal bayar) jika tidak menarik investor baru atau menjual aset.


Minggu lalu, perdagangan saham Evergrande dan unit manajemen propertinya dihentikan sementara alias suspensi oleh otoritas bursa, sambil menunggu hasil dari 'transaksi besar.'
Beberapa media China telah melaporkan bahwa pengembang Hopson Development Holding, yang sahamnya juga disuspensi, akan mengakuisisi saham mayoritas di Evergrande Property Services, yang memiliki nilai pasar sebesar US$ 7,1 miliar. Evergrande memiliki 61% saham Evergrande Property ini.
Evergrande New Energy Vehicle Group, bisnis mobil grup, juga kehabisan uang tunai, tetapi sahamnya melonjak sebanyak 15,7% di Hong Kong pada hari Selasa setelah para pejabat bersikeras perusahaan masih akan memulai produksi massal tahun depan. 


Tenggat Waktu yang kian Mengancam

Sementara itu selain Evergrande, pengembang properti kelas menengah Fantasia Holdings juga melewatkan pembayaran obligasi senilai US$ 205,7 juta, (Rp 2,94 triliun) ditambah dengan unit bisnis perusahaan yang secara terpisah juga gagal membayar pinjaman sebesar US$ 108 juta (Rp 1,54 triliun).
Sedangkan pengembang properti lain seperti Modern Land dan Sinic Holdings mencoba untuk menunda tenggat waktu pembayaran.
Dilansir Nikkei Asia, pengembang Sinic Holdings yang berbasis di Shanghai mengatakan Senin (11/10) malam bahwa kemungkinan mereka tidak sanggup untuk membayar pokok atau bunga yang jatuh tempo pada 18 Oktober untuk obligasi US$ 250 juta (Rp 3,57 triliun), membuat kemungkinan gagal bayar semakin nyata.


Pada hari yang sama, Modern Land (China) meminta investor untuk perpanjangan tiga bulan pada obligasi US$ 250 juta (Rp 3,57 triliun) yang akan jatuh tempo 25 Oktober. 


Xinyuan Real Estate, perusahaan properti lainnya mengharapkan 90% dari pemegang obligasi untuk menerima tawaran penukaran obligasi dua tahun baru menggantikan obligasi US$ 229 juta (Rp 2,37 triliun) yang jatuh tempo Jumat ini.
Data Refinitiv menunjukkan setidaknya terdapat senilai US$ 92,3 miliar (Rp 1.319 triliun) obligasi pengembang properti China yang akan jatuh tempo tahun depan.

Analis Kredit Korporat EM Seaport Global Himanshu Porwal mengatakan tanggal dan pembayaran utama yang harus diperhatikan tahun ini adalah:

15 Oktober - Shimao (0813.HK) $820 juta
15 Oktober - Xinyuan (XIN.N) $229 juta
18 Oktober - Sinic (2103.HK) $244 juta
27 Oktober - Seazen Holdings (601155.SS) $100 juta
8 November - Real Estat China Tengah (0832.HK) $400 juta
18 November - Agile (3383.HK) $200 juta
18 November - Zhenro (6158.HK) $200 juta
3 Desember - Ronshine China (3301.HK) $150 juta
7 Desember - Kaisa (1638.HK) $400 juta
17 Desember - Fantasia (1777.HK) $249 juta
Sektor properti China yang bernilai US$ 5 triliun, menyumbang sekitar seperempat dari total ekonomi China sering menjadi faktor utama dalam pembuatan kebijakan Beijing.
"Kami melihat (akan ada) lebih banyak default ke depan jika masalah likuiditas tidak membaik secara nyata," kata pialang CGS-CIMB dalam sebuah catatan dikutip Reuters, menambahkan pengembang dengan peringkat kredit yang lebih lemah akan merasa sangat sulit untuk membiayai kembali utang saat ini.


NEXT: Ancaman Kian Meluas?

Evergrande yang kian tertekan dan ditambah dengan perusahaan pengembang lain yang relatif lebih kecil ikut melewatkan pembayaran telah memicu kekhawatiran penularan krisis di seluruh sistem keuangan China yang bernilai US$ 50 triliun dalam beberapa pekan terakhir.
Komisi Pusat untuk Inspeksi Disiplin mengatakan pada Senin lalu bahwa mereka dan lembaga lainnya akan meluncurkan pemeriksaan anti-korupsi selama 2 bulan terhadap regulator keuangan negara, bank, perusahaan asuransi, dan manajer kredit macet.
S&P Global Ratings bulan lalu memperkirakan bahwa pengembang yang mendapat rating dari mereka akan menebus US$ 74,46 miliar dalam obligasi domestik dan luar negeri di tahun depan, dengan jatuh tempo besar pertama akan datang pada bulan Januari, sekitar US$ 6,2 miliar obligasi luar negeri akan dibayarkan kembali menurut data pialang CGS-CIMB. 


Indikator pasar juga menunjukkan bagaimana penularan ini perlahan menyebar ke pasar obligasi dengan bunga tinggi (high yield) lainnya di negara berkembang.
Peter Kisler dari Trium Capital menyoroti bagaimana sebagian besar perusahaan pasar berkembang (emerging market) yang imbal hasilnya sudah sekitar 10% telah terpukul.
Biaya asuransi terhadap potensi default negara China juga terus meningkat pada hari Selasa, dengan credit default swap (CDS) 5 tahun - yang biasanya digunakan investor sebagai lindung nilai terhadap peningkatan risiko - mencapai level tertinggi sejak April 2020.
Saham beberapa perusahaan properti lainnya memiliki nasib yang lebih baik karena pasar bertaruh pada lebih banyak pelonggaran kebijakan menyusul langkah-langkah yang diambil kota Harbin di timur laut China untuk mendukung pengembang dan proyek mereka.
Untuk perusahaan pengembang teratas Country Garden dan Sunac China, harga saham keduanya naik 2% di bursa Hong Kong. Unit kendaraan listrik Evergrande juga melonjak lebih dari 10% setelah perseroan berjanji untuk mulai memproduksi mobil tahun depan.

Kekhawatiran akan krisis yang dapat menjalar ke berbagai sektor tidak akan berakhir sebelum pemerintah China secara langsung turun tangan menyelesaikan permasalahan ini, yang menurut banyak analis China sangat mampu untuk mengendalikan kondisi saat ini, jika mereka mau.
Dalam wawancara dengan Bloomberg TV, CEO Standard Chartered Bill Winter mengatakan pemerintah China tidak akan membiarkan turbulensi pengembang properti berubah menjadi krisis sistemik.
Bill Winter juga menyebutkan penyedia layanan perbankan yang memiliki fokus besar di Asia tersebut tidak memiliki "kekhawatiran eksposur ke sektor properti."
"(terkait) gagasan bahwa ini adalah momen Lehman [ibarat Lehman Brothers] bagi China: Saya tidak berpikir China sebodoh itu," katanya.
Akan tetapi hingga saat ini pemerintah China belum memberikan bukti konkret upaya penyelamatan perusahaan properti dengan utang terbesar di dunia.

Sebaliknya Beijing belum mau masuk karena berharap perjuangan Evergrande akan menunjukkan kepada perusahaan China lainnya bahwa mereka perlu disiplin dalam keuangan mereka, kata orang-orang yang mengetahui pertimbangannya yang tidak ingin namanya disebutkan, dilansir The New York Times.
Meski demikian China dikatakan memiliki serangkaian alat keuangan yang diyakini cukup kuat untuk membendung kepanikan keuangan jika keadaan memburuk.
Pemerintah "masih akan memberikan jaminan" untuk sebagian besar kegiatan Evergrande, kata Zhu Ning, Wakil Dekan Shanghai Advanced Institute of Finance, "tetapi para investor harus berkeringat (bersusah payah)."
Pihak berwenang memiliki cara lain untuk memadamkan kegelisahan publik tentang Evergrande.

Selama berbulan-bulan, pemerintah daerah telah mengeluarkan arahan yang mendesak pejabat dan perusahaan Partai Komunis untuk mewaspadai protes yang sedang berkembang terkait dengan pengembang properti China yang bermasalah.
Beberapa pemberitahuan memperingatkan pejabat untuk memantau pembeli rumah yang dirugikan, kontraktor yang tidak dibayar, dan bahkan agen real estat yang diberhentikan.
Dunia keuangan saat ini fokus menyaksikan perjuangan China Evergrande Group, perusahaan pengembang lain serta pasar properti China secara luas, sembari menanti kebijakan baru yang akan diambil Presiden Xi Jinping dan Partai Komunis.


https://www.cnbcindonesia.com/market...siap-meledak/1
tepsuzotAvatar border
jazzcousticAvatar border
delfaagAvatar border
delfaag dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.2K
8
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan