Kaskus

Story

User telah dihapusAvatar border
TS
User telah dihapus
Sepenggal Dialog Antara Zainuddin dan Hayati
Ingatkah mengenai kisah antara Zainuddin, Hayati dan Aziz dalam cerita Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka? Kisahnya dijadikan film dan diperankan oleh Herjunot Ali, Pevita Pearce dan Reza Rahadian.

Zainuddin yang berdarah Minang-Bugis tidak diterima keluarga Hayati yang berdarah Minang tulen. Zainuddin dianggap tak jelas asal-usulnya meski ayahnya orang Minang tulen. Zainuddin yang merantau dari Sulawesi untuk menimba ilmu agama. Zainuddin yang baik akhlaknya. Sayangnya, lamarannya terhadap Hayati ditolak karena mereka berbeda suku. Hayati yang lebih memilih menikah dengan seorang pemuda bernama Aziz. Kaya, tampan, berharta, berkedudukan, beradat, berbudaya menurut Ninik Mamaknya. Namun dilain sisi, Aziz ternyata juga senang berjudi dan main perempuan. Walau begitu lamaran Aziz tetap diterima dan menikah dengan Hayati.

Zainuddin merana. Menangis berharap belas kasih tapi tak ada. Hayati wanita yang dicintainya tapi juga yang menghancurkan harapannya. Namun, Zainuddin bangkit. Ia merasa harus menunjukkan kalau ia mampu berdiri dan jadi lebih baik. Zainuddin pergi ke Batavia, memulai mimpinya menjari seorang pengarang. Tercipta sebuah karya berjudul 'Teroesir' yang berdasar kisahnya. Zainuddin berhasil. Mahakaryanya dibuat dalam seni pertunjukan drama yang termahsyur. Semua orang mengaguminya. Setelah ia kaya, berharta, berkedudukan di situ Aziz mulai menemui kejatuhannya karena kebiasaan berjudi. Hutang sana sini dan di usir dari rumah. Hayati dan Aziz bertemu kembali dengan Zainuddin dan terpaksa menumpang di kediaman Zainuddin bak istana besar. Hayati malu. Ia malu kepada pria yang ia tolak dan dia abaikan dulu tapi kini malah ia mengemis minta bantuan.

Hayati semakin terpuruk tatkala menerima kabar bahwa suaminya, Aziz, mengakhiri hidupnya dan menalaknya. Aziz membuatnya menjanda. Hilang. Sirna. Giliran rasa malu pada Zainuddin yang berakar dalam dirinya. Apakah rasa itu masih ada? Jelas. Hayati masih mencintai Zainuddin. Engku Zainuddin, katanya. Berkata memohon maaf.
"Maaf? Kau regas pucuk pengharapanku. Kau patahkan, kau minta maaf?" Kata Zainuddin tak percaya atas semua hal yang sudah membuat Zainuddin terpuruk dan merana dalam kesedihan dan lara. Mengiba tapi tak digubris.

Hayati menangis.
"Demikianlah perempuan, ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil, dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah yang kejam diantara kita?" Ucap Zainuddin, tatapannya berkilat-kilat.

Perkataan berikutnya yang membuat hati penonton/pembaca teriris saat Zainuddin berkata, "...karena itu, kau pilih kehidupan yang lebih senang, mentereng, cukup uang, berenang di dalam emas, bersayap uang kertas. Siapakah diantara kita yang kejam, Hayati?

...Kau bukan kecintaanku, bukan tunanganku, bukan istriku. Tetapi janda dari orang lain.

...Kau akan kulepas pulang ke kampungmu, ke tanah asalmu, tanah Minangkabau yang kaya raya, yang beradat, berlembaga, yang tak lapuk dihujan, tak lekang di panas."

Hancur hati Hayati. Terisak pedih.

Zainuddin yang bohong pada perasaannya. Bertindak seolah tak punya rasa lagi hingga terucap, "Pantang pisang berbuah dua kali. Pantang pemuda makan sisa." Sejak saat itu pupus sudah. Sirna. Hayati kembali ke Padang, tanah asalnya, Minangkabau. Nahas, di tengah perjalanan, kapal yang ia tumpangi harus karam. Karam bersamaan dengan cintanya.

----
Arti nama para tokoh memiliki makna tersendiri.
Zainuddin : kebagusan beragama (taat beribadah)
Hayati : kehidupan
Aziz : kekayaan

>> Makna tersiratnya :
Kehidupan cenderung memilih kekayaan bersifat duniawi dibanding dengan ilmu agama utk berserah diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'alla.
phyu.03Avatar border
lsenseyelAvatar border
lsenseyel dan phyu.03 memberi reputasi
2
541
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan