Bermain arcade memang sangat menyenangkan. Apalagi kalau bermain bersama teman. Di tempat arcade selalu ada masa menunggu. Ketika kita bermain pun, seringkali menarik perhatian para pengunjung arcade. Dari situlah semua berpangkal.

Siaran tv juga kadang-kadang memperlihatkan seperti apa video game dimainkan. Ada pula acara tv yang membahas tentang video game sambil menyiarkan pembawa acara yang sedang bermain video game. Dengan begitu, ini sama seperti iklan di tv. Karena di Indonesia, sepertinya memang tidak ada penerbit video game yang memasang iklan di tv, kalau majalah pernah ada.

Dari arcade, kemudian beralih ke rumah. Anak-anak yang mempunyai konsol sendiri biasanya banyak temannya. Ada sesuatu yang menarik disana. Dia bisa bermain dengan teman dekatnya untuk menyelesaikan video game yang mengharuskan pemain untuk bekerjasama.

Kadang-kadang ada anak yang lebih muda ikut-ikutan menonton. Mereka hanya menonton, jarang diberi kesempatan untuk bermain. Alasannya karena menjadi beban bagi pemain yang ingin menyelesaikan video game tersebut. Sudah sudah payah mengumpulkan nyawa tambahan dan kredit, dihilangkan begitu saja oleh anak-anak kecil yang mainnya asal-asalan.

Kesenangan merekam permainan terus berlanjut ke internet. Rasa ingin membagikan, menyimpan salinan, atau pamer, membuat pemain ingin mengirimnya ke penampungan video. Dari situlah muncul istilah penyiar video game. Mereka bermain video game untuk dijadikan tontonan.

Orang-orang itu tidak sekedar merekam permainan. Mereka juga merekam penampilannya, sampai merekam suara untuk mengutarakan pendapat tentang segala sesuatu yang terjadi di video game. 

Para penyiar juga lebih sering bermain game online untuk menunjukkan kepandaiannya dalam bermain. Cara mengalahkan lawan yang terlihat mudah di mata orang lain. Sampai semakin terkenal dan mempunyai banyak penggemar setia. Ujung-ujungnya, menjadi sebuah mata pencaharian bagi pelakunya. Diantara mereka juga ada yang sering ikut kejuaraan video game sampai menjadi pemain bayaran.