- Beranda
- Komunitas
- News
- Militer dan Kepolisian
Terobosan Baru Lagi, China Memperkenalkan Drone dengan Kemampuan AWACS


TS
si.matamalaikat
Terobosan Baru Lagi, China Memperkenalkan Drone dengan Kemampuan AWACS
Pesawat jenis AWACS (Airborne Warning and Control System) atau ajuga disebut sebagai AEW&C (Airborne Early Warning and Control) bisa dibilang mahal. Selain itu, jenis pesawat mahal dengan antena khusus ini pun bisa menjadi sasaran yang empuk bagi rudal udara ke udara jarak jauh. Karena pengadaan pesawat AWACS sangat mahal, maka China pun berinisiatif membuat drone dengan kemampuan AWACS.
Masih dari ajang Zhuhai Airshow 2021, China memperlihatkan drone dengan spesifikasi AWACS, hal tersebut pertama kali TS ketahui dari artikel yang diposting oleh indimiliter.com. Saat mengecek Twitter pun, sudah banyak orang yang memposting kemunculan drone yang diberi nama JY-300 ini.
Sebenarnya drone ini sebelumnya juga sudah ditampilkan dalam Zhuhai Airshow 2018. Yang menarik dari drone AWACS ini tidak terdapat radome berukuran besar yang menjadi ciri khas pesawat AWACS. Meski tidak dibekali radome ekaternal yang besar, mengutip artikel Military Factoryantena radar yang sudah disesuaikan dipasang di permukaan tepi depan dan belakang sayap untuk cakupan area 360 derajat penuh. Masih menurut sumber yang sama drone ini juga sudah dilengkapi dengan radar jenis radar Active Electronically Scaned Array (AESA). Radar ini diklaim mampu mendeteksi pesawat tempyr musuh dari jarak 50 km.
Meski punya radar AESA dan beberapa sensor, namun mesin dari drone ini masih menggunakan jenis mesin turboprop. Sekilas wujudnya tak jauh berbeda dengan drone CH-4 milik TNI AU. Karena memakai mesin turboprop drone termasuk jenis drone MALE (Medium Altitude Long Endurance),yang punya ketinggian terbang maksimum di 5.000 meter. Dilihat dari sepesifikasinya JY-300 dapat digeber sampai kecepatan maksimum 201 km per jam, sementara endurance-nya sekitar 15 jam. Untuk jangkauan terbangnya bisa mencapai 1.000 km.
JY-300 punya berat maksimum tinggal landas 1.300 kg serta payload 400 kg serta bentang sayap 17 meter. Drone ini dirancang oleh 38th Research Institute, sementara produksinya dilakukan oleh perusahaan perangat komunikasi asal Beijing, yakni GETC Group. JY-300 sendiri oleh China punya nama kesayangan Tian Shao, selain itu drone ini juga punya nama kebarat-baratan yakni Sentinel of The Sky.
Meski terdengar menjanjikan, konsep AWACS dengan memakai platform drone (Early Warning Drone) sepertinya kurang begitu efektif menurut
TS. Meski terlihat lebih murah dibanding AWACS yang memakai platform pesawat pada umumnya, namun sebagai wahana peringatan dini daya jangkauannya masih terbatas. Sementara itu tanpa radome eksternal seperti pesawat AWACS kebanyakan, proses untuk mengendus pesawat musuh pun masih diragukan. Dan saat ini untuk pesawat AWACS masih mengandalkan platform pesawat berawak. (cmiiw opini TS),
Nah, demikian sedikit update berita yang masih berasal dari pagelaran Zhuhai Airshow di China. Lalu, bagaimana pendapat agan terkait konsep Early Warning Drone ini ? Jangan lupa untuk berkomentar di bawah, sekian dari ane dan semoga bermanfaat. Sampai jumpa
Masih dari ajang Zhuhai Airshow 2021, China memperlihatkan drone dengan spesifikasi AWACS, hal tersebut pertama kali TS ketahui dari artikel yang diposting oleh indimiliter.com. Saat mengecek Twitter pun, sudah banyak orang yang memposting kemunculan drone yang diberi nama JY-300 ini.
Sebenarnya drone ini sebelumnya juga sudah ditampilkan dalam Zhuhai Airshow 2018. Yang menarik dari drone AWACS ini tidak terdapat radome berukuran besar yang menjadi ciri khas pesawat AWACS. Meski tidak dibekali radome ekaternal yang besar, mengutip artikel Military Factoryantena radar yang sudah disesuaikan dipasang di permukaan tepi depan dan belakang sayap untuk cakupan area 360 derajat penuh. Masih menurut sumber yang sama drone ini juga sudah dilengkapi dengan radar jenis radar Active Electronically Scaned Array (AESA). Radar ini diklaim mampu mendeteksi pesawat tempyr musuh dari jarak 50 km.
Quote:
Meski punya radar AESA dan beberapa sensor, namun mesin dari drone ini masih menggunakan jenis mesin turboprop. Sekilas wujudnya tak jauh berbeda dengan drone CH-4 milik TNI AU. Karena memakai mesin turboprop drone termasuk jenis drone MALE (Medium Altitude Long Endurance),yang punya ketinggian terbang maksimum di 5.000 meter. Dilihat dari sepesifikasinya JY-300 dapat digeber sampai kecepatan maksimum 201 km per jam, sementara endurance-nya sekitar 15 jam. Untuk jangkauan terbangnya bisa mencapai 1.000 km.
JY-300 punya berat maksimum tinggal landas 1.300 kg serta payload 400 kg serta bentang sayap 17 meter. Drone ini dirancang oleh 38th Research Institute, sementara produksinya dilakukan oleh perusahaan perangat komunikasi asal Beijing, yakni GETC Group. JY-300 sendiri oleh China punya nama kesayangan Tian Shao, selain itu drone ini juga punya nama kebarat-baratan yakni Sentinel of The Sky.
Meski terdengar menjanjikan, konsep AWACS dengan memakai platform drone (Early Warning Drone) sepertinya kurang begitu efektif menurut
TS. Meski terlihat lebih murah dibanding AWACS yang memakai platform pesawat pada umumnya, namun sebagai wahana peringatan dini daya jangkauannya masih terbatas. Sementara itu tanpa radome eksternal seperti pesawat AWACS kebanyakan, proses untuk mengendus pesawat musuh pun masih diragukan. Dan saat ini untuk pesawat AWACS masih mengandalkan platform pesawat berawak. (cmiiw opini TS),
Quote:
Nah, demikian sedikit update berita yang masih berasal dari pagelaran Zhuhai Airshow di China. Lalu, bagaimana pendapat agan terkait konsep Early Warning Drone ini ? Jangan lupa untuk berkomentar di bawah, sekian dari ane dan semoga bermanfaat. Sampai jumpa







apawaal dan 9 lainnya memberi reputasi
10
3.2K
17


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan