- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Xi Jinping Makin 'Garang', Investor Asing di China Mau Kabur?


TS
Lockdown666
Xi Jinping Makin 'Garang', Investor Asing di China Mau Kabur?

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan asing di China berusaha tetap mempertahankan peluang yang menguntungkan, meskipun hal tersebut dianggap sulit setelah pemerintah China di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping terus bersikap tegas terhadap perusahaan asing yang ingin berinvestasi di China, terutama perusahaan teknologi.
Ketika perusahaan asing tersebut menyaksikan tindakan keras China terhadap raksasa teknologi domestik, pemerintah China terus mempromosikan upaya negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu dalam membuka arus modal luar negeri.
Hanya dalam beberapa pekan terakhir, otoritas lokal di kota Beijing dan Shenzhen (kota di Guangdong) telah mengikuti kebijakan menarik asing ini sebagaimana di Hainan - seluruh provinsi pulau yang menjadi zona perdagangan bebas, di mana wilayah-wilayah ini mengumumkan manfaat baru bagi pemodal asing di distrik kawasan ekonomi khusus ini. Adapun Hainan adalah sebuah provinsi yang terkecil dan terselatan dari China.
Kebijakan ramah bagi pebisnis di China sebetulnya telah diluncurkan di masa lalu, dengan hasil yang beragam.
"Perbedaan utamanya adalah [kebijakan bagi asing saat ini] jauh lebih punya target daripada sebelumnya," kata Adam Dunnett, Sekretaris Jenderal di Kamar Dagang Uni Eropa di China, dikutip dari CNBC International, Selasa (28/9).
"Sekarang anda benar-benar harus menunjukkan bahwa [bisnis perusahaan] anda memiliki sesuatu yang diinginkan China, jika tidak, maka China tidak merasa sebagai pesaing untuk kepentingan dan kebutuhannya sendiri," tambah Dunnett.
Pihak berwenang China memulai rencana pembangunan 5 tahun terakhirnya pada tahun ini. Hal ini berisikan tujuan ambisius pemerintah China untuk kemajuan teknologi dalam menghadapi tekanan yang meningkat dari Amerika Serikat (AS).
Tindakan keras Beijing membuat beberapa perusahaan teknologi China yang terdaftar di bursa saham AS pun 'berjatuhan'.
Pada Juli lalu, pihak berwenang China memerintahkan aplikasi ride-hailing, Didi untuk menangguhkan pendaftaran pengguna baru hanya beberapa hari setelah melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) di bursa saham New York (NYSE).
Selain berpengaruh kepada perusahaan teknologi ride-hailing, tindakan keras Beijing berdampak pada perusahaan bimbingan belajar online di China, di mana Beijing meminta untuk memangkas jam operasional.
"Akhir-akhir ini, kami telah melihat beberapa tindakan keras China di seluruh sektor dan dengan cara yang tidak sepenuhnya dapat dipahami atau diprediksi oleh pasar," kata Greg Gilligan, Ketua Kamar Dagang Amerika di Beijing, dilansir dari CNBC International.
Di lain sisi, pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu sangat bergantung pada investasi asing. Namun, jika perusahaan asing terpengaruh dari tindakan keras China, maka mereka kemungkinan akan berpaling dari China.
Apalagi, otoritas China juga telah melarang perusahaan asing beroperasi di industri sensitif, atau memaksa usaha patungan dengan pemain lokal.
Namun, pemerintah China sudah menghapus kebijakan pembatasan ini dalam beberapa tahun terakhir, terutama di sektor keuangan dan otomotif.
Ada Peluang
Meskipun pemerintah China terus bersikap keras terhadap perusahaan teknologi yang dapat mempengaruhi minat investasi pemodal asing, namun beberapa hal memiliki peluang untuk memikat pemodal asing berinvestasi ke China, terlepas dari ketatnya aturan.
Pada awal September lalu, pemerintah pusat mengumumkan zona perdagangan bebas Qianhai yang menghubungkan kota Shenzhen dengan Hong Kong, di mana zona tersebut akan berkembang delapan kali lipat, menjadi 120,56 kilometer persegi (46,5 mil persegi).
Perluasan hub keuangan sudah menjadi rumah bagi bank UBS dan HSBC. Hal ini terjadi karena wilayah tersebut sudah meningkatkan kendalinya atas Hong Kong, pusat keuangan global.
Di lain sisi, perusahaan kelas menengah China yang tumbuh tetap menjadi magnet bagi perusahaan asing, terlepas dari politik atau kebijakan pemerintah.
Data resmi menunjukkan investasi langsung asing non-keuangan ke China naik 27,8% menjadi US$ 113,78 miliar atau setara Rp 1.627 triliun (kurs Rp 14.300/US$) secara tahunan.
"Peluang pasar sangat menarik, sebagian besar perusahaan tetap di tempatnya, hal itu akan menjadi kabar baik bagi perekonomian China." kata Matt Marguiles, vice president untuk operasi China di Dewan Bisnis AS-China.
https://www.cnbcindonesia.com/market...hina-mau-kabur
Diubah oleh Lockdown666 28-09-2021 21:33
0
745
6


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan