Hallo gan sist pada kesempatan kali ini TS mau berbagi informasi ringan seputar dunia militer, setelah pada thread sebelumnya ada B-52H Stratofortressyang dicegat tiga Su-35 Rusia di atas Samudra Pasifik, kali ini pesawat bomber B-52 yang lainnya sedang menjalankan misi bersama jet tempur TUDM (Angkatan Udara) Malaysia di atas Selat Malaka. Sebelumnya pada 1 September 2021 B-52 milik AS juga melaksanakan latihan bersama tiga F-16A/B milik TNI AU di perairan utara Sulawesi.

Mengutip laporan indomiliter.com Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM) pada 24 September 2021 terbang bersama pesawat bomber B-52 dalam latihan bertajuk Passing Exercise B-52 Siri 2/21. Hal tersebut juga diposting oleh akun resmi TUDM di akun Facebook dan Twitter mereka. Dalam latihan tersebut B-52 terbang diapit oleh dua unit Hawk 208, dua unit F/A-18D Hornet dan tiga unit Sukhoi Su-30MKM. Dalam kegiatan tersebut juga melibatkan pesawat tanker A400M Atlas, di mana pesawat yang dimaksud melaukukan kegiatan air refueling kepada F/A-18D.

Penerbangan tiga jenis jet tempur TUDM Malaysia seolah sebagai bentuk unjuk kekuatan sekaligus memperlihatkan ke publik bahwa semua jet tempur dan peswat tanker Malaysia dalam kondisi layak terbang. Sementara dalam postingan foto di Facebook TUDM, tampak F/A-18D Hornet teebang dengan membawa rudal udara ke udara AIM-9 Sidewinder pada wingtip-nya. Sementara itu Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) mengapresiasi formasi pengawalan yang dilakukan Malaysia sebagai wujud dari High Value Asset Protection (HVAAP).





Jet tempur milik TUDM memang dalam 3 tahun terakhir sering mendapat kritik terkait kesiapan tempurnya, hal tersebut sempat diungkapkan mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. Mahathir Mohamad pernah menyebut pesawat tempur F/A-18D Hornet yang dioperasikan Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM) memang disebut cukup tangguh, namun syarat dan ketentuan operasional yang terlalu ‘ditentukan’ oleh kebijakan AS yang menjadi masalah.

“Jadi pesawat kami mahal, kami memilikinya, tapi kami hanya bebas menerbangkannya saat parade/pameran udara saja. Kami tidak dapat menggunakannya untuk melawan negara lain karena kami tidak mendapatkan source code-nya,”tegas Mahathir, dikutip dari artikel militarywatchmagazine.com
(20/5/2020).

Selain FA-18D Hornet, Su-30MKM Malaysia juga tak lepas dari kritikan yang berkaitan dengan kesiapan tempurnya. Belum lagi masalah yang pernah menerpa armada Su-30MKM, seperti yang dilaporkan oleh The Straits Time (03/08/2018), Menteri Pertahanan Malaysia Mohamad Sabu menyebutkan bahwa dari 18 unit Su-30MKM, hanya ada empat unit pesawat yang berada dalam kondisi layak terbang. Menurutnya hal itu dikarenakan biaya operasional pesawat tempur yang terlalu tinggi.

Sementara itu mengutip laporan terbaru dari Air Space Review (11/09/2021) baik F/A-18D Hornet dan Su-30MKM sedang melakukan upgrade yang akan membuat kedua jet tempur ini beroperasi sampai tahun 2040. F/A-18D akan menjalani pemeliharaan program 12 tahun di dalam negeri (Local Planned Maintenance 12 Years-LPM12Y) yang mulai dilakukan tahun ini. Malaysia sendiri memesan 8 F/A-18D pada 1993. Empat pesawat pertama diterima pada 1997.

Sementara pesawat tempur Su-30MKM akan menjalani program Service Life Extension Program (SLEP) dan Mid-Life Upgrade (MLU) agar dapat digunakan hingga tahun 2040. Hal itu dikatakan oleh Panglima TUDM dalam wawancara dengan majalah Asian Defense Journal (ADJ) edisi Juli-Agustus. Saat ini Malaysia memiliki delapan pesawat tempur F/A-18D dan delapan belas Su-30MKM. Malaysia membeli Su-30MKM tahun 2003 dan menerima dua unit pertama pada 2007.





Selain menepis isu ketidaksiapan pesawat tempur milik TUDM, latihan bersama ini juga bertujuan untuk mempererat hubungan Paman Sam dengan negara di kawasan Asia Tenggara yang memang punya potensi konflik dengan China. Beberapa negara anggota ASEAN yang punya potensi konflik dengan China yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina dan Vietnam.

Amerika Serikat memang terus melakukan latihan militer yang ekstensif pada tahun 2021 bersama negara di kawasan ASEAN, beberapa latihan tersebut antara lain Cop West bersama TNI AU bulan Juni 2021, Garuda Shield bersama TNI AD bulan Agustus 2021, Bomber Exercise bersama TNI AU bulan September 2021, serta Passing Exercise bersama TUDM Malaysia di akhir bulan September 2021. Indonesia menjadi salah satu negara yang paling sering melakukan latihan bersama AS, kemungkinan selanjutnya AS juga akan melakukan latihan militer yang serupa "lagi" dengan Malaysia dan negara ASEAN lainnya.

Sementara di kubu sebelah, Rusia dan China seolah tak mau kalah, mereka menggelar latihan yang melibatkan 10.000 tentara pada bulan Agustus. Yang terbaru masih di bulan September China menggelar latihan Shared Destiny-2021 di daerah Queshan, Provinsi Henan, China Tengah. Latihan ini diikuti oleh Mongolia, Pakistan, dan Thailand. Sementara itu merespon latihan Zapad 2021 yang dilakukan Rusia dan aliansinya, pada 20 September sebanyak 6.000 tentara dari 15 negara, termasuk Amerika Serikat dan anggota NATO serta Ukraina melakukan latihan bersama di Ukraina yang berbatasan langsung dengan Rusia.

Jadi, sekarang sudah ada tren baru terkait persaingan antara Rusia-China VS AS-NATO yakni gelar latihan militer dalam skala kecil maupun skala besar, mau tidak mau negara-negara lain yang menjadi sekutu atau netral sekalipun akan terlibat dalam rivalitas negara tersebut. Bagaimana menurut agan terkait latihan militer yang marak terjadi kali ini ? Akankah latihan militer menjadi tren baru yang akan mewarnai rivalitas blok Barat dan Timur ? Jangan lupa nanti untuk berkomentar di bawah ya. Sekian dulu dari ane, sampai jumpa