Kaskus

News

Lockdown666Avatar border
TS
Lockdown666
Kisah Ancaman Bangkrut Evergrande China & Efeknya Nan Dahsyat
Kisah Ancaman Bangkrut Evergrande China & Efeknya Nan Dahsyat

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini pasar keuangan dunia diramaikan dengan munculnya kabar potensi default atas raksasa properti asal China, Evergrande Group. Perusahaan ini dikabarkan terancam gagal membayar utang senilai US$ US$ 300 miliar sekitar Rp 4.275 triliun.

Arus kas perusahaan disebutkan saat ini tengah berada dalam tekanan yang besar. Bahkan perusahaan baru-baru ini menyebutkan bahwa dua anak usahanya telah gagal memenuhi kewajiban penjaminan untuk produk manajemen senilai US$ 145 juta atau setara Rp 2 triliun yang dikeluarkan pihak ketiga. 

Kepala Divisi Pendapatan Tetap (Fixed Income) Matthews International Capital Management, LLC (Matthew Asia), Teresa Kong mengatakan China Evergrande diduga telah melakukan dua dosa besar kepada investornya yang berakibat krisis utang.


Pertama, China Evergrande adalah terlalu banyak meminjam uang, bahkan perusahaan ini disebut menjadi perusahaan properti yang paling banyak memiliki utang di dunia.
Kedua, perusahaan diduga memiliki tata kelola perusahaan yang buruk. Menurut data Refinitiv Eikon, Evergrande memiliki enam obligasi yang jatuh tempo tahun depan dan 10 obligasi jatuh tempo pada 2023, dari total 24 obligasi yang telah diterbitkan.
Obligasinya juga termasuk dalam berbagai indeks imbal hasil tinggi Asia. Pada tahun ini saja saham Evergrande di Bursa Hong Kong telah anjlok hampir 80% tahun.
Lembaga pemeringkat S&P telah menurunkan peringkat utang Evergrande dari CC menjadi CCC dengan outlook negatif.
Fitch, lembaga pemeringkat lainnya, juga menurunkan rating Evergrande dari CC menjadi CCC+. Menurut Fitch, utang Evergrande kepada perbankan dan lembaga keuangan lainnya adalah CNY 572 miliar.
Selain itu, bank juga memberi pinjaman kepada para supplier Evergrande senilai CNY 667 miliar. Bank dengan eksposur tinggi terhadap Evergrande akan rentan terserang kredit bermasalah(Non-Performing Loan/NPL). Inilah yang bakal menimbulkan risiko sistemik.



Utang ke Karyawan 

Selain utang kepada kreditor, para investor juga cemas dengan kondisi perusahaan saat ini. Potensi ini juga memunculkan gelombang protes dari para investornya di kantor pusat Shenzhen China pada Selasa lalu (14/9/2021).
Para investor tersebut mengaku cemas usai perusahaan pengembang yang sedang terlilit utang itu sedang berada di bawah tekanan luar biasa dan kemungkinan tidak dapat memenuhi pembayaran alias default.
Media bisnis setempat, Caixin melaporkan bahwa Evergrande sering melaksanakan penggalangan dana internal. Salah satu produknya disebut 'Chaoshoubao," yang berarti "harta karun return super'.


Evergrande juga menjual WMP ke publik. Sebagian besar WMP ini menawarkan pengembalian 5-10%, dengan investasi minimum 100.000 yuan.
Karena pengembaliannya lebih tinggi daripada WMP yang biasanya dijual di bank, banyak karyawan Evergrande membelinya dan membujuk keluarga dan teman untuk ikut berinvestasi. Salah seorang karyawan mengatakan biasanya, 20 juta yuan WMP dapat terjual habis dalam waktu lima hari.
Perusahaan juga menjual WMP ke mitra konstruksi. Meskipun tidak wajib bagi perusahaan konstruksi untuk membeli WMP, mereka sering melakukannya demi menjaga hubungan baik dengan Evergrande, berkisar 10% dari piutang proyek.
Sekitar 40 miliar yuan dari produk WMP sekarang jatuh tempo. 


Aset Perusahaan

Aset terbesar Evergrande adalah kepemilikan lahan. Pada 30 Juni, ia memiliki 778 proyek dengan total luas area lantai yang direncanakan 214 juta meter persegi bernilai 456,8 miliar yuan. Selain itu, ia memiliki 146 proyek pengembangan kembali wilayah perkotaan.
Dalam tiga bulan terakhir, Evergrande telah melakukan pembicaraan dengan China Overseas Land and Investment Ltd., China Vanke Co. Ltd. dan China Jinmao Holdings Group Ltd. untuk kemungkinan penjualan aset lahan. SASAC Shenzhen dan Guangzhou telah mengatur pertemuan dan Evergrande telah mendekati setiap pembeli yang mungkin di pasar, kata sumber.
Namun, tidak ada kesepakatan yang tercapai. Beberapa pembeli potensial mengatakan mereka dapat mempertimbangkan akuisisi melalui kewajiban utang, tetapi Evergrande enggan menjual dengan harga rugi. 


Upaya Penyelamatan Internal 

Evergrande sebenarnya telah menggandeng Houlihan Lokey (China) Limited dan Admiralty Harbour Capital Limited untuk mencoba mengevaluasi likuiditas perusahaan itu. Perusahaan mengaku mencari jalan terbaik untuk membayar kewajibannya.
Selain itu, menurut laporan Bloomberg yang mengetahui masalah tersebut, Evergrande masih mendiskusikan dengan bank kemungkinan untuk memperpanjang pembayaran dan menggulirkan beberapa pinjaman.
Regulator telah memperingatkan risiko yang lebih luas terhadap sistem keuangan negara jika kewajiban US$ 305 miliar perusahaan tidak terkendali.


Evergrande mengatakan telah melibatkan penasihat untuk memeriksa opsi keuangannya dan memperingatkan risiko gagal bayar di tengah anjloknya penjualan properti dan kurangnya kemajuan dalam pelepasan aset.
Pekan lalu, penyedia intelijen keuangan REDD melaporkan Evergrande telah memberi tahu dua bank bahwa mereka berencana untuk menangguhkan pembayaran bunga yang jatuh tempo akhir bulan ini.
Saat ini, Hui Ka Yan atau Xu Jiayin merupakan pemilik mayoritas saham Evergrande Group, dengan kepemilikan sahamnya mencapai 9,3 miliar saham atau 70,72% dari total saham, berdasarkan data dari Refinitiv. 


Bantuan Pemerintah China 

Mengutip Asia Markets, seorang sumber menyebut bahwa Partai Komunis China sedang mendiskusikan sebuah cara untuk memecah perusahaan yang berutang Rp 4 ribu triliun itu menjadi tiga entitas terpisah. Hal ini disebut akan memuluskan Evergrande menjadi perusahaan BUMN.
"Kesepakatan itu dirancang untuk melindungi warga negara China yang telah membeli apartemen dari Evergrande, seperti yang Anda lihat memprotes di jalanan dan juga mereka yang telah berinvestasi dalam produk manajemen kekayaan Evergrande," kata sumber tersebut.
"Tetapi hal besar adalah membendung dampak aliran ekonomi yang meluas yang akan menyebabkan kebangkrutan pada ekonomi China."


Untuk meredakan panasnya pasar keuangan dalam negeri, bank sentral China, yaitu The People's Bank of China (PBOC) mengguyur uang ratusan triliun yuan ke sistem keuangan China. Hal ini dilakukan untuk menekan kekhawatiran pelaku pasar terhadap krisis perusahaan properti raksasa China, Evergrande Group.
Selain itu, pemerintah China juga memutuskan untuk mengumpulkan sekelompok ahli akuntansi dan hukum untuk memeriksa keuangan raksasa properti China Evergrande Group.
Mengutip Al Jazeera, regulator di Provinsi Guangdong disebut telah mengirim tim dari King & Wood Mallesons, sebuah firma hukum yang spesialisasinya mencakup restrukturisasi. Selain itu, atas perintah Beijing, mereka juga mengirimkan penasihat keuangan dan akuntan tambahan untuk menilai pengembang.
Diberitakan Bloomberg, Rabu (22/9/2021), PBOC menyuntikkan 120 miliar yuan (US$ 18,6 miliar) atau Rp 264 trilun lebih ke sistem perbankan lewat reverse repurchase agreements. Secara net, suntikan yang diberikan PBOC mencapai 90 miliar yuan.
Aksi ini membuat sentimen menjadi positif, apalagi unit bisnis properti Evergrande juga berencana membayar bunga utang yang jatuh tempo Kamis ini.
"Injeksi dari PBOC mungkin bertujuan untuk meredakan kekhawatiran di pasar akibat Evergrande. Namun di samping itu ada juga kebutuhan untuk mencegah dampak ke ekonomi dan sektor lain," ujar Analis dari DBS Bank Singapura, Eugene Leow. 


Bakal Seperti Lehman Brothers?

Bukan tanpa sebab mengapa pemerintah China turun tangan. Kebangkrutan tersebut berpotensi menjadi tsunami finansial atau seperti yang dikatakan beberapa analis, 'Lehman Brothers China'.
Runtuhnya bank investasi raksasa Amerika tahun 2008 yang memicu krisis keuangan global. Evergrande sendiri merupakan salah satu dari tiga pengembang terbesar di China, dengan jejak yang cukup signifikan.
Liabilitas perusahaan ini setara dengan sekitar 2% dari PDB China. Di mana ada lebih dari 200.000 karyawan beserta anggota keluarga lain telah menginvestasikan miliaran yuan pada WMP perusahaan.


Perusahaan memiliki lebih dari 800 proyek yang sedang dibangun, lebih dari setengahnya dihentikan karena kas yang tidak mencukupi. Ada ribuan perusahaan dari hulu ke hilir yang mengandalkan Evergrande untuk bisnis, menciptakan lebih dari 3,8 juta pekerjaan setiap tahun.
Intinya, Evergrande begitu erat terkait dengan ekonomi China yang lebih luas, dari investor ritel hingga perusahaan terkait infrastruktur yang merupakan ukuran permintaan komoditas global. Sehingga kekhawatiran akan penularan telah membuat pasar keuangan gelisah.
"Ada sedikit kekhawatiran tentang kemungkinan penularan," tulis analis di Bespoke yang berbasis di New York dalam sebuah catatan penelitian pada hari Selasa.
"Tapi sejauh ini kekhawatiran itu tidak muncul di beberapa bagian pasar kredit yang telah berfungsi dengan baik sebagai tanda bahaya untuk krisis kredit yang lebih luas di masa lalu." 


https://www.cnbcindonesia.com/market...-nan-dahsyat/1
jerrystreamer1Avatar border
jazzcousticAvatar border
jazzcoustic dan jerrystreamer1 memberi reputasi
2
1.5K
10
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan