mubafirsAvatar border
TS
mubafirs
Hak Paten Vaksin Covid-19 Dikunci, Imunitas Global Masih Lama


Ketimpangan vaksinasi Covid-19 di dunia masih diselesaikan dengan cara donasi dosis. Sementara alih teknologi dan penangguhan hak paten yang lebih efektif tetap digantung.
Oleh BENNY D KOESTANTO DAN CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO 24 September 2021- 06:00 WIB

NEW YORK, RABU - Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT Covid-19 Global yang digelar secara virtual dan dipimpin Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, Rabu (22/9/2021), tidak memberikan solusi efektif terhadap ketimpangan vaksinasi Covid-19 di dunia. Kebijakan sejumlah negara kaya adalah meningkatkan komitmen donasi vaksin ke negara- negara miskin.
Sekalipun langkah itu bermanfaat, tetapi tidak efektif untuk mengejar ketimpangan vaksinasi Covid-19 di dunia. Saat ini, sekitar 8o persen warga di negara berpenghasilan menengah-atas dan tinggi telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid-19. Sementara hanya 1,8 persen warga di negara berpenghasilan rendah yang telah divaksinasi, setidaknya satu dosis. Dari 5.7 miliar dosis yang telah diberikan secara global, hanya 2 persen yang disalurkan pada warga di Afrika.

Presiden Biden pada KTT itu berjanji untuk menyumbangkan 500 juta dosis vaksin Covid-19 ke negara-negara yang berjuang untuk mengatasi pandemi. Janji itu menjadikan total komitmen AS untuk sumbangan vaksin Covid-19 menjadi 1,1 miliar dosis atau lebih banyak dari gabungan janji pasokan vaksin dari seluruh negara di dunia. “Ini adalah kondisi krisis yang menyeluruh. Amerika akan menjadi gudang senjata vaksin layaknya kami adalah gudang senjata denokrasi dalam Perang Dunia II," kata Biden.
Menurut Biden, negaranya telah mengirimkan 160 juta dosis vaksin Covid-19 ke 100 negara. Dengan janji sumbangan vaksin dari AS itu, maka satu suntikan vaksin Covid-19 yang dilakukan atas warga AS berarti sebuah komitmen untuk tiga suntikan vaksin bagi warga di seluruh dunia. Tahap baru setengah miliar vaksin Covid-19 dari AS akan dipasok dengan vaksin yang dikembangkan Pfizer-BioNTech dan akan disalurkan ke negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah.

Setelah pidato Biden, Spanyol mengumumkan di markas besar PBB di New York bahwa mereka meningkatkan komitmen donasi vaksinnya sebanyak 30 juta dosis. Sementara Jepang berjanji meningkatkan kontribusinya menjadi juta dosis vaksin.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam Sidang Umum ke-76 PBB di New York, Selasa (21/9), menyinggung kondisi ketidakadilan vaksinasi Covid-19 secara global dan masih minimnya solidaritas global.
Menurut Guterres, dunia melibat vaksin Covid-19 dikembangkan dalam waktu singkat. Ini menunjukkan kemenangan sains dan kecerdasan manusia. Ironisnya, di sisi lain, dunia melihat kemenangan itu dibatalkan oleh tragedi kurangnya kemauan politik, egoisme, dan ketidakpercayaan. "Kita lulus ujian sains. Namun kita mendapatkan nilai F dalam soal etika," kritik Guterres.

Lembaga swadaya masyarakat Amnesty International menyatakan enam perusahaan pengembang vaksin Covid-19 justru telah memicu krisis ketidakadilan vaksinasi Covid-19. Sebab perusabaan AstraZeneca, BioNTech, Johnson & Johnson, Moderna, Novavax, dan Pfizer menolak untuk berpartisipasi dalam inisiatif untuk meningkatkan pasokan vaksin global. Keenam perusahaan itu juga menolak menangguhkan hak kekayaan intelektual dan berbagi teknologi vaksin. Padahal perusahaan seperti BioNTech, Moderna, dan Pfizer secara gabungan bakal menghasilkan 130 miliar dollar Amerika Serikat (AS) dari produksi vaksin Covid-19 pada akhir 2022.

"Agar distribusi adil dan cepat, pengembang vaksin harus memprioritaskan pengiriman ke negara-negara yang paling membutuhkannya dan menangguhkan hak kekayaan intelektual mereka, serta membagikan pengetahuan dan teknologi mereka dan juga melatih produsen yang memenuhi syarat untuk meningkatkan produksi vaksin Covid-19," kata Sekretaris Jenderal Amnesty International, Agnes Callamard.
Presiden Joko Widodo yang hadir pada KTT Covid-19 Global menyerukan agar negara berkembang diberdayakan menjadi bagian dari solusi percepatan vaksinasi Covid-19. Kapasitas manufaktur lokal mesti dibangun agar kebutuhan vaksin, obat-obatan, dan alat kesehatan dapat tersedia secara cepat dan merata seluruh dunia. "Indonesia berkomitmen dan mampu menjadi bagian dari rantai pasok global," katanya.

Ketimpangan vaksin antarnegara, Presiden Jokowi menekankan, harus segera diatasi. Kerja sama berbagi dosis dan akses yang merata terhadap vaksin mesti ditingkatkan melalui Fasilitas Covax. Politisasi dan nasionalisme vaksin juga harus diakhiri. "Sebagai Presiden G20 tahun depan, Indonesia akan berkontribusi pada upaya dunia memperkuat arsitektur ketahanan kesehatan global demi anak cucu kita di masa depan," katanya. Di tengah dinamika minimnya jumlah vaksin Covid-19, fasilitas COVAX yang didirikan guna memastikan akses yang adil atas vaksin itu terus berupaya meningkatkan pengiriman vaksin Covid-19. Upaya-upaya itu dilakukan di tengah kondisi penundaan karena pembatasan ekspor, tantangan peningkatan skala manufaktr dan waktu persetujuan peraturan. Kondisi monopoli pasokan vaksin oleh negara-negara kaya juga membatasi jumlah pengiriman.
COVAX kini telah mengirimkan hampir 300 juta dosis valksin Covid-19 ke 141 negara. Inisiatif itu diharapkan dapat mengirimkan 1,2 miliar dosis vaksin Covid-19 ke 92 negara berpenghasilan rendah pada akhir tahun. CEO Gavi, Seth Berkley, menyatakan COVAX telah menunjukkan dapat bekerja dalam skala besar. Namun dukungan dunia dan terutama negara-negara kaya diharapkan nyata sifatnya. (AFP/REUTERS/BEN/CAS)

Editor LAKSANA AGUNG SAPUTRA

Sumur kompas id
Hak Paten Vaksin Covid-19 Dikunci, Imunitas Global Masih Lama
https://www.kompas.id/baca/internasi...al-masih-lama/

Download aplikasi Kompasid untuk mendapatkan berbagai berita mendalam dan terpercaya khas Harian Kompas!

Android: https://bit.ly/hkompas
iOS: https://apple.co/3rvZXy9

"Lembaga swadaya masyarakat Amnesty International menyatakan enam perusahaan pengembang vaksin Covid-19 justru telah memicu krisis ketidakadilan vaksinasi Covid-19. Sebab perusabaan AstraZeneca, BioNTech, Johnson & Johnson, Moderna, Novavax, dan Pfizer menolak untuk berpartisipasi dalam inisiatif untuk meningkatkan pasokan vaksin global. Keenam perusahaan itu juga menolak menangguhkan hak kekayaan intelektual dan berbagi teknologi vaksin. Padahal perusahaan seperti BioNTech, Moderna, dan Pfizer secara gabungan bakal menghasilkan 130 miliar dollar Amerika Serikat (AS) dari produksi vaksin Covid-19 pada akhir 2022. "

Mungkin perusahaan lagi riset lebih dalam jadi belum di buka ke publikemoticon-Cool
Diubah oleh mubafirs 23-09-2021 23:43
muhamad.hanif.2Avatar border
nomoreliesAvatar border
pakisal212Avatar border
pakisal212 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.9K
23
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan