- Beranda
- Komunitas
- Regional
- TULIS AJA KASKUS
Cancel Culture Demi Masa


TS
junirullah
Cancel Culture Demi Masa

Kata kunci : Belajar itu hanya untuk pada guna demi mendorong regenerasi bangsa Indonesia pada jalan kebaikan-kenaikan, dan bukan sebaliknya.
Dorongan inti sari dan berpusat dalam Hukum Islam dalam Al-Qur'an yang telah di dakwahkan dan dibenarkan oleh Muhammad,SAW RasulullahSalallahu'alaihiWassalam, dari Sahabat-Sahabatnya Rasul, Imam, Pemuka Islam, Alim, Ulama, Kaum Masyarakat Muslimin di seluruh dunia adalah mendakwahkan Kebaikan-Kebaikan.
Sedangkan keburukan memang sudah pasti menunggu di depan kebaikan, hal ini sudah tersebut dalam Firman Allah,SWT, bahwa semua makhluk yang ada di langit dan di bumi itu Allah,SWT ciptakan berpasang-pasangan..,
Perlu diketahui bahwa Dajjal sudah muncul sekarang ini, bukan seperti yang digambarkan bermata satu, tapi Dajjal yang digambarkan bermata satu itu hanya perumpamaan dan jika kaum muslimin berfikir dan mengetahui tentang munculnya Dajjal itu, sebenarnya Dajjal sudah lama ada disekitar Kompasiner mulai tahun 1990, malah sangat dekat dengan Kompasianer sendiri. Kok.. Kompasianer enggak tahu ya?!
Mengapa Kompasianer bisa mengatakan itu?, memang saya sensiri sudah melihat sendiri perumpamaan dajjal itu, makanya Allah,SWT menyuruh kaum muslimin untuk berfikir.
Cancel Culture termasuk salah satu hukum alam yang berhubungan kaitan itu dengan lingkungan sosial masyarakat (terutama hukum alam sosial ini dipakai untuk dan bagi pelaku kejahatan dan pelanggar-pelanggar hukum yang amat sangat berat KORUPSI),
Cancel Budaya ini berawal dari zaman kuno masa abad peradaban bumi diciptakan dari mulai Nabi Adam,AS dan itu sudah ada seperti cerita kisah Habil dan Qabil. Mereka anak-anak Adam,AS sudah jelas sekali terkena godaan IBLIS yang di kutuk ALLAH,SWT.
Jadi itu adalah jawaban dan sudah jelas Kompasiner tahu, dari keturunan-keturunan mana saja yang dapat timbul kebaikan (Habil) dan keburukan (Qabil),
untuk mengetahui baik buruk manusia itu Kompasianer perlu mempelajari lagi silsilah keturunan dan sejarah peradaban umat manusia dimuka bumi.
Atau mata pelajaran yang lebih terdekat lagi, kompasianer pelajari mulai dari keluarga masing-masing, pasti Kompasianer menemukan keadaan seperti peristiwa kebaikan (Habil) dan keburukan (Qabil) itu walau sekecil apapun itulah yang namanya kebaikan dan keburukan.
Makanya Islam menyuruh mengimani Rukun Iman dan Rukun Islam itu untuk tujuan tauhid agar sewaktu-waktu bertemu Dajjal tidak langsung ter-hipnotheraphy atau berjungkal diri pada objek yang belum pernah sama sekali itu kompasianer lihat, dan akhirnya kompasianer sendiri yang tanpa sadar dan atas kesadaran sendiri telah mengikuti perumpamaan dajjal itu.
Ok, sampai disitu dulu masalah pembahasan kejadian baik dan buruk sebagai santapan rohani yang terhubung langsung dengan tauhidan bagi Muslimin.
Nah.. mari kita kupas lagi kulit kacang, ubi, tebu, dan kulit rumbia.., tentang masalah Cancel Culture yang sedang menjadi topik hangat dan hot saat ini..;
Sebentar sebelum awak nak menulis tentang itu, terlebih dahulu kemuka awak nak ngopi dulu sembari sambil tarek sibak? Ngudut ..

Alhamdulillah.., ya sudah siap, balik lagi awak nak temakan cerite itu;
Resiko menghakimi pada jurus dirundungi online ini itu, salah satu termasuk hukum alam, karena mengapa?, itulah hukum alam yang harus diterima oleh orang-orang yang selama ini merundungi. Dan bagaimana kalau hal itu terjadi pada Kompasianer?! Apa yang harus diperbuat?! Dan apa solusi?!
Masalah orang beropini hanya sekedar ikut-ikutan saja itu lain urusan dan hak seseorang memberikan opini sesuai dengan tingkatan pola fikir pada masing-masing orang,
Hal ini juga sebatas kemampuan orang-orang awam berfikir dan yang mereka tahu orang-orang yang telah berbuat kejahatan fatal itu adalah hukumnya bermanutan dari hukum alam,
sama halnya dalam ekosistem rantai makanan ibarat dalam ilmu pengetahuan alam seperti belalang makan rumput, belalang di makan kodok, kodok dimakan ular, dan ular di makan elang, elang mati meninggalkan cakar.
Jika salah sasaran sama halnya seperti anak panah yang dilepas pada target objek namun entah mengapa anak panah tersebut menancap pada lain objek dan itu juga sudah hukum alam semuanya itu sudah terkemas rapih pada masing-masing hukum yang telah berlaku.
Walau dampak budaya Cancel Culture ini teramat sangat besar. Yang selanjutnya berujung pada gangguan mental hingga kehilangan harapan, dan itulah ujian yang harus dilalui, dan bagi para Kompasianer yang tangguh pasti terus mencari solusi untuk dan hanya semata-mata demi kebaikan.
Mengenai tanggapan Kompasianer atas budaya pemboikotan ini? Sudah terjawab pada penulisan diatas, terus penerapannya dalam kehidupan sehari-hari? Juga sudah terjawab pada tulisan diatas, mengenai pengalaman hal tersebut? Amat sangat banyak dan tak bisa diceritakan lagi, ibarat orangtua bilang Hidup itu Keras, namun pada kenyataan Hidup itu Indah, dan hal ini sudah tertulis semua diatas. Apa masih juga nggak pahamkah?!
Cancel Culture?!
8-9-2021. Penulis. Junirullah
0
172
0
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan