Kaskus

Entertainment

newsmerahputihAvatar border
TS
newsmerahputih
Memikul Nasib Seberat Roti, Ketangguhan Melawan Zaman
Memikul Nasib Seberat Roti, Ketangguhan Melawan Zaman

Merahputih.com - Zaman telah berubah, tak bisa dielakan. Semua dapat dilakukan dengan mudah dan cepat menggunakan teknologi dan perkembangan transportasi yang memadai.

Nyatanya tidak semua orang sanggup mengikuti perkembangan zaman saat ini. Disaat beberapa pelaku UMKM sudah menggunakan gerobak motor atau sepeda, masih ada beberapa penjual yang menjajakan dagangannya secara tradisional dengan berjalan kaki.

Sebelum kehadiran roti yang dijual menggunakan sepeda, gerobak kayuh atau motor. Dahulu roti, dijual dengan cara dipikul sehingga orang-orang menyebutnya sebagai roti pikul atau roti tradisional. Alat yang digunakan untuk menempati roti biasanya terbuat dari kayu dan berbentuk seperti timbangan dengan kayu panjang melintang diantaranya yang berfungsi sebagai topangan di pundak. Para penjual roti pikul ini siap berjalan kaki berkilo-kilo meter untuk menghabiskan stok roti mereka.

Biasanya roti pikul ini ditemukan melewati daerah perumahan pada sore hari. Kamu akan mendengar suara terompet khas roti pikul yang dibunyikan menggunakan tangan dan secara spontan membuatmu berlari keluar dari rumah untuk membelinya.

Terompet unik ini biasanya terbuat dari karet dan besi, tetapi ada beberapa penjual yang membuat terompet sendiri menggunakan botol bekas dan lakban seadanya. Tangan kiri membawa roti yang dipikul dan tangan kanan digunakan untuk memainkan terompet.

Saat ini, para penjual roti pikul seperti ini sudah tidak banyak ditemukan karena harus bersaing di tengah maraknya pedagang roti yang lebih modern. Padahal roti yang dipikul biasanya dijual dengan harga yang sangat terjangkau. Hanya berkisar antara Rp2.500 ribu atau Rp3 ribu per satuannya dan Rp5 ribu atau Rp10 ribu untuk harga roti tawar atau roti bantalnya.

Dengan harga itu, para pembeli bisa memilih banyak rasa mulai dari coklat kacang, keju, susu, stroberi, blueberi, coklat, kelapa, pisang coklat, moka, atau srikaya. Biasanya yang paling laris dan menjadi ciri khas roti pikul adalah rasa roti isi susu dan kejunya.

Menjadi penjual roti pikul juga tidak semudah itu, para penjual harus punya pundak yang kuat karena membawa beban yang cukup berat apalagi dengan berjalan kaki. Biasanya para penjual roti pikul menjual roti yang dibuat sendiri, tetapi ada juga yang menjual roti titipan atau dari pemasok roti.

Tekanan dialami para penjual ini jika langit sudah semakin gelap. Mereka harus cepat menjual habis rotinya karena roti basah tidak tahan lama. Mereka juga tidak bisa pulang jika dagangannya belum habis karena pasti akan rugi.

Pandemi menambah rintangan mereka dalam berjualan. Pasalnya, selama pandemi hampir tidak ada yang berani membeli makanan dari luar. Beberapa orang bahkan enggan membeli roti pikul lagi dengan alasan terlihat tidak higienis dan lebih memilih membeli roti dari toko roti tertentu.

Padahal para penjual roti pikul ini hanya berharap agar ada pembeli yang mau membeli dagangan mereka dan mengurangi beban yang harus dipikul. Mereka harus mampu meyakinkan konsumen akan rasa dan kebersihan dari roti yang dijajakan.

Para pemasok roti yang menghentikan produksi rotinya selama pandemi pun menjadi alasan para pedagang roti pikul ini sulit untuk ditemukan. Beberapa pedangang hanya bergantung pada roti-roti yang dititipkan untuk dijual sehingga selama pandemi ini penjualan yang berkurang drastis. Ini yang membuat para pemasok roti enggan untuk membuat roti sementara waktu.


Sumber
side.idAvatar border
newsbolaskorAvatar border
kabarotocomAvatar border
kabarotocom dan 2 lainnya memberi reputasi
3
592
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan