- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Handsome Part 1


TS
rizadwi88
Handsome Part 1
Handsome part 1
Namanya Jo. Kakak kelasku.
Aku naksir dia saat pertama kali melihatnya di perpustakaan sekolah. Aku menyukainya saat satu payung dengannya menuju ke stasiun pulang sekolah. Dan ketika dia menemaniku sampai keretaku tiba, di saat itulah aku mulai merasakan ada benih-benih cinta. Ceileee ….
Dia sangat tampan. Asian looking. Seperti karakter di anime Jepang. Emm … bukan! Lebih tepatnya setipe karakter oppa-oppa yang ada di drakor favoritku. Dia 'cool' dan misterius. Itulah yang membuatku 'tergila-gila'.
Aku konyol? Mungkin.
***
Saat jam pulang, di perpustakaan sekolah.
Aku menjatuhkan sebuah buku saat mengambil sebuah Kamus di rak perpus. Terlihat buku itu ternyata Album Siswa tahun 2010.
Saat kupungut buku itu, tak sengaja salah satu lembarannya terbuka. Tampak satu foto siswa yang tak asing bagiku. Namanya pun sangat familiar.
Jonathan Ryu.
Itu Jo!!
Tapi bagaimana bisa?! Ini foto almamater sepuluh tahun yang lalu, sedangkan Jo itu kakak kelasku.
Di lembar berikutnya terdapat sebuah potongan artikel koran, yang membuatku hampir pingsan saat membacanya.
' … SEORANG SISWA SMA PELITA TEWAS TERTABRAK KERETA API SEPULANG SEKOLAH ….'
Ada fotonya juga. Dan itu jelas-jelas foto milik JO ...!!
'What the ....'
Kepalaku terasa berat, dadaku sesak. Jantungku berdetak tak menentu. Belum hilang rasa bingung ini, tiba-tiba saja terdengar sebuah suara yang memecah keheningan.
Tek! Tek!
Terdengar suara meja diketuk-ketuk dari arah kiriku. Di saat yang bersamaan, lampu perpus tiba-tiba meredup.
Aku tersentak kaget.
Mataku sontak menatap ke arah tersebut. Terlihat seseorang tengah duduk dengan posisi kepala menunduk di sana.
Perlahan dia menoleh ke arahku.
Astaga!
Ternyata dia Jo, tapi dengan penampilan mengerikan. Kepala hancur sebagian. Mata copot sebelah. Wajah mengelupas hingga terlihat tengkoraknya. Serta seragam yang berlumuran darah menghitam.
Perlahan dia berdiri, sambil menatap tajam ke arahku yang mulai membeku bagai batu.
"Kau--sudah--tau--sekarang … apa kau--masih naksir--aku?" Suaranya parau. Mengerikan.
Dia mulai berjalan terseok-seok mirip zombie menuju arahku.
Aku tercekat. Tak bisa teriak. Tak bisa bergerak. Keringatku bercucuran. Jantungku seperti mau copot.
Dia semakin mendekat. Bau amis menyengat.
Aku panik. Ada baiknya kalau aku pingsan saja!
Aku takuuuut ....
Kupejamkan mata, mulai berdoa sebisaku, saat terasa dia sudah ada di depan wajah. Ketakutan ini semakin menjadi. Jantung rasanya sudah tak terdengar lagi detaknya. Kaki mulai kebas.
Tapi … tiba-tiba aroma parfum Jo seketikamenyeruak. Wanginya menenangkan.
Dengan ragu-ragu, mataku terbuka sedikit dan terlihatlah Jo dengan wajah normalnya tengah tersenyum manis. Sangat tampan.
Sementara itu, aku masih syok.
Kakiku semakin gemetaran saat Jo mendekat. Semakin dekat dan mulai berbisik pelan di telinga.
"Riza … sepertinya aku mulai menyukaimu ...."
Mataku membelalak. Seiring dengan tenggorokan yang tercekat.
'Mati aku!!'
Seketika semua nampak gelap di sekeliling.
****
Semenjak pertemuanku yang menyeramkan dan membagongkan dengan Jo tempo hari yang lalu, aku sedikit menjaga jarak dengannya. Beberapa kali aku melihat 'penampakannya' di sudut perpus, di pojok kelasnya, dan juga di salah satu bangku di stasiun. Namun, aku pura-pura tak melihatnya. Padahal dengan jelas nampak senyuman manis nan menawan di wajahnya yang tampan.
Seketika aku bergidik ngeri saat teringat lagi akan wajah 'asli'nya yang ... hiiiii ....
***
Aku baru keluar dari sekolah saat jam 7 malam. Entah mengapa jalanan menuju stasiun malam ini begitu sepi, tak seperti biasanya.
Dari arah berlawanan terlihat sosok pria berjalan sempoyongan ke arahku. Mendadak aku merasakan panik dan ketakutan yang luar biasa. Kupeluk erat tas sekolah di depan dada, dan mempercepat laju kakiku.
Benar saja, pria asing itu mendekat dan berusaha mengganggu.
Aku ketakutan dan tanpa sadar terucap ... "Jo! Tolong akuu!!" pekikku tertahan sambil memejamkan mata.
Tiba-tiba pria tadi berteriak histeris. Aku terkejut dan melihatnya lari terbirit-birit.
Mendadak aku merinding disko. Jangan-jangan ....
Aku berbalik ke arah belakang, dan ternyata benar.
"Jo!! Stop it !" teriakku sambil memalingkan wajah, sesaat setelah melihat Jo yang sedang menampakkan wajah aslinya yang seram.
Rupanya pria tadi ketakutan gara-gara Jo.
Jo terkekeh.
Aku masih merengut.
"Gak mau bilang trima kasih, nih?" Suara Jo terdengar sangat kalem.
Lagi-lagi aku tersipu malu.
"I-itu -- aku ...." Aku tergagap.
Tiba-tiba Jo menyambar tanganku dan menggenggamnya dengan lembut.
"Aku antar kamu ke stasiun, ya ...," ucapnya lembut seraya menggandengku.
Punggungku seperti tersetrum. Pipi terasa panas. Jantung berdegup kencang.
Dalam malam terlihat bayangan Jo begitu indah.
***
Di stasiun, kami duduk berdampingan tanpa berbicara sedikitpun. Aku masih belum bisa mengatasi jantungku yang berdetak semakin kencang.
"Kamu sengaja menghindariku ya?" tanya Jo membuyarkan lamunanku.
"Eh, itu ... aku ...." Lagi-lagi aku tergagap. Tak tau harus berkata apa. Aku masih deg-degan.
"Maaf ya. Kamu pasti syok tau siapa aku sebenarnya ...." Jo mulai tertunduk.
"Eng-enggak kok. Aku cuma ga nyangka aja low kamu itu ternyata ..."
"Hantu ...." Jo memotong ucapanku.
Aku mengangguk rikuh.
Kulihat Jo tersenyum sangat manis. Lagi-lagi aku seperti meleleh melihat senyumnya. Sedikit terlupa kalau dia hanya arwah.
"Kamu masih suka aku, kan?" tanyanya tiba-tiba. Aku tersentak. Lalu sedikit nyengir.
"Kalau aku, masih sangat menyukaimu, Riz. Aku ga tau kenapa." Jo melanjutkan ucapannya sambil menatapku dalam. "Sejak melihat kamu berjalan masuk ke sekolah untuk pertama kalinya, enam bulan yang lalu, entah kenapa aku langsung suka kamu. Diam-diam aku mengikutimu yang selalu ke perpus, berjalan sendirian menuju stasiun, dan duduk di bangku ini. Aku selalu mengikutimu. Tapi aku baru berani menunjukkan diriku beberapa minggu yang lalu ...."
Jo terdiam sesaat. Membuang pandangannya ke arah depan.
"Dan saat kamu bilang kalau kamu naksir aku, aku seneng banget. Ternyata rasaku tak sia-sia. Tapi aku sadar, siapa aku ini. Mana mungkin hantu seperti aku, bisa bersatu dengan manusia seperti kamu. Apalagi melihat reaksimu yang ketakutan, aku bingung harus ngapain ...."
Mendengar kata-kata Jo, aku tak tahu harus berkata apa. Jujur aku bahagia mendengar kalau dia juga menyukaiku, tapi kondisi dia sekarang kan ....
"Mbak ...." Sebuah suara mengagetkanku.
Aku menengok. Seorang petugas stasiun berdiri di sampingku sambil menatap cemas ke arahku.
Mungkin dia pikir aku kurang waras terlihat bicara sendiri.
"Eh, iya, Pak ... ada apa ya?"
"Mbak, kereta yang biasanya gak bisa datang. Ada kereta yang anjlok di daerah kota. Mungkin mbak nya bisa pulang naik bis ...," jelasnya.
Aku hanya mengangguk.
Setelah petugas itu berlalu, aku menatap Jo yang masih menatapku dengan lembut.
Ya Tuhan ... tatapan itu ....
#bersambung
Namanya Jo. Kakak kelasku.
Aku naksir dia saat pertama kali melihatnya di perpustakaan sekolah. Aku menyukainya saat satu payung dengannya menuju ke stasiun pulang sekolah. Dan ketika dia menemaniku sampai keretaku tiba, di saat itulah aku mulai merasakan ada benih-benih cinta. Ceileee ….
Dia sangat tampan. Asian looking. Seperti karakter di anime Jepang. Emm … bukan! Lebih tepatnya setipe karakter oppa-oppa yang ada di drakor favoritku. Dia 'cool' dan misterius. Itulah yang membuatku 'tergila-gila'.
Aku konyol? Mungkin.
***
Saat jam pulang, di perpustakaan sekolah.
Aku menjatuhkan sebuah buku saat mengambil sebuah Kamus di rak perpus. Terlihat buku itu ternyata Album Siswa tahun 2010.
Saat kupungut buku itu, tak sengaja salah satu lembarannya terbuka. Tampak satu foto siswa yang tak asing bagiku. Namanya pun sangat familiar.
Jonathan Ryu.
Itu Jo!!
Tapi bagaimana bisa?! Ini foto almamater sepuluh tahun yang lalu, sedangkan Jo itu kakak kelasku.
Di lembar berikutnya terdapat sebuah potongan artikel koran, yang membuatku hampir pingsan saat membacanya.
' … SEORANG SISWA SMA PELITA TEWAS TERTABRAK KERETA API SEPULANG SEKOLAH ….'
Ada fotonya juga. Dan itu jelas-jelas foto milik JO ...!!
'What the ....'
Kepalaku terasa berat, dadaku sesak. Jantungku berdetak tak menentu. Belum hilang rasa bingung ini, tiba-tiba saja terdengar sebuah suara yang memecah keheningan.
Tek! Tek!
Terdengar suara meja diketuk-ketuk dari arah kiriku. Di saat yang bersamaan, lampu perpus tiba-tiba meredup.
Aku tersentak kaget.
Mataku sontak menatap ke arah tersebut. Terlihat seseorang tengah duduk dengan posisi kepala menunduk di sana.
Perlahan dia menoleh ke arahku.
Astaga!
Ternyata dia Jo, tapi dengan penampilan mengerikan. Kepala hancur sebagian. Mata copot sebelah. Wajah mengelupas hingga terlihat tengkoraknya. Serta seragam yang berlumuran darah menghitam.
Perlahan dia berdiri, sambil menatap tajam ke arahku yang mulai membeku bagai batu.
"Kau--sudah--tau--sekarang … apa kau--masih naksir--aku?" Suaranya parau. Mengerikan.
Dia mulai berjalan terseok-seok mirip zombie menuju arahku.
Aku tercekat. Tak bisa teriak. Tak bisa bergerak. Keringatku bercucuran. Jantungku seperti mau copot.
Dia semakin mendekat. Bau amis menyengat.
Aku panik. Ada baiknya kalau aku pingsan saja!
Aku takuuuut ....
Kupejamkan mata, mulai berdoa sebisaku, saat terasa dia sudah ada di depan wajah. Ketakutan ini semakin menjadi. Jantung rasanya sudah tak terdengar lagi detaknya. Kaki mulai kebas.
Tapi … tiba-tiba aroma parfum Jo seketikamenyeruak. Wanginya menenangkan.
Dengan ragu-ragu, mataku terbuka sedikit dan terlihatlah Jo dengan wajah normalnya tengah tersenyum manis. Sangat tampan.
Sementara itu, aku masih syok.
Kakiku semakin gemetaran saat Jo mendekat. Semakin dekat dan mulai berbisik pelan di telinga.
"Riza … sepertinya aku mulai menyukaimu ...."
Mataku membelalak. Seiring dengan tenggorokan yang tercekat.
'Mati aku!!'
Seketika semua nampak gelap di sekeliling.
****
Semenjak pertemuanku yang menyeramkan dan membagongkan dengan Jo tempo hari yang lalu, aku sedikit menjaga jarak dengannya. Beberapa kali aku melihat 'penampakannya' di sudut perpus, di pojok kelasnya, dan juga di salah satu bangku di stasiun. Namun, aku pura-pura tak melihatnya. Padahal dengan jelas nampak senyuman manis nan menawan di wajahnya yang tampan.
Seketika aku bergidik ngeri saat teringat lagi akan wajah 'asli'nya yang ... hiiiii ....
***
Aku baru keluar dari sekolah saat jam 7 malam. Entah mengapa jalanan menuju stasiun malam ini begitu sepi, tak seperti biasanya.
Dari arah berlawanan terlihat sosok pria berjalan sempoyongan ke arahku. Mendadak aku merasakan panik dan ketakutan yang luar biasa. Kupeluk erat tas sekolah di depan dada, dan mempercepat laju kakiku.
Benar saja, pria asing itu mendekat dan berusaha mengganggu.
Aku ketakutan dan tanpa sadar terucap ... "Jo! Tolong akuu!!" pekikku tertahan sambil memejamkan mata.
Tiba-tiba pria tadi berteriak histeris. Aku terkejut dan melihatnya lari terbirit-birit.
Mendadak aku merinding disko. Jangan-jangan ....
Aku berbalik ke arah belakang, dan ternyata benar.
"Jo!! Stop it !" teriakku sambil memalingkan wajah, sesaat setelah melihat Jo yang sedang menampakkan wajah aslinya yang seram.
Rupanya pria tadi ketakutan gara-gara Jo.
Jo terkekeh.
Aku masih merengut.
"Gak mau bilang trima kasih, nih?" Suara Jo terdengar sangat kalem.
Lagi-lagi aku tersipu malu.
"I-itu -- aku ...." Aku tergagap.
Tiba-tiba Jo menyambar tanganku dan menggenggamnya dengan lembut.
"Aku antar kamu ke stasiun, ya ...," ucapnya lembut seraya menggandengku.
Punggungku seperti tersetrum. Pipi terasa panas. Jantung berdegup kencang.
Dalam malam terlihat bayangan Jo begitu indah.
***
Di stasiun, kami duduk berdampingan tanpa berbicara sedikitpun. Aku masih belum bisa mengatasi jantungku yang berdetak semakin kencang.
"Kamu sengaja menghindariku ya?" tanya Jo membuyarkan lamunanku.
"Eh, itu ... aku ...." Lagi-lagi aku tergagap. Tak tau harus berkata apa. Aku masih deg-degan.
"Maaf ya. Kamu pasti syok tau siapa aku sebenarnya ...." Jo mulai tertunduk.
"Eng-enggak kok. Aku cuma ga nyangka aja low kamu itu ternyata ..."
"Hantu ...." Jo memotong ucapanku.
Aku mengangguk rikuh.
Kulihat Jo tersenyum sangat manis. Lagi-lagi aku seperti meleleh melihat senyumnya. Sedikit terlupa kalau dia hanya arwah.
"Kamu masih suka aku, kan?" tanyanya tiba-tiba. Aku tersentak. Lalu sedikit nyengir.
"Kalau aku, masih sangat menyukaimu, Riz. Aku ga tau kenapa." Jo melanjutkan ucapannya sambil menatapku dalam. "Sejak melihat kamu berjalan masuk ke sekolah untuk pertama kalinya, enam bulan yang lalu, entah kenapa aku langsung suka kamu. Diam-diam aku mengikutimu yang selalu ke perpus, berjalan sendirian menuju stasiun, dan duduk di bangku ini. Aku selalu mengikutimu. Tapi aku baru berani menunjukkan diriku beberapa minggu yang lalu ...."
Jo terdiam sesaat. Membuang pandangannya ke arah depan.
"Dan saat kamu bilang kalau kamu naksir aku, aku seneng banget. Ternyata rasaku tak sia-sia. Tapi aku sadar, siapa aku ini. Mana mungkin hantu seperti aku, bisa bersatu dengan manusia seperti kamu. Apalagi melihat reaksimu yang ketakutan, aku bingung harus ngapain ...."
Mendengar kata-kata Jo, aku tak tahu harus berkata apa. Jujur aku bahagia mendengar kalau dia juga menyukaiku, tapi kondisi dia sekarang kan ....
"Mbak ...." Sebuah suara mengagetkanku.
Aku menengok. Seorang petugas stasiun berdiri di sampingku sambil menatap cemas ke arahku.
Mungkin dia pikir aku kurang waras terlihat bicara sendiri.
"Eh, iya, Pak ... ada apa ya?"
"Mbak, kereta yang biasanya gak bisa datang. Ada kereta yang anjlok di daerah kota. Mungkin mbak nya bisa pulang naik bis ...," jelasnya.
Aku hanya mengangguk.
Setelah petugas itu berlalu, aku menatap Jo yang masih menatapku dengan lembut.
Ya Tuhan ... tatapan itu ....
#bersambung


bukhorigan memberi reputasi
1
338
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan