

TS
rizadwi88
Room Boy
#story
#room_boy
Keluargaku ingin menginap di hotel kecil di kota kami yang sedang memberi diskon besar-besaran. Ibuku yang sangat tergila-gila dengan segala sesuatu ber'bau' diskon, terlihat sangat antusias.
Aku sebenarnya keberatan. Namun, apalah daya, kalau ibu sudah bertitah, tak akan ada yang berani melawannya.
Semua berubah saat mata ini tak sengaja menangkap sosok pria yang sangat tampan. Dia memakai kemeja putih lengan panjang, celana bahan warna hitam, serta rompi vest hitam dan tengah berdiri di dekat tangga.
Aku yang ada di depan meja resepsionist, terpesona melihatnya. Dia tampan, garis wajah tegas, kulit putih, dan badan tinggi atletis.
"Mbak ... Mbak ...." Suara mas-mas resepsionis menyadarkan lamunanku.
"Eh, iya, Mas ... eh, keluargaku mana?" tanyaku kebingungan saat tahu aku sendirian.
Pria itu tertawa tertahan.
"Itu, Mbak ... sudah pada naik ke atas. Mbak-nya sih bengong mulu dari tadi," celetuknya.
Aku hanya nyengir. Bergegas aku menyusul keluargaku, sambil melirik ke arah tangga tadi, ternyata pria itu sudah pergi. Aku mendengkus kesal.
***
Ayah, Ibu, dan kakakku sedang menikmati fasilitas kolam renang hotel ini. Aku lebih memilih tiduran sambil bermain gawai sendirian di kamar.
Tok! Tok!
"Room service!" Suara seorang pria terdengar dari luar kamar.
Aku ingat tadi sempat memesan nasi goreng dan jus jeruk pada pihak hotel. Bergegas aku buka pintu. Seketika mulutku menganga melihat siapa yang berdiri di hadapanku.
Malaikat ganteng tanpa sayap!
Aku sungguh salah tingkah melihat pria itu berjalan santai memasuki kamar. Meletakkan nampan berisi pesananku di atas meja.
"Silahkan, Mbak ...," ucapnya sopan. Senyuman manisnya sukses membuatku lumpuh.
Ku lirik name tag-nya. Rafli namanya.
"Ma--makasih, M--Mas ...," jawabku tergagap.
Sial! Aku benar-benar mati gaya!
Dia kembali tersenyum dan berlalu begitu saja, padahal aku belum sempat memberinya tip. Aku benar-benar terhipnotis.
***
Esok harinya, aku duduk di lobi. Mataku liar mencari-cari sosok Rafli. Tapi nihil. Yang ku lihat hanyalah para room boy lainnya yang berseragam batik.
Ku hampiri meja resepsionis.
"Mas, kenal room boy ganteng yang namanya Rafli ga?" tanyaku.
Seketika wajah pria itu terlihat aneh.
"Mbak ketemu Rafli? Kapan?"
"Kemarin dia nganterin pesanan ke kamar."
"Serius?" Dia nampak gusar.
"Iya, kenapa sih?"
"A-nu, Mbak ... Rafli ... dia udah meninggal. Jatuh di tangga itu ... lehernya patah, kepalanya pecah ...."
Seketika lututku terasa lemas.
#end
#room_boy
Keluargaku ingin menginap di hotel kecil di kota kami yang sedang memberi diskon besar-besaran. Ibuku yang sangat tergila-gila dengan segala sesuatu ber'bau' diskon, terlihat sangat antusias.
Aku sebenarnya keberatan. Namun, apalah daya, kalau ibu sudah bertitah, tak akan ada yang berani melawannya.
Semua berubah saat mata ini tak sengaja menangkap sosok pria yang sangat tampan. Dia memakai kemeja putih lengan panjang, celana bahan warna hitam, serta rompi vest hitam dan tengah berdiri di dekat tangga.
Aku yang ada di depan meja resepsionist, terpesona melihatnya. Dia tampan, garis wajah tegas, kulit putih, dan badan tinggi atletis.
"Mbak ... Mbak ...." Suara mas-mas resepsionis menyadarkan lamunanku.
"Eh, iya, Mas ... eh, keluargaku mana?" tanyaku kebingungan saat tahu aku sendirian.
Pria itu tertawa tertahan.
"Itu, Mbak ... sudah pada naik ke atas. Mbak-nya sih bengong mulu dari tadi," celetuknya.
Aku hanya nyengir. Bergegas aku menyusul keluargaku, sambil melirik ke arah tangga tadi, ternyata pria itu sudah pergi. Aku mendengkus kesal.
***
Ayah, Ibu, dan kakakku sedang menikmati fasilitas kolam renang hotel ini. Aku lebih memilih tiduran sambil bermain gawai sendirian di kamar.
Tok! Tok!
"Room service!" Suara seorang pria terdengar dari luar kamar.
Aku ingat tadi sempat memesan nasi goreng dan jus jeruk pada pihak hotel. Bergegas aku buka pintu. Seketika mulutku menganga melihat siapa yang berdiri di hadapanku.
Malaikat ganteng tanpa sayap!
Aku sungguh salah tingkah melihat pria itu berjalan santai memasuki kamar. Meletakkan nampan berisi pesananku di atas meja.
"Silahkan, Mbak ...," ucapnya sopan. Senyuman manisnya sukses membuatku lumpuh.
Ku lirik name tag-nya. Rafli namanya.
"Ma--makasih, M--Mas ...," jawabku tergagap.
Sial! Aku benar-benar mati gaya!
Dia kembali tersenyum dan berlalu begitu saja, padahal aku belum sempat memberinya tip. Aku benar-benar terhipnotis.
***
Esok harinya, aku duduk di lobi. Mataku liar mencari-cari sosok Rafli. Tapi nihil. Yang ku lihat hanyalah para room boy lainnya yang berseragam batik.
Ku hampiri meja resepsionis.
"Mas, kenal room boy ganteng yang namanya Rafli ga?" tanyaku.
Seketika wajah pria itu terlihat aneh.
"Mbak ketemu Rafli? Kapan?"
"Kemarin dia nganterin pesanan ke kamar."
"Serius?" Dia nampak gusar.
"Iya, kenapa sih?"
"A-nu, Mbak ... Rafli ... dia udah meninggal. Jatuh di tangga itu ... lehernya patah, kepalanya pecah ...."
Seketika lututku terasa lemas.
#end


bukhorigan memberi reputasi
1
373
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan