- Beranda
- Komunitas
- News
- SINDOnews.com
Mahfuz Sidik: Sangat Mungkin Ada Basis Pemilih PKS Inginkan Ide Sama dengan Gelora


TS
sindonews.com
Mahfuz Sidik: Sangat Mungkin Ada Basis Pemilih PKS Inginkan Ide Sama dengan Gelora

JAKARTA - Sekretaris Jenderal Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Mahfuz Sidik mengakui sangat mungkin ada basis pemilih Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menginginkan ide yang sama dengan Partai Gelora. Dia tidak mempersoalkan pendapat pengamat politik dari Universitas Nasional (Unas) Robi Nurhadi yang mengibaratkan Partai Gelora dan PKS seperti petani menggarap sawah yang sama.
"Ada benarnya analisa itu. Karena Gelora itu berangkat dari ide moderasi pemikiran dan modernisasi model organisasi yang tidak diterima di lingkungan PKS. Sangat mungkin ada basis pemilih PKS yang justru menginginkan ide yang sama dengan Gelora," ujar Mahfuz Sidik kepada SINDOnews, Selasa (31/8/2021).
Dia menjelaskan, ide moderasi yang digagas Partai Gelora adalah pemikiran dan perjuangan politik yang bukan hanya mewakili kepentingan ummat, tapi bangsa secara keseluruhan. Jadi, lanjut dia, pemikiran yang inklusif dan tentu saja moderat. "Hal itu membutuhkan model organisasi yang terbuka dan demokratis, bukan dengan model tertutup dan teokratis," pungkasnya.
Baca Juga:
- Data Pengguna e-HAC Diduga Bocor, Kemenkes: Tidak Terkait di Aplikasi Pedulilindungi
- Kepala Daerah Korupsi, Mendagri: Gaji dan Tunjangan Tak Bisa Tutupi Biaya Politik Tinggi
- Jokowi: Pemerintah Upayakan Progam Vaksinasi bagi Pelajar secara Meluas
Baca juga: Ibarat Petani, Gelora-PKS dan Partai Ummat-PAN Garap Sawah yang Sama
Diketahui, Partai Gelora didirikan oleh para mantan petinggi dan kader PKS seperti M Anis Matta dan Fahri Hamzah. Sementara, Partai Ummat didirikan oleh pendiri PAN, M Amien Rais, yang didukung eks kader Partai Amanat Nasional (PAN). Soal hal ini, Robi Nurhadi mengatakan,"Ibarat petani, mereka menggarap sawah yang sama. Potensi suara Gelora berasal dari PKS, dan Ummat dari PAN. Jadi, potensi mengambil suaranya ada."
Robi mengatakan, fenomena "Internal Swing Voters" atau perpindahan suara dari partai-partai yang berasal dari "rumah" yang sama, berpotensi terjadi. Menurutnya, rumah PAN dan Ummat adalah Muhammadiyah, sedangkan rumah PKS dan Gelora adalah gerakan Tarbiyah.
"Kalau dilihat dari situasi sampai dengan Agustus 2021 ini, potensi Gelora mengambil suara PKS cukup berat, sebab PKS itu konsisten menjadi oposisi terhadap pemerintah. Tidak seperti PAN yang beberapa hari lalu bergabung dalam koalisi pemerintah, di saat tokoh-tokoh Muhammadiyah kritis kepada pemerintah. Jadi, Ummat lebih diuntungkan dibanding Gelora," jelasnya.
Hanya masalahnya, lanjut Robi, dari sisi internal, Gelora lebih diuntungkan dibanding Ummat. Faktor kepemimpinan Gelora dilihat lebih memiliki kekuatan "idyosincratic factors" dengan sistem partai terbuka, dibanding PKS. Sementara, di sisi Partai Ummat memiliki kesan sebagai partai dinasti, sehubungan masuknya anak, menantu Amien Rais dalam jajaran pimpinan utama, dibanding PAN yang lebih terkesan sebagai partainya artis.
"Karena itu, kedua partai tersebut harus memenangkan kelompok massa mengambang atau floating mass yang jumlahnya hingga 30 sampai dengan 40 persen suara pemilih. Memenangkan kelompok floating mass hari ini dengan dua cara, yaitu jadilah partai tengah dan menangkan ruang publik melalui socmed," pungkasnya.
Sumber : https://nasional.sindonews.com/read/...ent_aggregator
---
Kumpulan Berita Terkait :
-

-

-

0
567
11


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan