- Beranda
- Komunitas
- News
- SINDOnews.com
Lanskap Terjal Benowo, Kehidupan Bersih dan Pendulang Energi


TS
sindonews.com
Lanskap Terjal Benowo, Kehidupan Bersih dan Pendulang Energi

SURABAYA - Kemacetan dan sampah menjadi persoalan klasik yang selalu terjadi di kota maju. Satu lompatan cadas dilakukan Kota Surabaya ketika memutuskan mengolah sampah menjadi energi listrik yang membuat benderang perkampungan dan mengubah perwajahan kota.
Baca juga: Presiden Joko Widodo Apresiasi Pemko Surabaya Realisasikan PSEL di TPA Benowo
Langit Surabaya masih memerah ketika sisa senja perlahan pergi. Barisan Burung Cangak Abu membentul formasi panjang dan terbang datar dengan meninggalkan pematang ke arah barat. Ilalang kering berhamburan, menyapa kemarau yang tak kunjung lekang.
Baca Juga:
- Penyelidikan Dugaan Korupsi RSUD Wonosari Jalan di Tempat, Tersangka Jadi Pejabat
- Memilukan, Rumahnya Ludes Terbakar Pasutri di Pangandaran Jadi Pengungsi
- Toraja Utara Geger, Pria Asal Medan Mengamuk di Tengah Jalan Bawa Sajam
Sampah Kota dan Kolaborasi Teknologi
Sampah juga merevolusi berbagai sektor untuk bertumbuh. Pengelolaan yang tepat membawa dampak besar bagi kelangsungan hidup manusia. Keberadaan sampah kini bukan lagi mempersoalkan baunya, namun manfaat yang bisa dimaksimalkan oleh masyarakat.
Persoalan sampah mulai dari hulu sampai hilir mulai dipecahkan. Di Surabaya, dari sampah-sampah yang ada di tiap rumah, para warga bisa memakainya untuk biaya sekolah maupun membayar moda transportasi umum.
Sejak di rumah-rumah warga, perjalanan sampah sudah diatur untuk bisa dimaksimalkan. Perjalanan dengan rute paling panjang nantinya akan berakhir di PSEL yang diubah menjadi listrik.
Baca juga: Olah Sampah Jadi Listrik, Jokowi: Surabaya Wujudkan Impian Saya
Annisatul Jannah (38) salah satu warga Dukuh Tembok selalu datang ke tempatnya bekerja di Jalan A Yani dengan mengunakan Suroboyo Bus. Ia hanya bermodal dua botol plastik bekas untuk bisa mengantarkannya setiap hari ke tempat kerja yang berjarak 26 km. "Di dalam bus sudah ada tempat mengumpulkan sampah, sekali perjalanan dua botol plastik ukuran besar," katanya.
Dua anaknya yang kini duduk di bangku sekolah dasar dan taman kanak-kanak juga tak lagi membayar biaya sekolah. Sebab, tiap hari ia sudah memiliki tabungan sampah di kelurahan. Tabungan sampah itu bisa dicairkan untuk biaya sekolah anak. "Jadi nggak ada sampah yang terbuang, semuanya jadi uang," jelasnya.
Masyarakat Surabaya juga lega ketika sampah yang menumpuk di TPA Benowo sudah ada solusi jangka panjangnya. Sampah yang mengunung itu menjadi penemuan energi baru. Harapan itu membuncah ketika persoalan sampah bisa diatasi dan energi baru bisa diperoleh untuk kemakmuran negeri.
Baca juga: Olah Sampah Jadi Listrik, Jokowi: Kota Lain Tak Usah Ruwet, Tinggal Tiru Surabaya
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri merasa senang ketika PSEL berbasis teknologi ramah lingkungan di Benowo sudah berjalan. Saat meresmikan serta melihat langsung PSEL beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi menuturkan, peraturan Presiden (PP) terkait percepatan pembangunan instalasi PSEL ini telah disiapkannya sejak 2018. PP No. 35/2018 tersebut, diterbitkannya sebagai landasan hukum bagi pemerintah daerah yang ditunjuk agar mempercepat realisasi pembangunan instalasi PSEL.
"Karena pengalaman yang saya alami sejak tahun 2008, masih jadi wali kota, kemudian gubernur, kemudian Presiden, tidak bisa merealisasikan pengolahan sampah dari sampah ke listrik, seperti yang sejak dulu saya inginkan di Kota Solo waktu menjadi wali kota," kata Presiden Jokowi.
Baca juga: Dari Sampah Puluhan Tahun Bau, PSEL Benowo Akhirnya Menemukan Cahaya Listrik
Ia menambahkan, dahulu pemerintah daerah masih takut untuk bergerak merealisasikan pembangunan instalasi PSEL tersebut. Selain dikarenakan belum adanya payung hukum yang jelas, ditambah lagi dengan kendala mengenai PP pengelolaan barang milik daerah.
"Tapi memang kecepatan bekerja Pemerintah Kota Surabaya patut kita acungi jempol. Sehingga ini selesai yang pertama dari tujuh kota yang saya tunjuk lewat Peraturan Presiden. Ini yang pertama jadi," katanya.
Presiden Jokowi menyatakan, dari tujuh kota/kabupaten yang ditunjuk di dalam PP No. 35/2018, hanya Surabaya yang telah mampu menyelesaikannya. Sementara bagi daerah lain, masih maju mundur terkendala masalah tipping fee hingga urusan barang milik daerah.
Ia menegaskan, bahwa urusan sampah bukan hanya sekadar mengolah sampah itu menjadi sumber energi listrik. Tapi hal ini juga berkaitan dengan urusan kebersihan kota. Makanya, ia kembali mengapresiasi langkah cepat Pemkot Surabaya dalam mempercepat realisasikan pembangunan instalasi PSEL berbasis teknologi ramah lingkungan. "Nanti kota-kota lain akan saya perintah untuk sudahlah tidak ruwet-ruwet (ribet-ribet), pakai ide-ide. Lihat saja di Surabaya, tiru copy," jelasnya.
Baca juga: Banyak Kota Kewalahan Urus Sampah, La Nyalla Sebut PSEL Benowo Bisa Jadi Contoh
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengatakan, TPA di Benowo Surabaya ini sudah beroperasi sejak 2001. Saat itu, volume sampah yang masuk dan bisa diolah di TPA seluas 37,4 hektar ini mencapai sekitar 1.600 ton/hari.
"Tapi karena pemkot ingin melakukan pengolahan secara efektif, maka peran serta masyarakat kita tingkatkan dengan 3R (reduce, reuse, dan recycle). Sehingga itu dapat mengurangi sampah yang masuk ke TPA Benowo sampai 20 persen," kata Eri.
Namun begitu, pihaknya masih ingin lebih efektif lagi dalam mengatasi masalah manajemen pengelolaan sampah. Karena itu kemudian, Pemkot Surabaya menggandeng kerjasama dengan PT. Sumber Organik. Hasil kerjasama inipun akhirnya menghasilkan energi listrik 11 megawatt. Dengan rincian, 2 megawatt melalui metode Landfill Gas Power Plant dan 9 megawatt dari Gasification Power Plant.

Lingkungan Terjaga, Energi Baru Diperoleh
Tantangan kota maju tak hanya kuat dalam pembangunan infrastruktur, namun juga seimbang dalam menjaga lingkungan. Ruang terbuka hijau (RTH) yang tetap dijaga di Kota Surabaya menjadi modal penting dalam mempertahankan keseimbangan kehidupan, termasuk bisa memperoleh energi baru yang bermanfaat bagi warganya.
Presiden Jokowi pun berkali-kali menyampaikan bahwa kota besar di Indonesia memang tengah menghadapi permasalahan sampah yang cukup krusial. Pasalnya, sampah tersebut tak hanya akan menimbulkan pencemaran lingkungan, tetapi juga akan menghasilkan lindi yang berdampak terhadap penurunan kualitas air.
Baca juga: Presiden Jokowi Hari Ini Dijadwalkan Resmikan PSEL Benowo
Keberadaan PSEL di kawasan Benowo yang tengah beroperasi ini juga menggandeng beberapa tenaga ahli dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Mereka adalah Prof Ir Joni Hermana MScES PhD (Teknik Lingkungan), I Dewa Ayu Agung Warmadewanthi ST MT PhD (Teknik Lingkungan), Ary Bachtiar Krishna Putra ST MT PhD (Teknik Mesin), Dimas Anton Asfani ST MT PhD (Teknik Elektro), Ir Mudji Irmawan Arkani MT (Teknik Sipil), dan Hendra Cordova ST MT (Teknik Fisika).
I Dewa Ayu Agung Warmadewanthi, salah satu anggota Tim ITS yang terlibat dalam PSEL Benowo menuturkan, permasalahan sampah di Surabaya waktu itu cukup akut. Menyadari bahwa jumlah sampah terus meningkat dan lahan TPA Benowo yang tidak mampu menampungnya, maka sejak 2010 konsep Waste to Energy mulai digagas Pemkot Surabaya dengan menggandeng ITS untuk penanganan teknologi serta segala sesuatu yang berkenaan dengan hal teknis. "Inilah implementasi konsep public private partnership dalam bidang infrastruktur persampahan yang pertama kali diterapkan di Indonesia," kata Wawa, panggilan akrabnya.
Dosen Departemen Teknik Lingkungan itu menambahkan, pemilihan teknologi dengan konsep gasifikasi memang menimbulkan banyak pro dan kontra di masyarakat. Pembakaran sampah dengan konsep gasifikasi ditakutkan akan menghasilkan gas yang bersifat racun dan mencemari lingkungan. "Selain itu, sistem pengelolaan sampah tanpa pemilahan dan kadar air sampah yang cukup tinggi ditakutkan akan gagal diolah dengan metode pembakaran ini," ungkapnya.
Baca juga: Ibu dan Anak Gadisnya Ditelanjangi dan Dibunuh, Suami Korban Bawa Caddy Golf Seksi Jadi Saksi
Berkaitan dengan teknologi ini, ITS bersama Pemkot Surabaya memberikan masukan kepada PT. Sumber Organik tentang apa yang harus dilakukan secara ideal agar pengolahan sampah dengan konsep gasifikasi ini dapat berjalan dengan baik.
Alumnus National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) ini menambahkan, pengolahan yang diharapkan dapat menghasilkan energi listrik sebesar 9 MW ini nantinya akan menambah energi listrik sebesar 2 MW yang sudah dihasilkan oleh pemanfaatan methane gas dari landfill di TPA Benowo. Wawa berharap PSEL ini mampu mereduksi sampah yang ditimbun ke lahan TPA Benowo. Kontribusi masyarakat Kota Surabaya pun diharapkan agar teknologi ini dapat beroperasi secara berkelanjutan.
Ke depan, harapannya teknologi ini akan berhasil mewujudkan Surabaya sebagai kota dunia yang maju, humanis, dan berkelanjutan. Keseimbangan dalam menjaga lingkungan serta teknologi yang tepat bisa memperoleh benefit yang banyak, termasuk energi baru yang bisa dimanfaatkan masyarakat.
Kehadiran energi yang dihasilkan dari sampah kini membangkitkan berbagai sektor. Memantik perubahan besar yang terjadi di kota maju serta memastikan masyarakat tetap sehat dan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Sumber : https://daerah.sindonews.com/read/52...ent_aggregator
---
Kumpulan Berita Terkait :
-

-

-

0
1.2K
12


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan