Kaskus

News

volcom77Avatar border
TS
volcom77
Napak Tilas Rute Pelarian Raden Wijaya ke Madura
Napak Tilas Rute Pelarian Raden Wijaya ke Madura

Kerajaan Singhasari yang didirikan Ken Angrok ternyata hanya sampai pada tahun ke 70. Kejayaannya berakhir pada tahun 1292 Masehi akibat serangan dari raja kerajaan bawahannya sendiri, yakni Glang glang yang dipimpin Jayakatwang. Prasasti Singhasāri (Gajah Mada) yang bertarik 1351 M menyebarkan bahwa serangan Jayakatwang ini dilancarkan pada bulan Jyesta 1214 Saka atau antara pertengahan bulan Mei dan pertengahan bulan Juni 1292 Masehi.

Sisa reruntuhan kerajaan Glang glang bisa ditemukan di dusun Gelang dan dusun Ngrawan, Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun. Adalah sosok adipati Songeneb Arya Wiraraja yang ikut mendalangi kisah yang mengharu biru layaknya sinetron silat ini.

Pada masa pemerintahan ayahanda Kertanegara, yakni Wisnuwarddhana, Arya Wiraraja adalah pejabat penting berpangkat demung atau penasehat pertahanan dan keamanan di pura kerajaan. Negarakretagama dan Kidung Panji Wijayakrama menyebut Arya Wiraraja sebagai tokoh wreddhamantri yang memiliki pengetahuan politik dan internasional yang bagus. Tak heran karena mendapatkan penghargaan dan kedudukan yang tinggi sejak usia muda.

Kertanegara menurunkan pangkatnya menjadi hanya bupati Songeneb dan mengeluarkannya dari lingkaran dalam istana. Arya Wirarajaya yang sakit hati pada Kertanegara mengetahui bahwa Jayakatwang sedikit memiliki banyak warisan dendam sejarah masa lalu terhadap Kertanegara.

Arya Wiraraja menghasut Jayakatwang dengan mengirim surat yang bunyinya lebih kurang sebagai berikut: “Patik kepada sang prabu. Padunata dapat disamakan dengan orang yang berburu. Sekarang inilah saat yang paling baik dan paling tepat. Tegal sedang tandus, tidak ada rumput, tidak ada ilalang, daun-daun sedang gugur berhamburan di tanah. Bukitnya kecil-kecil, jurangnya tidak berbahaya. Satu-satunya yang tinggal adalah seekor harimau yang sudah tua renta, yakni pu Raganatha.”

Awalnya Jayakatwang ragu karena tidak merasa diperlakukan dengan sangat baik oleh Kertanegara. Namun patihnya yang bernama Mahisa Mundarang ikut mengompori bahwa leluhur Jayakatwang; “Prabhu Dangdang Gendis (Kertajaya), binasa akibat seorang petani dari Pangkur, anak Ni Ndok. Dia itulah raja Singhasari yang pertama dan bergelar Raja Rajasa”.Jayakatwang akan diingatkan sebagai kewajibannya untuk kekalahan tersebut dan membangun kembali kerajaan Kadiri.

Diantara Glang glang (Madiun) dan Singhasari (Malang) terdapat pembatas alam berupa gunung Wilis, sehingga mendapatkan jalan lurus ke timur. Pasukan yang menyerbu Singhasari dibagi dua, yaitu pasukan yang melewati jalur selatan yang dipimpin langsung oleh patih utama Kebo Mundarang, dan pasukan pancingan yang mengambil rutei utara gunung Wilis pimpinan senapati Jaran Guyang dengan dibantu oleh Bango Dolok, Prutung, Pencak Sahang, Licing Kangkung, dan Kampinis.

Kidung Harsawijaya menambahkan bahwa pasukan sampai di Jurang Ansoka, sebuah daerah jajahan Singhasari, setelah tujuh hari perjalanan dan sebelum gelap sampai di Kali Turan untuk berhenti memasang tenda. Keesokan harinya, melewati Desa Wewedon, yaitu Bukit Wedon sekarang di desa Turirejo, Kecamatan Lawang, 9 km di sebelah utara Singosari, lalu sampai di desa Měměling, yang tidak lain adalah dusun Meling desa Bedali, 6 Km di utara Singosari. Mereka berhenti di tempat ini dan membuat kegaduhan dengan membunyikan macam-macam gong, bende dan panji-panji perang.

Rakyat Desa Měměling menjadi ribut, lari ketakutan sambil bertubi-tubi membunyikan titir tanda bahaya akan datangnya musuh.

Menurut prasasti Kudadu, saat mendengar pasukan Jayakatwang telah sampai di daerah Jasun Wungkal, raja Singhasari Kertanegara segera mengutus Nararya Sanggramawijaya, atau yang lebih dikenal dengan nama Raden Wijaya, untuk melawannya. Ikut bersama rombongan Raden Wijaya, menantu Kertanegara bernama Ardharaja yang adalah anak kandung Jayakatwang. Entah apa dasar pertimbangan Kertanegara ikut mengirimkan Ardharaja untuk menghadapi ayahnya sendiri.

Jasun Wungkal secara harfiah berarti bawang Batu. Jasun adalah bawang dan wungkal artinya batu. Ada yang berpendapat bahwa Jasun Wungkal sekarang bernama desa Watukosek yang berada di kecamatan Gempol kabupaten Pasuruan. pendapat lain menyatakan bahwa Jasun Wungkal adalah dusun Bangkal kecamatan Ngoro kabupaten Mojokerto. Akan tetapi bangkal sendiri artinya adalah pangkal, tentunya berbeda dengan Wungkal yang artinya batu. Watukosek mendekati kebenaran hanya perlu penelitian lebih lanjut mengapa Bawang Batu bisa berubah menjadi Watukosek.

Pertempuran pecah pertama kali di Kedung Peluk yang berakhir dengan kemenangan Raden Wijaya. Pasukan Glang glang mundur kembali ke arah utara.

Terdapat sebuah desa bernama Kedung Peluk di kecamatan Candi Sidoarjo, namun tempat ini terlalu jauh di utara. Kedung Peluk sesuai isi prasasti yang seharusnya berada di antara kecamatan Singosari Malang dan kecamatan Gempol Pasuruan. Untuk sementara tempat ini belum ditemukan.

Raden Wijaya mengejar hingga ke Lembah, namun tidak menemukan keberadaan musuh di wilayah itu.

Lembah masih harus dicari lokasinya. Ada sebuah desa bernama Lemahbang, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan yang berteman dengan Lembah, namun pendapat ini masih harus dibuktikan kebenarannya.

Perburuan terus berlanjut hingga terdeteksi lokasi pasukan musuh di Batang dan lagi-lagi pasukan musuh kabur. Batang pun sementara ini juga masih belum ditemukan.

Di barat Kapulungan, perang tak dapat dihindari lagi. Bentrokan dahsyat menyebabkan banyaknya korban jiwa dan korban luka dari pihak Glang glang. Pasukan Glang-glang mundur lagi sehingga semakin jauh dari Singhasari.

Untuk mengunjungi Kapulungan tidak terlalu sulit, karena sampai saat ini masih ada Desa Kepulungan, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan yang terletak di utara Kecamatan Singosari dan sebelah selatan Desa Carat yang merupakan toponimi Rabut Carat.

Tiba-tiba tersiar kabar mengejutkan dari ibu kota. Secara tidak terduga, musuh juga menghantam Singhasari dari arah selatan dan berhasil menembus tembok istana.

Perlu diketahui bahwa setelah Raden Wijaya dan pasukannya bergerak ke utara meninggalkan Singhasāri, raja tidak mengatakan bahwa tentara Singhasari cukup kuat mengalahkan tentara Glang glang. Oleh karenanya ia segera memerintahkan Kebo Anengah untuk mengirim pasukan tambahan menyusul ke Měměling. Mpu Adhyaksa Raganatha dan menteri Angabhaya Wirakerti mengingatkan Kertanegara bahayanya semua kekuatan di utara karena Singhasāri menjadi kosong. Namun raja memperhatikan nasehat tersebut.

Pasukan Glang glang yang muncul dari selatan bergerak diam-diam dengan tidak membawa bunyi-bunyian dan bendera-bendera. Mereka melalui pinggir Aksa (Sungai Lekso di sebelah timur Blitar yang merupakan perbatasan Janggala dan Kadiri), Lawor (mungkin Lahor sekarang) dan terus menuju Sridahabhawana untuk selanjutnya sampai ke Singhasāri.

Kertanagara yang tengah berada di dalam pura bersama patih Anragani sangat terkejut, tidak berapa lama datanglah pu Raganatha dan Wirakerti melaporkan bahwa pasukan musuh sudah ada di Manguntur.

Kidung Harsawijaya menceritakan tentang Raganatha dan Wirakerti yang memberi nasihat kepada raja, “Terkutuklah bagi seorang raja bila sampai mati di tempat keputrian. Marilah bersama-sama kami, Tuanku mengadakan perlawanan.” Kali ini Kertanagara mendengarkan penasehatnya walaupun terlambat karena tentara musuh sudah mendekat. Prabu Kertanagara, Mpu Adhyaksa Raganatha, menteri Angabhaya Wirakerti beserta Patih Angarani, melawan hingga gugur sebagai ksatria melawan musuh.

Jelas sudah bahwa siasat jebakan jayakatwang memancing Raden Wijaya untuk menjauh dari Singhasari berhasil dengan gemilang.

Kembali ke utara, gerak ofensif pasukan raden Wijaya harus berakhir di rabut Carat. Musuh dari arah barat hampir tumpas saat terlihat bendera musuh berkibar-kibar di sebelah timur; Haniru, merah dan putih warnawarni. Melihat panji-panji ayahnya itu, Sang Ardharaja menyarungkan senjata, lalu membawa diri menuju Kapulungan. Cara sekarang ini adalah sebuah desa di kecamatan gempol kabupaten Pasuruan.

Pengkhianatan ini mengganggu keseimbangan pasukan Raden Wijaya dan merusak strategi yang dijalankan. kekuatan pasukan menjadi berkurang drastis. Namun demi bhaktinya kepada kertanegara, Raden Wijaya dan pasukannya yang mengumpulkan 600 orang tetap tinggal di rabut Carat dan selanjutnya bergerak ke utara hingga di Pamwatan Apajeg di seberang sungai utara. Berdasarkan toponimi, saat ini masih terdapat Desa Pamotan di Porong, Kabupaten Sidoarjo, yang lokasinya berada di utara Desa Carat, sehingga sesuai dengan berita pada prasasti.

Pagi hari buta, secara tak terduga musuh datang menyergap. Pertempuran ini menyebabkan jumlah kekuatan Raden Wijaya semakin berkurang karena selain jatuh korban, sebagian anggota pasukan lain meninggalkan raden Wijaya.

Sang pemburu kini berbalik menjadi buruan.

Raden Wijaya terpaksa meminta diri ke Terung guna meminta bantuan akuwu Terung bernama Rakryan Wurwagraja yang dulu dilantik oleh Kertanegara. Ia berharap akan mendapat bantuan dari sekitar timur Terung. Para pengikut pun ikut senang atas rencana ini. Di masa sekarang, lokasi ini terdeteksi bernama Terung Kulon dan Terung Wetan di Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo. Posisinya terletak di arah barat laut Desa Pamotan.

Perjalanan ke Kuwalan dilakukan dengan diam-diam di malam hari untuk mengelabui musuh. Sayang sesampainya di sana, mereka justru bertemu dengan pasukan musuh yang jumlahnya sangat banyak.

Berkat besar, Kulawan saat ini terletak di Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo. Mengapa terletak di Tulangan? Karena dalam prasasti disebutkan bahwa rencana ke Terung gagal karena bertemu musuh di Kulawan, sehingga pasukan Raden Wijaya berbelok ke utara menuju Kembangsri

Raden Wijaya menghindari kejaran dengan melarikan diri ke arah utara menuju Kembangsri. Kembangsri ternyata tidak aman, sehingga dengan tergopoh-gopoh raden Wijaya dan pengikutnya tidak menyeberang sungai. Banyak yang tewas hanyut di sungai dan dikejar-kejar musuh lalu ditusuk tombak. Mereka yang selamat berlarian tak tentu arah tercerai berai.

Secara toponimi, di sebelah utara kecamatan Tulangan terdapat desa bangsri di Kecamatan Sukodono kabupaten Sidoarjo. Sungguh kebetulan di desa bangsri ini kini masih terdapat sungai Kali Brantas.

Jumlah pengikut kini hanya tersisa 12 orang saja, diantaranya adalah Lembu Sora, Ranggalawe, Nambi, Dangdi, Banyak Kapok, Pedang, Mahisa Pawagal, Pamandan, Gajah Pagon dan Wiragati. Gajah Pagon yang terluka tertusuk tombak dititipkan pada kepala desa Pandakan.

Rombongan sampai di Kudadu di siang hari dalam keadaan letih, lapar dan sukhaekha. Ternyata kepala desa Kudadu masih setia pada kertanegara sehingga selain makan dan minum, mereka juga menemukan tempat persembunyian yang aman agar tidak ditemukan musuh. Tak sampai di situ, kepala desa Kudadu bahkan mengantarkan Wijaya sampai ke Rǝmbaṅ, untuk kemudian perahu menyeberang ke Pulau Madura.

Bila Kermbangsri sama dengan Bangsri, maka Kudadu mungkin sama dengan desa Bringinbendo atau desa Sambibulu atau desa Gilang yang terletak di antara bangsri dan Rembang.

Adapun Rembang secara toponi dapat diperkirakan sebagai desa Krembangan kecamatan Taman kabupaten Sidoarjo yang terletak di utara Bangsri. Selain itu, krembangan juga terletak di dekat Kali Mas, yakni sungai Brantas yang mengalir menuju kota Surabaya dan akhirnya bermuara di selat Madura. Artinya desa Krembangan sangat cocok sebagai lokasi Rembang yang tercatat dalam prasasti Kudadu.

Kisah perjuangan Raden Wijaya ini tertulis secara panjang lebar di bagian sambadha prasasti tembaga (tamra praasti) yang ditemukan di lereng gunung Buthak yang masuk dalam jajaran pegunungan Putri Tidur di wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Malang.

Prasasti Kudadu atau dikenal juga sebagai Prasasti Gunung Buthak ini dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa dan bertarikh 1216 Saka atau bertepatan dengan 11 September 1294 Masehi.


Aksara yang digunakan adalah Aksara Kawi Majapahit. Prasasti ini diterjemahkan oleh JLA Brandes di dalam catatan-catatan edisinya mengenai Pararaton.


Quote:
Diubah oleh volcom77 11-10-2021 13:14
jazzcousticAvatar border
jazzcoustic memberi reputasi
1
1.3K
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan