Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

gangel160487Avatar border
TS
gangel160487
Hegemoni film superhero Marvel dan pesaing DC
Hegemoni film superhero Marvel dan pesaing DC

Melihat trend 10 hingga 12 tahun belakang, dunia layar lebar selalu diramaikan dengan berbagai film adaptasi Marvel dan DC, walaupun ada beberapa yang diluar itu tapi kurang memorable. Dan dari sekian banyak film, Marvel dan DC Comics masih memegang peran dominan dalam menghasilkan film bertemakan superhero. Kesamaan tema dan jadwal tayang yang cenderung berdekatan, membuat film keluaran dua raksasa komik ini jadi sasaran empuk untuk di perbandingkan. Tapi kalau melihat ulasan dari Marvel vs DC, kayaknya banyak banget penonton yang merasa film adaptasi Marvel jauh lebih bagus daripada film pesaing utama yaitu DC.
Penilaian ini tentu gak keluar sembarangan. Ditilik dari berbagai parameter seperti pendapatan kotor sampai rating di Rotten Tomattoes, film dari DC memang masih kalah dibanding Marvel. Padahal kalau baca komiknya, baik Marvel maupun DC sama-sama punya plot dan tokoh yang menarik. Jadi kenapa misalnya, Justice League dinyinyir habis-habisan sementara The Avengers dipuja-puja?

Tapi apakah benar MCU selalu lebih digdaya vs DC? Semua itu sebenarnya kembali ke selera dan trend penonton?
Pandemi C-19 yang dimulai dari akhir 2019, telah menyebabkan disrupsi atau pergeseran di berbagai sisi kehidupan, tidak terkecuali di industry perfilman, dimana terjadi pergeseran dari dahulu penonton yang menonton di cinema atau bioskop beralih ke layanan streaming.
Masih segar di ingatan kita, dimana fans superhero sedang ramai-ramainya membahas tentang film Justice League Snyder Cut.  Banyak fans yang menyuarakan protes kepada pihak studio agar merilis JL versi Synder Cut. Apalagi, versi Snyder ini sudah setara dengan The Avengers milik Marvel, karena mampu menciptakan Snyder Universe yang cukup berbeda dari MCU.

Supaya lebih mudah memahami, kita balik mundur ke beberapa tahun silam. Tepatnya tahun 2008, saat Marvel pertama kali memulai Phase satu dari Marvel Cinematic Universe.
Saat itu, Ironman menjadi film pertama MCU yang terbilang sangat cukup berhasil (walaupun sebenarna MCU pertama seharusnya dimulai dari film Hulk). Kesuksesan tersebut diikuti oleh film solo berbagai karakter hingga terciptalah Marvel Cinematic Universe atau MCU.
MCU lebih merupakan timeline alias garis waktu dimana para superhero muncul dan saling terkait satu sama lainnya. Para Superhero itu berkumpul menjadi satu dalam sebuah film bernama The Avengers.

Saat ini, Marvel sudah memulai Phase 4 dengan serial WandaVision dan serial yang sedang tayang What If yang semua serial tersebut di streaming.
Lalu, bagaimana dengan DC Comics, superhero yang dikenal dengan dark tone nya.
Dalam dunia film, DC Comics berjalan stagnan. Tidak seperti Marvel yang memang menyiapkan timeline superheronya secara pasti.

DC Comics lebih banyak "reboot" setiap film yang dikeluarkannya. Contohnya saja, sudah berapa kali aktor yang bermain menjadi Batman?
Konten Sensitif

Semesta film DC Comics sebenarnya sudah terbentuk sejak Henry Cavill berperan sebagai Superman. Ini pun sebenarnya juga reboot Superman yang kesekian kalinya.
Di saat semua orang berpikir, DC Comics sudah mulai menyaingi MCU. Nyatanya penonton haruslah kecewa.

Perubahan itu saat proyek film Justice League tahun 2017 lalu, saat sutradara film Zack Snyder berduka dan memutuskan mundur dalam proyek ini. Padahal, proses shooting sudah dipertengahan jalan. WB yang tidak mau kehilangan momentum lalu mengalihkan proses sutradara ke Joss Whedon, yang juga menjadi sutradara The Avengers milik Marvel.
Saat itu, harapan pecinta film sangat tinggi, mengingat Joss Whedon yang sudah terkenal oleh MCU dan  The Avengers. Fans berharap hal itu juga berlaku untuk Justice League.

Realitanya, hasil Joss Whedon dikritik banyak orang. Film itu mendapatkan review buruk dan rating rendah. Gara-gara hal ini, fans meminta pihak studio untuk menayangkan cerita asli versi Snyder karena mereka yakin versi ini lebih baik daripada Joss Whedon.
Menurut penulis wajar JL versi Joss Whedon menjadi flop di pasaran, karena terlalu memaksakan tone MCU ke DC yang memang sudah terbentuk lebih dark dan surealis.
Beberapa waktu lalu, melalui layanan streaming, JL versi Snyder Cut tayang. Hasilnya, para fans DC Comics sangat bergembira. Banyak fans yang merasa puas dengan JL versi tersebut. 
Hal tersebut juga terjadi juga dengan Suicide Squad lama yang terlalu memaksakan humor, seksism dan juga sound track yang mendominasi serta eksplorasi karakter yang kurang tepat.

Kabarnya, saking gembiranya fans DC terhadap JL Synder, situs HBO sampai jebol karena banyak yang mengakses ingin melihat film satu ini. Film ini menurut para fans, memiliki kualitas cerita yang lebih menarik, CGI yang lebih berkualitas dan lebih matang dari sisi konsep.
Bahkan kini fans menuntut pihak studio untuk melanjutkan Snyderverse alias universe versi Snyder. Dengan universe versi Snyder ini, fans berharap kebanggaan DC Comics bisa terangkat kembali untuk saingi Marvel.

Mereka pun menyampaikan dengan gembiranya di beberapa forum digital, mereka dengan tangan terbuka menerima fans baru usai menonton film JL versi Snyder Cut. Terutama fans Marvel yang kini mulai menyukai DC Comics.
Semua ini mungkin merupakan pergeseran dari penonton yang dahulu menyukai tema ringan dan “colorful” dari MCU, ke tema surealis realistis dari DC dimana menggambarkan dunia dystopia, superhero yang kehilangan tujuan, dan tone yang lebih dark. Penonton mungkin sudah cukup jenuh dengan tema jenaka dan penuh warna MCU?

gang60487900Avatar border
read51843848Avatar border
read51843848 dan gang60487900 memberi reputasi
2
2K
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan