- Beranda
- Komunitas
- Cinta Indonesiaku
Tanaka Mitsuyuki, Prajurit Jepang yang Berjuang untuk Kemerdekaan Indonesia


TS
dsturridge15
Tanaka Mitsuyuki, Prajurit Jepang yang Berjuang untuk Kemerdekaan Indonesia

Ada satu kisah kepahlawanan di Kota Magelang di masa perjuangan kemerdekaan yang unik dan tak semua orang tahu. Kisah ini datang dari Tanaka Mitsuyuki, seorang prajurit Jepang, yang dulu membela kekaisaran Nippon, meneguhkan hatinya dan beralih berjuang membela Indonesia.
Rentang kisahnya dimulai saat ia harus meninggalkan istri dan keluarganya di Jepang, berperang di berbagai pertempuran. Tetapi pada akhirnya ia berjuang sebagai prajurit tanah air, jatuh cinta dengan seorang gadis Indonesia, hidup mati memperjuangkan kemerdekaan, setia membela tanah air sampai akhir hayatnya.
Tanaka Mitsuyuki lahir pada 10 Oktober 1921 silam. Ia tumbuh dan dibesarkan di sebuah desa kecil di Kota Takayama, Provinsi Gifu, Jepang. Saat berumur 17 tahun, ia dipanggil untuk mengikuti wajib militer. Tanaka dikirim ke Machuria, Tiongkok dan dilatih menjadi tentara. Selepas dari sana, ia dikirim ke berbagai medan pertempuran.
Pada tahun 1942, ia mendapatkan tugas militer di Indonesia. Baru tiga tahun Tanaka bertugas di Indonesia dengan pangkat Sersan, Jepang sudah mengumumkan kekalahannya terhadap sekutu pada tahun 1945, ditandai dengan peristiwa bom Nagasaki dan Hiroshima. Kaisar Jepang pun meminta tentara Jepang menyerahkan diri, tetapi Tanaka menolak menyerah. Banyak rekan-rekannya yang menyerahkan diri. Ada yang sampai melakukan harakiri atau bunuh diri.
Ia pun diliputi rasa kecewa dan bingung, tetapi ia berpikir, daripada mati konyol atau menyerah ke pangkuan sekutu, lebih baik ia bertempur di sisi tentara Indonesia dan bersama-sama memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Terlebih, saat itu Tanaka juga tahu betul penderitaan rakyat Indonesia di bawah penjajahan Jepang.
Tanaka merasa terpanggil untuk berjuang membela tanah air.
Ia kemudian menghubungi tentara Indonesia yang ada di Magelang. Saat itu masih bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR). Ia mengubah namanya menjadi Sutoro dan berjuang di garis depan bersama para pejuang Indonesia.
Mulai saat itu kiprah perjuangannya terlihat dengan banyaknya Tanaka bertempur di berbagai medan pertempuran. Pahit getir ia rasakan dan banyak kisah kepahlawanannya yang heroik. Salah satunya seperti saat Tanaka harus memanjat Water Toren Magelang, menembaki pesawat yang menyerang pejuang di daerah Magelang.
Tanaka juga berjuang di Ambarawa dalam peristiwa Palagan Ambarawa.
Di tempat itu, ia berhasil selamat meski sempat tertembak oleh musuh di bagian dada hingga tembus ke belakang. Kemudian, peristiwa di Kampung Tulung, Magelang, saat tentara Jepang yang marah karena diadu domba Belanda, menyerang kampung tersebut. Ia dengan sikap tegar melindungi rekan-rekannya sesama pejuang dan rakyat di sana.
Pada tahun 1948, Tanaka pun menikah dengan gadis asal Salaman bernama Suparti. Ia jatuh cinta dengan Suparti, setelah kerap bertemu di lapangan. Sugiyon, putra dari Tanaka Mitsuyuki alias Sutoro, prajurit Jepang yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia, membawa foto dan barang peninggalan ayahnya yang disimpan di rumah kediamannya di Jalan Kalingga Nomor 668, Kota Magelang.
Suparti kerap membawakan bekal makanan untuk para pejuang yang sedang berjuang di Magelang. Mereka pun menikah dan dikaruniai 11 anak. Susah senang dilewati bersama oleh Tanaka dan istrinya.
Ia pun terus berjuang untuk NKRI dan menjadi tentara sampai tahun 1974. Ia terakhir berpangkat Mayor, kemudian saat pensiun mendapatkan pangkat kehormatan Letnan Kolonel. Berbagai penghargaan, piagam dan medali diterima oleh Tanaka atas perjuangannya selama masa kemerdekaan. Seperti piagam Bintang Gerilya dari Presiden Sukarno pada tanggal 10 November 1958.
Tanggal 1 Agustus 1998, Sutoro meninggal dunia. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Giri Dharmoloyo Magelang. Ada satu pesan ayahnya yang selalu diingat oleh Sugiyon.
Tanaka berpesan kepada anak-anaknya untuk tak menjadi tentara saat tidak ada perang. Namun saat negara membutuhkan, tidak perlu dipanggil, mereka harus mengajukan diri, membela tanah air dengan seluruh jiwa dan raga.
Beberapa barang peninggalan Tanaka atau Sutoro sendiri masih ada dan dapat ditemui di kediamannya dulu yang saat ini menjadi rumah putranya, Sugiyon. Ada baju seragam militer yang dikenakannya saat berdinas, mobil Jeep Willys yang merupakan hadiah dari Jenderal A Yani, bahkan helm dan pedang yang digunakannya saat berperang dulu. Begitu juga foto-foto sejarah, dokumen, dan piagam-piagam penghargaan yang dimiliki Tanaka dipajang di dinding rumah.Barang-barang tersebut terus disimpan dan dikenang oleh anak-anaknya.
0
312
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan