- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Hati Yang Belum Merdeka


TS
tettettowet
Hati Yang Belum Merdeka

"Mau sampe kapan begini?"
Hujan di luar masih begitu deras, seolah membantu menenggelamkan suara Mak melalui tanyanya yang sudah bosan terdengar. Pertanyaan-pertanyaan yang sudah berulang kali ia ucapkan dengan intonasi, isi, dan bahkan di waktu jam yang sama.
Kopi suguhannya kusesap pelan. Memejamkan mata menikmati aroma pahitnya yang begitu menguar ke seluruh ruangan. Juga, sejenak menepikan rasa ... kesal ketika tanya itu kembali diajukan.
Pandanganku beralih pada jendela yang ikut terkena tetesan bening suci itu. Bukan tak tahu, jika Mak kini menatapku di seberang meja di mana kami duduk berhadapan sekarang.
Aku tersenyum kemudian menggeleng menatap Mak dengan pandangan seolah bertanya, 'apa lagi?'
Mak diam, lalu menghela napas kasar seolah pasrah. Lalu, meninggalkanku sendiri, di sini.
Untuk tanya yang terus terurai yang bahkan bukan hanya saja dari Mak, sesungguhnya yang kuperlukan hanya waktu. Masa di mana sepenuhnya aku mampu, siap dengan segala rangkaian hati berikutnya seperti dulu. Sayangnya, ini bukan seperti kue lapis yang berpadu lalu kemudian terlepas saat seseorang berniat mencabutnya.
Ini tentang hati, yang pada saat itu kupadu dengan harapan besar. Di mana masa ini aku dan dia masih bersama meniti jalan penuh ujian dengan harapan kami bisa melalui semua.
Bersama Hilma, perempuan yang sah kusebut sebagai istri. Di mana jauh sebelum tiga tahun ini ia yang terus menemani. Memberi cinta sesuai yang kuinginkan, pun menerima segala keadaan yang kupunya.
Sayangnya, alam tega membiarkan hati ini merasakan rasa sakit yang cukup luar biasa kala ia seolah sengaja mengambil Hilma dari diriku tanpa memberi aba-aba terlebih dulu. Peraduan kami menjadi saksi jika ia sudah bertubuh dingin yang padahal sebelum itu meminta diri beristirahat barang sebentar.
Lalu, tanya yang terus terurai dari Mak seakan aku harus kembali memerdekakan hati dari belenggu rasa ini, apa aku mampu?
Apa aku siap dengan segala kenangan yang terus terbayang di saat malam menjelang?
Juga, apa aku terbiasa dengan cinta yang selama ini ia berikan yang masih belum lekang dari ingatan?
Mak, yang perlu Mak tahu.
Memerdekakan hati tidak semudah itu.
Ada banyak rasa, rindu, dan cinta yang Hilma anugerahkan kepadaku. Dan sementata waktu, biarkan aku menikmati itu terlebih dulu sebelum memulai hidup baru.
0
270
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan