Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

XinHua.NewsAvatar border
TS
XinHua.News
Kisah Pasukan PETA Tionghoa yang Rumahnya Menjadi Tempat Penyusunan Teks Proklamasi
Pada 16 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta dijemput oleh para pemuda kelompok Menteng 31, yakni Soekarni, Shodancho Singgih, Jusuf Kunto, dan tokoh-tokoh lainnya. Kemudian Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.

Ikut serta dalam rombongan istri Soekarno, Fatmawati, dan putranya yang masih bayi, Guruh Soekarnoputra. Seperti yang dilansir industry.co.id, rencananya mereka akan dibawa ke markas PETA (Pembela Tanah Air), namun rombongan singgah di sebuah rumah milik Djiauw Kie Siong.

Sebagaimana yang dikatakan sejarawan Rushdy Hoesein, seperti dikutip dari KompasTravel bahwa Soekarno dan Hatta datang pagi hari ke rumah Djiauw Kie Siong. Kenapa datang ke sini? Karena rumah ini tak mencolok. Rencana awalnya itu tempat kumpulnya di markas PETA. Dipilih rumah Djiauw ini karena jauh dan tertutup rimbun pohon.

Nah di i rumah tersebut, teks Proklamasi di susun. Rencanaya Proklamasi juga akan dibacakan di tempat itu, dan upacara bendera sudah diadakan.

Namun, pembacaan proklamsi batal karena Ahmad Subardjo datang dan mengundang Soekarno-Hatta membacakan teks di Pegangsaan Timur. Akhirnya teks proklamasi dibacakan tanggal 17 Agustus 1945.

Saat kejadian itu, Babah Djiauw tidak berada dia rumah. Tetapi dia membiarkan rumahnya digunakan untuk menyusun proklamasi, dia memilih pergi keluar rumah bersama keluarganya.

Rumah Djiauw Kie Siong di Rengasdengklok,  berlokasi di Dusun Bojong, Regasdengklok, Karawang. Djiauw Kie Siong juga  seorang petani yang tinggal di sekitar Sungai Citarum.

Ia menanam singkong, timun, kacang, dan terong yang dijual kepada tengkulak yang datang saat musim panen. i Djiauw Kie Siong adalah warga keturunan Tionghoa Hakka yang lahir sekitar tahun 1880 di Desa Pacing, Sambo Karawang.

Menurut Yanto Djuhari, cucu dari Djiauw Kie Siong, kakeknya memiliki sawah seluas 2 hektare. “Kakek sih petani dan pedagang juga. Kakek bertani sawah dan berladang palawija. Dulu kakek punya sawah sekitar dua hektar. Kakek sudah bertani lebih dari 20 tahun sejak 1930,” kata laki-laki yang memiliki nama Tionghoa Djiaw Tiang Lin.

Dikisahkan Djiauw Kie Siong memiliki 9 sembilan anak dan hidup dua bersaudara. Selain petani dan pedagang, Djiauw Kie Siong tergabung sebagai anggota PETA (Pembela Tanah air) dan ia mendapat pangkat di PETA.

Menurut cucunya, kakeknya juga punya keahlian membuat peti mati. Djiauw Kie Siong meninggal pada tahun 1964 karena sakit paru-paru.
“Kakek juga pembuat peti mati. Dulu ada yang suka membawa bahan peti mati. Lama-kelamaan suka buat sendiri, dipahat sendiri. Dia buat peti mati untuk masyarakat sekitar Karawang,” jelas Yanto. (diolah berbagai sumber)

[url]https://www.industry.co.id/read/91239/kisah-pasukan-peta-berdarah-tionghoa-yang-rumahnya-menjadi-tempat-penyusunan-teks-proklamasi-kemerdekaan-indonesia-di-rengasdeangklok [/url]


kisah gan
akucintachin4Avatar border
areszzjayAvatar border
nomoreliesAvatar border
nomorelies dan 4 lainnya memberi reputasi
5
831
22
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan