Merahputih.com - Seruan “Pantang Pulang Sebelum Padam” benar-benar menjadi landasan utama dalam bekerja melayani masyarakat. Mau di gang sempit, pasar, hunian bertingkat, gedung tinggi, sampai bangunan tak berpenghuni pun siap dipadamkan begitu ada api menjalar.

Kobaran api tak lantas menyurutkan semangatnya. Di tengah situasi mencekam membuat warga berhamburan menjauhi lokasi si jago merah mengamuk, mereka siap menerjang bahaya agar bisa memadamkan kobar api meski di situasi sulit.

Setiap unit mobil pemadam siap dikerahkan untuk memadamkan api. Jika situasi memburuk, mobil pemadam dengan jumlah besar akan siap meluncur ke tempat terjadinya kebakaran. Meski para petugas pemadam kebakaran sudah terlatih menghadapi bahaya, tetap saja bantuan medis tetap diperlukan ketika mereka mengalami kecelakaan kerja.

Jika situasi terdapat anggota pemadam kebakaran terluka saat bertugas, Edy Prasetiyo, salah satu anggota seksi medis darurat di Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta siap untuk memberikan pertolongan.

Pria berusia 34 tahun tersebut siap memberikan pertolongan pertama kepada petugas operasional dan warga saat berupaya membantu memadamkan api. Kehadirannya sangat membantu tugas para anggota pemadam kebakaran.

Meski bekerja di situasi tak mengenakan, seperti kebakaran, dan membantu pertugas nan secara personal mengenal, Edy mengaku akan terus berjuang menjalankan tugas dalam situai apa pun.

“Saya sangat mencintai pekerjaan saya saat ini, sebab dengan profesi ini saya merasa dapat menjadi individu bermanfaat bagi orang lain. Kadang saya suka memposisikan diri sebagai korban kebakaran, pasti kan dalam kondisi itu (kebakaran) mereka sangat membutuhkan adanya bantuan,” ujar Edy.

Ia sangat mengapresiasi kerja keras rekan-rekan pemadam kebakaran saat bertugas di lapangan. Edy tahu betul petugas pemadam kebarakan tak hanya bertugas saat terjadi kebakaran semata. Mereka juga bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat DKI Jakarta sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi).

Tupoksi tersebut selain memadamkan kebakaran, damkar juga bertugas untuk melakukan penyelamatan, mulai dari penyelamatan air, bangunan runtuh, beda ketinggian, bangunan tinggi, bahan berbahaya dan beracun, kecelakaan lalulintas, penanganan pohon tumbang, hingga penanganan hewan liar.

Penangkapan hewan liar, seperti ular, biawak, monyet, buaya, hingga memusnahkan sarang tawon menjadi salah satu bagian dari tugas damkar. Hal tersebut dilakukan semat-mata sesuai dengan visi utama visi utama Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan, terciptanya rasa aman di masyarakat terhadap bahaya kebakaran dan bencana lainnya.

Selain memberikan pelayanan prima dalam bidang pencegahan, pemadaman kebakaran atau penyelamatan jiwa, damkar juga bekerja sama dengan instansi terkait dalam melakukan pemberdayaan masyarakat. “Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung (MKKG) dan Manajemen Keselamatan Kebakaran Lingkungan (MKKL) merupakan beberapa program dijalani untuk dapat bekerja sama dengan masyarakat akan kami berikan edukasi,” ujarnya.



Pemberian edukasi kepada masyarakat berupa pelatihan-pelatihan, seperti cara menanggulangi kebakaran pada fase awal sehingga dapat membawa pengaruh signifikan untuk mengurangi risiko kobaran api semakin.

“Peran serta masyarakat sangat diperlukan. Jangan sampai saat terjadi kebakaran, apinya meluas. Hal kecil berpengaruh besar dapat dilakukan masyarakat adalah dengan langsung menelepon kami (petugas pemadam kebakaran) dengan cepat,” lanjut Edy.

Tak sampai di situ, damkar juga bertugas untuk menangani beberapa hal dirasa sepele dan mungkin tak pernah terlewat di benak masyarakat awam. “Tugas kami mungkin di luar nalar masyarakat awam. Kami juga sering membantu untuk melepas cincin tidak dapat dilepaskan dari jari, karena kalau mereka datang ke rumah sakit akan dikenakan biaya atau katanya takut jarinya harus dipotong,” jelas Edy.

Meski terkadang pertolongan diminta masyarakat di luar dari tupoksi pemadam, mereka akan dengan siaga membantu karena pemadam merupakan pelayan masyarakat.

Menggunakan atribut lengkap saat proses memadamkan api menjadi hal perlu dilakukan untuk menghindarkan para petugas operasional dari risiko bahaya tinggi.

Mulai dari bagian kepala, para petugas perlu mengenakan helm serta alat pelindung wajah berupa masker dan kacamata. Bagian badan, para pemadam harus dibalut dengan fire jacket dan fire trouser untuk melindungi badan dan kaki dari panas.

Pakaian tersebut bukan pakaian anti api, melainkan ketika basah pakaian ini dapat meredam panas. Dengan begitu tubuh para petugas operasional tidak akan langsung mengalami panas berlebih. selanjutnya, sarung tangan juga merupakan atribut penting untuk melindungi tangan petugas dari panas benda tajam seperti pecahan kaca, serta sepatu 'safety' sesuai standar.

Namun, atribut lengkap juga belum dapat menjamin keselamatan petugas. Risiko mengalami luka dan terjatuh hingga kehilangan nyawa bisa saja terjadi.

“Mungkin karena risiko besar, pekerjaan saya (pemadam) dihormati masyarakat. Saya merasa bangga bisa menjadi salah satu bagian dari pemadam, namun terkadang kalau terdapat rekan sampai terluka atau bahkan harus kehilangan nyawa rasa sedih dan kecewa tentunya ada,” lanjut Edy.

Di tengah situasi pandemi, tupoksi pemadam kebakaran juga turut mengalami penyesuaian. Salah satunya, fungsi desinfeksi atau melakukan penyemprotan cairan desinfektan di lokasi-lokasi isolasi terkendali atau daerah diindikasi sebagai zona merah Covid-19.

Tak hanya itu, beberapa tim damkar juga ditugaskan untuk menjadi bagian dari tim pemulasaraan jenazah COVID-19. Dari mulai memakaikan kafan, menyalati, dan melakukan desinfeksi pada peti jenazah sebelum dibawa ke lokasi pemakaman.

“Hal ini mungkin memang di luar tugas kami (damkar), tapi kami mungkin 100 hingga 200 persen hadir untuk melayani masyarakat,” jelas Edy.


Sumber