Kaskus

Entertainment

newsmerahputihAvatar border
TS
newsmerahputih
Kangen Momen Keseruan Berburu Perlengkapan Sekolah Sebelum Pandemi
Kangen Momen Keseruan Berburu Perlengkapan Sekolah Sebelum Pandemi

Merahputih.com - Libur sekolah hampir berakhir. Kesibukan berubah dari semula menyusun itenerary liburan jadi berburu perlengkapan sekolah. Biasanya orang tua lebih sibuk dibanding anak. Di pasar atau pusat perbelanjaan pada toko menjual perlengkapan sekolah berjubel orang tua memilih ukuran, jenis bahan, sampai tawar-menawar, sementara anaknya asyik seruput milk boba.

Sebelum berburu perlengkapan sekolah, biasanya segala prosesi jelang hari pertama sekolah dengan mendatangi lokasi pangkas rambut (barbershop).

Dua atau tiga hari menjelang masuk sekolah, berbagai tempat pangkas rambut akan ramai anak SD, SMP, dan SMA. Libur panjang biasanya membuat mereka malas mencukur rambut. Bahkan ada pula justru mewarnai karena saat libur tidak ada aturan mengekang. Pangkas rambut ramai, dan sampai antre berjam-jam.

Saking ramainya, tukang cukur sampai tak sempat istirahat. Selesai satu orang, bersihkan tempat duduk, datang orang lain, begitu seterusnya sampai malam.

Meski begitu, profesi pangkas rambut layak mendapatkan cuan jelang hari pertama masuk sekolah. Lonjakan permintaan karena pada umumnya mereka ingin tampil segar, baru, dan terpenting tidak kena hukuman atau malah razia rambut karena melanggar aturan sekolah berkait rambut.

Kalau cuma kena hukum berjemur di tengah lapangan masih mending, tapi bila kena cukur dengan bentuk asal-asalan kan jadi malu, apalagi anak baru di sekolah.

Demi menghindari hukuman cukur di sekolah, mereka kemudian menjejali lokasi pangkas rambut bersama orang tua. Nah, di beberapa kasus, tempat cukur jadi penuh karena orang tua juga ikutan cukur. Alhasil, peminatnya membludak.

Berbicara gaya rambut atau bentuk cukuran, biasanya mereka minta dirapikan bukan dari tebal ke tipis atau panjang ke pendek, melainkan cukup dipangkas bagian tepi agar tidak menutupi telinga.

Setelah anak-anak selesai dengan masalah rambutnya, kini giliran orang tua berurusan dengan seragam untuk anaknya, mulai kemeja dan celana, topi, dasi, kaos kaki, sampai menentukan ukuran sepatu agar pas.

Tidak semua orang tua berburu seragam dengan keluar rumah, beberapa memilih beli di sekolah melalui koperasi dan mencari ukuran pas untuk buah hatinya. Begitu juga dengan dasi dan topi. Saat semuanya lengkap, anak dan orang tua akan menunggu hari esok untuk menjalani aktivitas hari pertama sekolah.

Di era digital, ada pula orang tua memilih belanja kebutuhan sekolah secara daring melalui marketplace. Para orang tua enggak lagi repot berdesakan di pasar. Tinggal pilih barang dan ukuran, bayar, lalu menunggu pengantaran. Apalagi di saat libur sekolah akan berakhir banyak marketplace mengadakan diskon khusus produk kebutuhan sekolah.

Selain seragam, tak kalah sengit ketika memilih alat pendukung sekolah lain, mulai sepatu, tas, hingga alat tulis dan buku. Khusus sepatu dan tas, biasanya anak akan lebih berhasrat meilih sendiri. Ia akan mencari tas dengan pola atau motif sesuai kesukaannya. Sepatu juga demikian. Peran orang tua saat mendampingi anak memilih sepatu baisanya sebagai rem, apakah melanggar ketentuan sekolah atau tidak. Jangan sampai peraturan di sekolah sepatu harus berwarna hitam malah beli sepatu ungu bergambar Frozen padahal udah SMA.

Saat hari pertama sekolah, kendala terbesar pada anak tentu saja bangun tepat waktu di pagi hari. Oleh karena itu, anak-anak perlu dibiasakan mengatur jadwal bangun pagi secara teratur beberapa hari waktu libur berakhir. “Tarikan kasur lebih kuat daripada gravitasi bumi,” sehingga ada baiknya anak-anak, terutama SD dan SMP, untuk dilatih bangun pagi.

Mengatur anak bangun tepat waktu akan menghemat waktu orang tua menyiapkan bekal dan sarapan pagi. Orang tua tak lagi terbagi konsetrasinya. Anak bisa langsung mandi, berpakaian lengkap, sarapan, lalu berangkat sekolah. Bayangkan jika tinggal 30 menit lagi bel sekolah berbunyi tapi anak masih selimutan. Dhuh!

Hal pertama muncul saat pertama tiba di sekolah mengenakan seragam baru, tentu terasa kerah baju kaku, alat tulis lengkap di tas, dan ukuran seragam dipilihkan pas atau lebih besar supaya muat ketika naik kelas berikutnya. Bukan hanya di SD, melainkan juga di SMP dan SMA.

Namun, sedikit berbeda bila SMA. Siswa SMA biasanya sudah punya sedikit pemahaman akan tren. Mereka tentu tidak saja sadar harus berbusana rapi dan bersih di sekolah, melainkan juga harus trendi. Penampilan penting. Terkadang seragam dimodifikasi, semisal celana panjang dibuat model pensil, atau rok dibuat ada belahan, dan sebagainya.

Terkait jetlag dengan aktifitas belajar-mengajar di sekolah, anak-anak perlu pantauan dari orang tuanya. Artinya bagi anak SD, orang tua perlu menemani anak di sekolah, baik sampai depan gerbang maupun depan kelasnya. Dukunga terbaik apalagi hari pertama sekolah bagi anak SD tentu datang dari orang tua.

Bagi siswa SMP atau SMA, jetlag pada pelajara hari pertama bisa disiasati dengan latihan satu atau dua hari jelang libur berakhir dengan belajar mandiri di rumah pada pagi hingga siang hari agar terbiasa. Jangan sampai di hari pertama mendadak ngantuk di jam pelajaran pertama atau kedua.

Masuk sekolah di hari pertama banyak menimbulkan beragam keseruan. Apalagi persiapannya sungguh penuh rasa deg-degan sampai emosi karena barnag tidak tersedia atau ukuran tidak ada. Momen keseruan tersebut tidak lagi bisa dirasakan orang tua dan murid selama pandemi COVID-19 karena harus sekolah dari rumah masing-masing.


Sumber
kabarotocomAvatar border
newsbolaskorAvatar border
side.idAvatar border
side.id dan 2 lainnya memberi reputasi
3
446
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan