- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Chapter 7: Paper, 2020


TS
miss.autumn
Chapter 7: Paper, 2020
Chapter 7: Alive
Memories bring back you
Alandra benar-benar menepati janjinya untuk menjemput Aretha jam 6 pagi. Sembari menunggu retha yang bersiap-siap, Al pun bercengkrama bersama ayah retha. Sedikit mengembalikan memori lama, mereka berbincang mengenai perpindahan retha dan keluarganya ke magelang. Retha memang lahir di cilacap, sementara alandra lahir di magelang. Hubungan pertemanan mereka dimulai sejak kegiatan camp tingkat nasional di Magelang, tepatnya di alun-alun kota. Saat itu, Aretha masih duduk di bangku sekolah dasar, dan tak sengaja ia kehilangan kelompoknya dalam camp tingkat nasional tersebut. Lalu, tiba-tiba al datang dan menawarkan bantuan untuk menginap di rumahnya saja. Retha yang tidak memiliki pilihan lain pun hanya mengangguk setuju. Dirumah al, beruntungnya ayah al mengenal ayah retha dengan baik karena kebetulan mereka adalah teman lama. Semenjak kejadian ini, mereka menjadi dekat. Hingga, suatu waktu ayah Aretha harus pindah dinas dan mau tak mau maka retha harus ikut bersama ayahnya. Aretha pindah ke magelang pada saat umurnya menginjak 10 tahun. Semenjak itu pula, ia jarang bertemu dengan Al, karena disibukkan dengan kelahiran adik barunya. Jika ditelaah lebih sering lagi, sebenarnya Aretha dan alandra sangat sering bertemu di bandung. Kebetulan, retha sering ke bandung untuk liputan event, dan al juga sering ikut menjadi panitia, tepatnya di tim dokumentasi. Hanya saja, Aretha kurang peka terhadap keberadaan al. Mungkin, perihal kenangan masa kecil mereka pun, Aretha juga ikut lupa.
“Ayah aku udah siap”, ucap retha sambil berteriak. Dipundaknya, telah tersampir ransel dan jaket tebal. Ditangan kanannya, terdapat tas jinjing yang berisi camilan dan juga minuman.
“Kamu itu mau kemana toh mbak? Kan cuma sehari tapi kok bawaannya banyak”, ucap ayah keheranan.
“Ehmm, aku mau ngecamp boleh kan? Mau nginep disana yah, boleh kan? Boleh ya? Oke?”, mohon retha dengan nada yang sengaja terdengar manja.
“kamu kan alergi dingin, nanti……”
“ayah, aku bawa selimut sama bantal kok. Nih, di tas aku udah lengkap. Soalnya ngecamp sekalian bikin konten media. Boleh yaa? Sama alandra kok”
“Yow is, asal bisa jaga diri. Ga boleh sakit”
“siap captain! Ibu, aku berangkat”, ucapnya berteriak ke arah dapur lalu mencium punggung tangan ayahnya.
“Titip retha ya nak al, kalo ada apa-apa hubungi bapak ya”, ujar ayah lalu menepuk bahu al pelan.
“Siap pak, aman kok”, jawab al sembari mengangguk mantap.
“Inget ga boleh macem-macem ya”, ucap ayah kembali memngingatkan.
Aretha hanya mengangguk dan lalu memasukkan barang-barangnya ke mobil al. setelah semuanya siap, ia pun duduk disamping al yang hanya terkikik geli melihat kelakuannya.
“sorry ya, ayah cerewet banget”, ujar retha lalu membuka kotak bekal yang berisi roti dengan selai cokelat favoritnya.
“wajar, lo kan anak kesayangan”, jawab al seadanya sambil memasang seatbelt.
“udah sarapan?”, tanya retha sambil perlahan memakan rotinya.
“udah tadi dirumah, tapi laper lagi”
“Mau?”, tawar retha.
“Boleh, suapin tapi”, jawab al dengan nada jenaka.
“Enggak, kan bisa makan sendiri”
“Kan lagi nyetir”
“Oke..”, retha pun dengan terpaksa memberikan satu potong roti tersebut lalu menyuapi al dengan pelan. Sementara, al hanya mengunyah dan tetap fokus dengan stir didepannya. Bohong rasanya jika al tidak berfikir jauh tentang perasaannya pada gadis yang tengah duduk manis disebelahnya ini. Mereka sudah kenal sejak lama, namun yang pasti al merasa bahwa ia tidak hanya menganggap retha seperti teman-temannya yang lain. Al memperlakukan retha dengan istimewa, lebih dari istimewa malah. And, now he decides to love her, not as her friend, but her man.
“kalo macet gini, paling nyampe sekitar 2 jam lagi”, ucap al sambil membenarkan letak spion mobilnya.
“jauh ya?”, sahut retha sambil melihat-lihat playlist music di hp milik al. rasa kantuknya tiba-tiba datang, biasanya ia mendengarkan music untuk membiarkan matanya tetap terjaga.
“engga juga, Cuma jalannya nanjak. Kan bukit”
“Mobil lo gak bakal mogok kan?”
“Ngga nanya gua pegel apa engga nyetir sendiri?
“Becanda al, gua kan ga bisa nyetir. Btw, kalo gua tidur boleh? Ngantuk”, pertahan retha runtuh, nyatanya ia bahkan tak bisa terjaga untuk menemani al menyetir.
“Iya, sana tidur aja. Ntar kalo sampe dibangunin”, al pun tidak mempermasalahkan ini karena ia juga tidak mungkin meminta retha untuk tetap stay menemaninya terjaga.
Setelah hampir 2 jam melewati jalanan menanjak, al pun akhirnya sampai di villa milik ayahnya. villa tersebut biasanya disewakan kepada kolega ayahnya yang kebetulan liburan di magelang. Sementara, al sendiri jarang sekali mengunjungi villa ini. terakhir kali ia kesini ketika acara anniversary orang tuanya dua tahun lalu. Sudah sangat lama memang, namun al cukup dekat dengan orang-orang pengurus villa ini. di gerbang, sudah ada mang aji yang menyambutnya tadi. Mang aji bersama istrinya mengurus segala kelengkapan yang ada di villa ini. mereka telah bekerja selama kurang lebih 10 tahun bersama ayah al. selain itu, ayah al bahkan membiayai seluruh biaya sekolah anak tunggal mang aji. Hal itulah yang membuat mang aji memutuskan untuk tetap bekerja pada ayah al. larut dalam lamunan, al tiba-tiba teringat gadis yang tengah tidur pulas disampingnya. Aretha bahkan memakai hoodie hitam milik al sebagai selimutnya.
“Sst, sst, retha bangun dah sampe”, ucap al sambil mengusap pipi retha pelan dengan ibu jarinya Namun, tidak ada tanda-tanda retha akan bangun. Gadis itu tertidur sangat pulas.
“Temannya kenapa den?”,tanya mang aji sambil membawa ransel milik al dan retha.
“Tidur mang”
“Aden bawa aja temannya ke dalem, barang-barangnya biar saya yang bawa”
Al berfikir sejenak, namun dengan segera ia membawa retha dalam gendongannya dan menidurkannya di kamar yang telah disiapkan mang aji. Sementara retha tidur, ia memilih untuk membersihkan diri dan menyiapkan tenda di teras villa.
“den, ini makan malamnya mau ditaruh dimana?”
“dekat tenda aja mang, oh iya. Bi inah suruh nginep disini ya, soalnya saya sama retha mau nginep”
“Oh iya, nanti saya suruh kesini lagi den.”
“Neng retha itu pacar aden ya? Tumben bapak bolehin aden nginep disini, bawa perempuan lagi. Tadi bapak juga sempet nyuruh saya buat kosongin villa dari pagi-pagi.”, jelas mang aji sambil menyiapkan perapian
Al hanya tersenyum mendengar penjelasan mang adhi. Jika difikir lagi, keluarganya memang sangat welcome terhadap retha. Ibu bahkan dengan telaten nya mengajari retha membuat makanan favoritnya. Sementara, ayah seolah menyiapkan villa ini nyaman seperti rumah retha sendiri, dengan mengosongkannya sejak pagi. Lagi, si bungsu arka yang sangat menyayangi retha, ia memperlakukan retha layaknya saudara kandungnya sendiri. Kemarin saja, tanpa al ketahui arka mengajak retha menonton turnamen basket dikomplek. Al sendiri tidak bisa ikut, karena kemarin ada rapat tim volunteernya.
“Pacar ya den? Bener kan?”, tanya mang ujang lagi, lantaran al dari tadi hanya tersenyum misterius penuh tanda tanya.
Diubah oleh miss.autumn 11-08-2021 14:25
0
377
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan