- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Meski Pembeli Adalah Raja, Masa Sih Enggak Mau Minta Maaf


TS
newsmerahputih
Meski Pembeli Adalah Raja, Masa Sih Enggak Mau Minta Maaf

Merahputih.com - "Ngobrol di warung kopi. Nyentil sana dan sini. Sekadar suara rakyat kecil. Bukannya mau usul". Penggalan lagu milik Warkop DKI tersebut tersua informasi nongkrong di warkop sambil ngobrol ngalor-ngidul sudah jadi kebiasaan sejak lampau. Hanya bermodalkan duit dua ribu perak kamu bisa melepaskan penat. Bukan hanya segelas kopi bisa didapatkan, melainkan obrolan hangat bersama teman.
Kadang, saking seringnya kita nongkrong di satu warkop, lama-kelamaan jadi akrab dengan mamang-mamang empunya warkop. Kalo temen kita lagi absen di Warkop, kita bisa asyik ngobrol sama mamang. Obrolannya pun enggak kalah seru dibandingkan dengan teman.
Di balik keakraban terjalin, biasanya sih suka ada efek samping. Apa lagi kalo bukan hutang. Begitu bro banget password 'catat', 'masuk tagihan', 'entar' seakan sudah dipahami mamang warkop. Biasanya sih bayarnya tiap awal bulan saat kiriman uang dari orang tua tiba, atau gajian bila sudah bekerja, mungkin juga nunggu upah dari proyek serabutan cair.

Saat hutang masih terbilang sedikit, nongkrong di warkop masih rajin. Namun, begitu hutang menggunung biasanya sih jurus menghilang akan digunakan. Terus, mamang warkop gimana buat belanja? Ya mau gimana lagi memang sudah garis tangan. Mau enggak mau cuma elus dada. Berharap dagangan makin laris agar bisa putar modal.
Bukan cuma itu nasib naas mamang warkop. Selain sering jadi langganan hutang, terkadang ada saja pembeli ambil lima goreng giliran bayar cuma sebut dua. Ya, enggak mungkin juga kan lihat cctv. Di warkop kan sistemnya saling percaya. Mana udah cuma dua makan cabenya mentang-mentang free flow setengah kilo sendiri.
Kurang-kurangin deh gengz. Pembeli memang raja. Namun, enggak semua raja alpa dari salah. Ada juga raja bengis, serakah, dan tiran. Masa sih raja enggak mau minta maaf. Lagian raja juga enggak mungkin hutang lalu hilang, terus makan gorengan lima ngaku dua.

Di bulan ramadan penuh ampunan lebih baik bila kamu nan punya keliru dengan mamang warkop minta maaf dengan sepenuh hati. Minta hampura supaya hati lega. Enggak susah kan minta maaf sambil peluk-pelukan habis itu pesan mi instan polos bermandi saos merah kamu jahat tapi enak.
Selain mamang warkop, pernah enggak sih kamu marah-marah ke costumer service provider internet. Bentak-bentak sampai tetangga keluar semua. Internet mendadak mati memang menjengkelkan. Apalagi sinyal langsung drop pas lagi meeting daring dengan klien. Ya ngamuk.
Pelampiasannya tentu saja costumer service (CS). Enggak mungkin kan marah ke CEO. Di ujung telepon baru bilang 'Hallo', kamu langsung tarik suara keluar amarah. Semua umpatan keluar dengan suara keras melebihi petir.

Udah marah-marah ternyata intenet mati lantaran biaya bulanan belum dibayar. Duh malu banget enggak sih. Namun, biasanya sih langsung tutup telepon tanpa ada kata maaf keluar. Jarang ada orang udah marah-marah pas tahu kesalahan ternyata dari dirinya langsung minta maaf. Biasanya tutup telepon, pergi, menjauh sebisa dan secepat mungkin.
Nah, kalau kamu pernah seperti itu sebaiknya minta maaf kepada CS. Gimana caranya kan udah enggak ingat namanya? Mungkin bisa mention atau tag merek provider lalu buat permintaan maaf terbuka. Siapa tahu CSnya melihat dan memaafkan. Makanya, hati-hati raja sebab kamu bisa saja berbuat salah.
Selain mamang warkop, CS, paling sering pembeli melakukan 'dosa kecil' biasanya terjadi pada pedagang kaki lima, warung, hingga warteg. Polanya memang serupa, seperti hutang lama bayar, makan lima bayar tiga, sampai membandingkan-bandingkan harga di depan penjualnya.

Membanding-bandingkan harga di hadapan penjual langsung apalagi konteksnya setengah marah sungguh tidak elok dilakukan. Kalau kamu enggak setuju harga di tempat tersebut mahal, enggak usah beli udah merupakan langkah terbaik. Jangan semena-mena bilang kemahalan secara langsung. Hal tersebut tentu menyakitkan bagi penjual. Minta maaf segera bila kamu melakukan hal itu. Mereka mencari penghidupan tentu ada pertimbangan dan kamu enggak berhak mendakwa semena-mena.
Di restoran atau produk dengan nama besar saja bila konsumen ingin komplain harus dilakukan sesuai prosedur. Apalagi di warung atau penjual kecil. Masa sih kamu enggak punya etika sebagai sesama manusia. Bila memang penjual ada kesalahan tegur dan jangan sampai merendahkan.
Ingat pembeli memang raja, tapi bukan berarti menjadi raja jadi lantas semena-mena.
Sumber






alfidanger dan 3 lainnya memberi reputasi
4
621
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan