- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Efek PPKM Dahsyat! Glodok, ITC, Roxy Mas Sampai PGC Sepi Abis


TS
Lockdown666
Efek PPKM Dahsyat! Glodok, ITC, Roxy Mas Sampai PGC Sepi Abis

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar-pasar di DKI Jakarta mulai menerapkan ketentuan syarat divaksin untuk bisa masuk pasar, selain di Pasar Tanah Abang, juga pasar lainnya di ibu kota. Kondisi pasar tradisional di DKI Jakarta memang kini masih sepi selain Tanah Abang, juga ITC sampai Roxy Mas, Glodok, dan lainnya,.
Di Pusat Grosir Cililitan (PGC) berlokasi di Cililitan misalnya, sudah membuka operasional sejak 31 Juli 2021 lalu. Namun, setiap orang yang memasuki area ini harus menunjukkan kartu vaksin, minimal 1x dosis. Dampaknya jumlah pengunjung sangat sepi, selain kebijakan ini, banyak orang memilih belanja online.
Saat CNBC Indonesia tiba di parkiran yang berada di lantai 3A, petugas langsung meminta ditunjukkan bukti vaksin, baik berupa fisik seperti kartu, maupun via handphone seperti foto. Bila tidak bisa menunjukkan, maka tidak boleh masuk ke dalam area gedung.
Aturan itu membuat setiap orang yang berada di dalam area PGC Cililitan harus mengikuti program pemerintah ini. Di bagian bawah lobi, tampak ratusan orang mengantre vaksinasi.
Di dalam gedung, setelah tiga hari beroperasi, sebagian besar gerai toko masih tutup. Memang sudah ada yang kembali buka, namun tidak banyak pembeli yang datang.
Pantauan sekitar pukul 12.00 WIB di lokasi, justru terlihat lebih banyak kehadiran pedagang dibanding pembeli. Kalangan pedagang mengakui bahwa penerapan PPKM darurat pada 3-20 Juli lalu telah membawa dampak yang besar terhadap angka penjualan.
"Sebelum PPKM kita bisa keluarkan 50 unit, sekarang mungkin setengahnya, bahkan belum tentu setengahnya juga, dibanding PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) tahun lalu, jauh lebih terasa sekarang (penurunan penjualan)," kata Jonny Susanto PIC Dunia Computer yang berlokasi di lantai 3A PGC Cililitan ketika ditemui, Senin (2/3/21) siang.
Dari jumlah unit yang keluar setiap harinya, terlihat hampir merata pada handphone maupun laptop. Namun, ada perbedaan yang nyata dalam metode penjualan saat ini.
Penjualan justru lebih didominasi dengan cara online dibandingkan offline, perbandingannya pun cukup jauh, yakni 70:30. Pedagang harus terbiasa dengan cara seperti ini karena pernah merasakan pengalaman pahit pada PPKM darurat lalu.
"Saat PPKM darurat benar-benar tutup total, sebelum tutup kita sudah persiapkan ambil ke gudang dulu, lokasinya daerah dekat-dekat sini, semampu kita diambilnya, kalau ada permintaan kita ambil di gudang," jelas Jonny.
Penurunan penjualan ini membuat manajemen mau tidak mau harus mengambil langkah untuk merumahkan karyawan. Semula, Ia memiliki sebanyak 40 karyawan, namun kini jumlahnya hanya setengah.
Nasib karyawan dirumahkan bukan hanya terjadi di tempat Jonny, pegawai yang bekerja di tempat makan juga mengalami nasib sama. Sebagian besar pemilik food court saat ini belum membuka operasinya, bangku-bangku terlihat masih belum diturunkan dari atas meja. Salah satunya tempat makan Berkah di Ite yang menjual makanan ayam kremes dan makanan lainnya di pojokkan lantai 3.
"Ini baru mau buka, liat aja masih pada mau bersih-bersih. Nggak tahu bosnya mau buka kapan, yang penting bersihkan dulu. Lihat aja yang lain bahkan belum pada buka," kata karyawan warung bernama Karmi.
Pada barisan warung makan menjadi salah satu yang paling sepi. Selain itu, toko baju juga sangat sepi, terlihat hanya beberapa yang buka di lantai 2 PGC. Karmi ragu pengunjung bakal ramai datang dalam waktu dekat. Pasalnya, kewajiban menunjukkan kartu vaksin juga bisa menghambat kedatangan pengunjung.
"Selama PPKM darurat kemarin ya hanya di Jakarta saja, makan seadanya, anak juga harus dibiayai sekolah, tapi nggak pulang kampung karena nggak bisa kan," sebutnya.
Selain Karmi, karyawan toko asesoris handphone Jes Star juga harus mengalami nasib sama, dirumahkan selama PPKM darurat. Kini, karyawan sudah kembali masuk dalam tiga hari terakhir, namun penjualan masih belum banyak. Sebagian karyawan tampak merapikan paket untuk pembeli yang memesan secara online.
"Dulu sebelum PPKM darurat 2 juta bisa lebih, sekarang Rp 1 juta juga belum tentu, apalagi tutupnya jam 10 sekarang. Lebih ramai online, kadang bisa Rp 5 juta lebih," kata karyawan Siti Nurjannah.
Namun untungnya masih ada beberapa pengunjung yang datang. Salah satunya adalah Deni Herdiansyah (40) yang mengantarkan anaknya untuk membeli charger handphone. Maklum, anaknya baru masuk Sekolah Dasar dan saat ini duduk di kelas 1 SD.
"Karena urgent butuh cepat, kalau online kan perlu waktu kirim. Tapi karena anak juga perlu buat sekolah online dan rumah saya juga dekat sini, Makassar (Jakarta Timur). Sebenarnya takut juga datang, kalau bisa online ya online aja," katanya kepada CNBC Indonesia.
https://www.cnbcindonesia.com/news/2...-pgc-sepi-abis




nomorelies dan emineminna memberi reputasi
2
1.3K
8


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan